"Ada apa dek?" Tanya ikhwan kali ini lirih.
"Rungokno mas. (Dengarkan mas). Kamu denger nggak?" Ucap putri sedikit berbisik.
Oekk...oeek...oek..
Suara tangisan bayi kali ini terdengar kembali. Suara yang sangat jelas menggema di telinga Ikhwan. Suara lirih tangisan bayi yang seakan datang dari plafon atas di kamar mereka!
Deg...
"Ah..I-itu..itu.. mungkin...ah paling cuma halusinasi dek. Udah jangan mikirin yang aneh-aneh." Tukas Ikhwan terlihat grogi. Sejatinya ia tahu tentang sesuatu disini.
"Ehm.. eh..mas nanti jadi ke kebun milikmu mas?" Tanya putri mengalihkan topik.
"Jadi dek. Kenapa? Kamu mau ikut?" Ujar Ikhwan berlalu pergi ke arah dapur. Sesaat nampak Putri terlihat mengangguk penuh ketulusan.
"Baiklah, aku mau mandi dulu ya. Sambil nunggu hujannya reda dulu." Ucap Ikhwan mengelus kasar rambutnya yang sudah terasa mulai gondrong.
"Emang mau apa sih mas nanti kita ke kebun kamu?" Tanya putri sesaat sebelum suaminya masuk ke dalam kamar mandi.
"Ada deh. Wes kamu manut wae. (Sudah kamu ikut saja)." Sergah ikhwan.
Putri terlihat hanya tersenyum saja melihat kelakuan suaminya itu. Ia kemudian bergegas membereskan meja tempat suaminya ngopi. Tangan kecil kurus itu dengan telaten membersihkan seluruh area ruang tamu.
Bibirnya bergetar bersenandung dan sesekali tubuhnya bergoyang ala-ala video yang sedang di gandrungi kawula muda saat ini. Wajah ayunya masih terlihat kendati ia sudah memiliki anak. Kulit putih bersih serta badannya yang langsing benar-benar tak terlihat seperti wanita yang sudah melahirkan seorang anak.
"Eh..mas, sudah selesai mandinya? Kok cepat banget tumben? Tak kira kamu BAB dulu." Ujar putri yang masih lesehan melihat suaminya berjalan perlahan sembari membetulkan posisi kerahnya yang berantakan.
Tak ada jawaban dari mulut laki-laki itu. Bahkan menoleh istrinya saja tidak. Bibir itu nampak putih pucat sedikit kebiruan. Tanpa aba-aba ia segera melangkah keluar pintu dan berlalu begitu saja. Putri hanya termenung sembari mengeryitkan dahi. Ah mungkin ia mau beli sesuatu di warung sebelah, begitu pikir putri. Tak mau berpikiran aneh-aneh ia pun melanjutkan goyangnya lagi. Hingga tiba-tiba suara dari belakang mengejutkan telinganya.
"Dek...dek... ambilkan celana dalamku! Aku lupa bawa tadi..." Suara ikhwan terdengar keras meskipun dari dalam bilik kamar mandi.
"Lhoo.. bukankah mas Ikhwan tadi...lhoo kok..." Tak kuasa melanjutkan ucapannya, putri pun kemudian berlari ke belakang menemui suara yang baru saja memanggilnya.
Dokk.. dokk...dokk...
"Mas..mas....mas ...bukain mas... cepetan..."
Dokk..dokk...dok...
krieeetttt
(suara pintu di buka)
"Iya-iya. Kenapa sih? Mana celana dalamku dek?" Ujar Ikhwan yang keluar hanya dengan lilitan handuk di pinggangnya.
Tanpa menunggu lama, putri langsung saja memeluk suaminya. Tak peduli dengan basah tubuh suaminya yang baru saja selesai mandi. Pelukan erat mengalung di dada Ikhwan yang bidang.
"Sek..sek..dek..handukku melorot iki lho..(bentar..bentar..dek.. handukku melorot ini loh..)". Tukas Ikhwan.
...****************...
"Pak, kita kan masih punya hak di rumah itu. Toh, nenek Yani masih nenekku juga. Bapak kan juga anaknya. Ini masalah duit pak, duit." Ujar ika pada pak iman yang baru saja pulang dari mushola.
"Bapak sudah pikirkan itu jauh-jauh hari nduk. Hahaha." Jawab pak iman meletakkan sajadahnya dan duduk di kursi kayu rumahnya.
"Apa bapak sudah punya rencana?" Tanya ika langsung mendekati tubuh bapaknya. Tangannya menguncang lengan hitam kekar milik lelaki yang berumur lebih dari separuh abad itu.
"Nanti malem kita tanya dulu sama ki gareng nduk. Hehehe." Jawab pak iman terkekeh.
"Huh. Tak kira bapak sudah punya rencana. Oh iya pak. Tadi sewaktu bapak di mushola, bulek miyati telfon pak." Tukas ika sembari berlalu melewati bapaknya yang sedang bersender santai menikmati rasa lelah.
"Eh..bulekmu telfon bilang apa? Apa dia ngirim uang lagi?" Tanya pak iman langsung melotot dan mencengkram tangan ika yang hampir pergi dari hadapannya.
"Enggak. Bulek cuma nanya kabar pak. Huh..dasar bapak itu selalu ijo kalo denger soal duit duit duit.." ledek ika sembari berlalu karena terlihat sekilas siluet suaminya yang sudah sampai di ambang pintu rumahnya. Rumah sederhana yang terletak persis di samping rumah pak iman.
"Hishh...matamu juga ijo nduk. Buktinya kamu juga ngoyak-ngoyak (ngejar-ngejar) bapak buat ngrebut rumah nenekmu. Kamu juga sama liciknya dengan bapak." Lirih pak iman menggerutu.
Dirinya kemudian bersender dengan menatap sebuah televisi. Matanya sejenak terpejam merasakan rasa letih karena seharian berada di tengah sawah. Angan-angan melayang jauh menembus alam bawah sadar. Pak iman tertidur dalam hanya beberapa menit saja. Dengkuran kasar mulai terdengar dari mulutnya yang hanya di hiasi kumis tipis yang perlahan sudah memutih.
Di rumah ika..
"Baru pulang mas?" Sapa ika melihat suaminya mencopot jas hujan kuning yang tengah ia kenakan.
"Iyo tul. Nopo ketoke awakmu kok sumringah koyo ngono? Bar entok arisan opo piye? (Iya tul. Kenapa kelihatannya kamu kok seneng banget gitu? Habis dapat arisan apa gimana?)." Tanya Yono, suami dari ika.
"Lebih dari itu mas. Lihat, sebentar lagi kita bakal pindah ke rumah besar punya simbah Yani mas. Kita tinggalin aja rumah jelek ini!" Jawab ika sambil geal-geol kegirangan.
"Lho, apa si putri sama suaminya mau pindah to bu? terus apa kita nyewa apa gimana?" Tanya Yono polos.
"Nggak mas. Kelamaan kalo nunggu pindah. Kita usir saja mereka dari sana! Enak saja. Kita juga punya hak yang sama terhadap rumah itu mas." Ujar ika berapi-api.
"Astaghfirullah bu'ne.. istighfar bu.. putri kan masih keponakanmu sendiri. Masak mau kamu usir? Apa kamu tega ngusir sedulurmu (kerabatmu) sendiri?." Ucap Yono sedikit terkejut dengan penuturan istrinya itu.
"Ssstttt..kalo kamu nggak mau bantu aku, mending kamu wes (sudah) diem saja mas. Dasar suami kok bodo!" Gerutu ika kemudian berlalu begitu saja melewati suaminya yang masih terpaku di depan pintu rumah.
Brakkkk
(pintu rumah di tutup kasar)
"Astaghfirullahaladzim.." tukas yono mengelus kasar dadanya.
"Mas...yono?" Suara panggilan tiba-tiba mengejutkannya. Sontak ia langsung beroaking ke arah sumber suara.
"Iya"
.
.
.
.
.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Randy_Chavaladruva
suka
2022-10-23
1
Randy_Chavaladruva
keren
2022-10-23
1
Ciaaaaa_sasaa🌻
Trima kasih buat kak Author🙏 semoga novelnya dsukai bnyak orang, semoga makin sukses kak👍💞
2022-10-19
4