Cinta yang tak tergantikan (IRREPLACEABLE LOVE)

Cinta yang tak tergantikan (IRREPLACEABLE LOVE)

Bab 1

Freya merapikan riasannya sebelum benar-benar pergi. Tidak lupa ia menyandang tas kesayangannya. Hari ini adalah hari spesial. Hari di mana ia akan bertemu dengan teman-teman dari dunia maya. Hari ini, tentunya tidak hanya spesial baginya. Tetapi, bagi teman-teman penulis lainnya.  Penampilan Freya hari ini cukup sederhana. Ia tidak mau terlihat mencolok sampai terkesan norak. Karena ia tidak tahu orang -oeang seperti apa yang akan ditemuinya nanti.

Wanita berusia dua puluh tiga tahun itu naik kendaraan umum. Ia sama sekali tidak punya uang lebih untuk naik taksi yang tentunya lebih mahal dibandingkan kendaraan umum. Padahal, tujuannya saat ini adalah sebuah hotel mewah. Freya harus berjalan beberapa meter lagi setelah turun dari angkutan umum. Tapi, Freya sedang tidak terburu-buru. Wanita itu bisa berjalan dengan tenang agar tidak begitu lelah dan berkeringat.

Jantung Freya berdegup kencang saat memasuki Aula Hotel. Ia melakukan registrasi. Di dalam sana sudah ada beberapa yang datang. Tapi, sayangnya Freya tidak mengenal mereka. Penulis jaman sekarang lebih sering menyembunyikan identitasnya. Jadi, Freya sama sekali tidak tahu menahu siapa yang sudah tiba. Ingin menyapa terlebih dulu, Freya merasa sungkan.

Wanita itu mengambil tempat duduk di deretan tengah, yang memang masih kosong. Freya terlalu cepat datang. Ia membaca pesan di grup, beberapa ada yang memamerkan kalau mereka sudah tiba di lokasi. Freya tersenyum, tidak berani menyapa secara langsung. Mereka adalah Penulis yang sangat terkenal di salah satu Platform.

Freya memilih diam dan menunggu sahabatnya, Grace. Sebagai Penulis baru, Freya tidak memiliki banyak teman. Selain pemalu, Freya juga tidak percaya diri untuk mendekatkan diei dengan mereka yang sudah senior.

Aula Hotel terasa begitu dingin. Perlahan, ruangan itu mulai ramai. Beberapa dari mereka saling bertegur sapa dan berpelukan. Ada yang berteriak histeris. Karena pada akhirnya, mereka dapat bertemu di dunia nyata. Freya masih diam, duduk di dekat dinding. Ia resah sembari mengecek pesan dari Grace. Entah kapan sahabatnya itu tiba.

"Hei!" Grace menepuk pundak Freya dari belakang.

Freya tersentak. Wanita itu tampak lega. Grace tinggal di Provinsi yang sama dengan Freya. Hanya saja, mereka tinggal di Kabupaten yang berbeda. Keduanya sudah pernah bertemu sebelumnya.

"Lama banget? Macet, ya?"

"Ya nggak terlalu. Kamu aja yang kecepetan datang loh. Semangat bener." Grace terkekeh sambil mengambil posisi di sebelah Freya.

"Iya, sih. Nggak pede aja sebenarnya. Udah pada datang semua, ya." Freya mengedarkan pandangannya.

Grace mengangguk."Iya. Kak Della juga sudah datang. Aku udah bawa bukunya, mau minta tanda tangan."

"Iya. Nanti temenin aku ketemu sama Kak Vela, ya?" Freya menyebutkan nama Penulis senior idolanya.

"Iya."

"Aku seneng banget sama acara ini. Untungnya diadakan di Kota kita. Jadi, kita bisa datang tanpa harus mengeluarkan biaya besar." Freya terlihat sangat antusias.

Acara akan segera dimulai. Ketika suasana mulai hening, pintu kembali terbuka. Seorang pria mengenakan topi dan masker berwarna hitam memasuki Aula Hotel. Semua orang menatap ke arah Pria tersebut. Mereka sama sekali tidak bisa menerka siapa orang tersebut.

"Kayak~Mas Bintang,"celetuk Freya.

"Hah?" Grace menyipitkan pandangannya. Lalu, sang pembawa acara mengucapkan sekamat datang pada laki-laki itu, Bintang Tenggara.

"Astaga~" Grace menutup mulut sembari menyenggol lengan Freya."Idola lo satu lagi datang~"

"Iya. Nggak nyangka bisa lihat walaupun dari jauh." Jantung Freya berdegup kencang. Selama ini ia hanya melihat lelaki itu di dunia maya. Ia pernah berkomunikasi dengan Bintang saat mengikuti kelas kepenulisan yang sama. Hanya sebentar saja. Bisa dikatakan, Bintang juga salah satu penggemarnya.

"Ya ampun, langsung pada ricuh. Banyak penggemarnya, sih,"kata Grace.

"Iya. Penulis lain juga banyak yang mengidolakan dia,Mbak."

"Termasuk dirimu, ya."Grace terkikik.

"Aku, sih, belum termasuk penulis, Mbak. Masih belajar. Yang baca aja sedikit, beda sama mereka yang di depan sana. Yang begitu datang langsung dikerumuni orang." Freya menatap Bintang dari kejauhan. Pria itu membuka maskernya hingga Freya semakin deg-degan.

"Kita, sih, Penulis ecek-ecek, ya."Grace terkekeh.

"Aku nggak nyangka dia datang, Mbak. Lagi pula, kan, rumahnya jauh nggak, sih?" Freya berpikir sejenak. Seingatnya, Bintang tidak tinggal di Pulau Jawa, tempat mereka berkumpul saat ini. Bintang sering memposting dirinya ada di laut yang sangat indah. Bahkan,terkadang membuat Freya ingin mengunjungi tempat tersebut.

Grace mengangguk."Hooh~rumahnya di Sulawesi. Tapi, mungkin dia banyak uang makanya sampai datang. Dia lumayan, kan~ penghasilannya juga besar. Atau~dia disponsori. Kudengar~pembacanya sangat loyal."

Freya mengangguk-angguk."Iya, sih. Ya sudahlah~"

"Nanti kusapa dia deh." Grace menggoda Freya. Ia lumayan dekat dengan Bintang. Sebab, ia dan Bintang berada dalam Penerbit yang sama."

"Ya ampun, Mbak~ dia ganteng banget." Freya berbisik.

"Nanti kukenalin, ya. Aku lumayan deket dibandingkan sama yang lain."

"Mbak ini~" Freya tidak mengharapkan apa pun dalam pertemuan ini. Ia datang ke sini untuk menyenangkan hati. Menghindarkan diri dari pikiran-pikiran buruk karena belum mendapatkan pekerjaan. Freya sudah mengirim beberapa lamaran kerja, tapi, ia belum mendapatkan panggilan interview. Beberapa di antaranya sudah memanggil Freya dan melakukan interview melalui panggilan video.

Acara berlangsung meriah. Freya cukup puas dengan pertemuan kali ini. Setidaknya ia merasakan mimpinya semakin dekat untuk diraih.

Jam makan siang pun tiba. Semua meja terasa penuh. Hanya tersisa meja Grace dan Freya, karena mereka memang tidak memiliki banyak kenalan atau grup khusus seperti yang lain.

Grace memeriksa gawai dan membalas pesan. Setelah itu ia melanjutkan makannya. Beberapa detik kemudian, ia melambaikan tangan. Freya melihat Grace melambai, tapi, ia tidak melihat siapa orang yang disapa oleh wanita di hadapannya itu. Ia fokus menikmati es krim.

"Hai!"sapa Grace.

"Saya boleh duduk di sini?" Bintang menatap pada Freya yang tercengang.

Freya mengangguk dengan mulut penuh. Grace menatapnya penuh arti.

"Boleh, kok, Mas Bi~" Grace terkekeh. Ia yakin, pasti Freya jantungan duduk di sebelah Bintang.

"Terima kasih, mejanya penuh semua."

"Ya, Mas Bintang, sih telat. Keburu penuh. Coba kalau duluan, pasti banyak yang berebut duduk di sebelah Mas."

"Iya. Ketemu sama Ibu Nanda dulu." Bintang mulai makan.

Freya makan dengan tangan gemetar. Aroma parfum mahal Bintang mampu menghipnotis siapa saja yang ada di meja itu, termasuk dirinya.

"Mas, kan, tinggal di Sulawesi, ya? Kapan dagang ke sini?"

"Baru nyampe tengah malam. Terus nginap di Hotel ini juga kok. Tapi, bangunnya agak telat tadi. Makanya lama datang."

"Oh~jadi ke sini khusus untuk acara ini?"tanya Grace lagi. Sementara Freya hanya bisa diam seribu bahasa. Wanita itu tidak tahu bagaimana caranya memulai pembicaraan atau mengikuti obrolan.

Bintang mengangguk."Iya. Tapi, sekalian ada acara lain. Ada meeting juga."

"Wah, iya~iya. Nanti boleh minta tanda tangannya, ya, Mas Bi sama foto bareng?" Grace melirik Freya yang kini bersemu merah.

"Ya ampun, Mbak Grace~kayak siapa aja pakai diminta tanda tangan segala." Bintang tersipu.

"Ya ampun, kan jarang-jarang ketemu Penulis terkenal."

"Ah, Mbak jangan berlebihan. Kita semua sama kok di sini. Kita masih sama-sama belajar untuk menjadi lebih baik lagi." Balasan Bintang membuat Freya bisa tenang. Setidaknya Bintang tidak sombong jika dinilai dari ucapannya.

"Oh,ya~ngomong-ngomong di sebelah saya namanya siapa, ya? Belum dikenalin, Mbak?"

"Oh~" Grace tertawa."Jadi lupa. Mas, ini Freya~penulis juga masih baru. Kayaknya ada juga di satu grup di Huru Hara."

"Oh, hai, Freya. Salam kenal~"

"Salam kenal, Mas Bintang." Freya menjawab dengan muka merah.

"Maaf, ya, Freya agak pemalu orangnya."

"Nggak apa-apa, Mbak. Setiap manusia memiliki sifat uniknya masing-masing,"sahut Bintang hingga jantung Freya berdegup tak karuan.

Grace berdehem."Aku permisi ke toilet dulu, ya."

Freya melotot pada Grace karena sudah tega meninggalkannya bersama Bintang. Ia tidak tahu harus bicara apa dengan laki-laki tampan itu.

"Jadi, sekarang lagi nulis apa, Fre?"

"Hah? Eh~nulis itu, Mas, yang nulis bareng di grup aja. Tema~ lika liku laki-laki yang tak laku-laku." Freya menggaruk kepalanya. Ia juga tidak ingat karena ia tidak fokus pada pesan grup.

Bintang tertawa renyah."Itu, kan tema untuk Penulis laki-laki. Kamu salah baca, ya."

"Ah, iya, ya, Mas? Proyeknya belum dimulai, jadi aku lupa. Soalnya memang masih belum fix ikut apa nggak. Soalnya lagi fokus wawancara kerja."

Freya sama sekali tidak fokus. Ia masih berpikir ini adalah mimpi, bisa menatap Bintang sedekat ini.

"Oh, lagi wawancara. Semoga berhasil, ya."

"Terima kasih, Mas." Freya kembali kikuk. Padahal tadi pembicaraan mereka sudah lumayan lancar. Freya bingung mencari pembahasan lain.

"Mas Bintang!" Seorang wanita memanggil dari kejauhan.

Bintang menoleh dan melambaikan tangannya. Pria itu hanya tersenyum saat beberapa orang memanggilnya. Lalu, menunjukkan makanannya yang masih banyak, sebagai informasi bahwa ia sedang makan, tidak bisa menghampiri.

"Mas dipanggil~"

Bintang menoleh pada Freya. Pria itu mengangguk."Iya. Tapi, ya sudahlah nggak enak juga mau menghampiri ke sana. Saya malu."

"Oh~" Freya cukup kaget karena Bintang adalah orang yang pemalu.

"Mas Bintang kalau di Sulawesi, tinggal di Kota apa?"tanya Freya memberanikan diri.

"Di Makassar."

"Oh~" Freya mengangguk-angguk. Freya tidak tahu bagaimana Kota tersebut. Ia hanya melihatnya di televisi.

"Kamu pernah ke sana? Atau punya keinginan ke sana?"

Freya menggeleng."Nggak pernah kepikiran, sih, Mas. Soalnya kayak~jauh banget." Wanita itu terkekeh.

"Nggak jauh kok. Hanya dua jam kalau naik pesawat." Bintang tersenyum penuh arti. Pria itu menyelesaikan makannya. Setelah itu mengeluarkan buku dari tasnya. Ia menyerahkan pada Freya.

"A-apa ini, Mas?"

"Kata Mbak Grace, kamu minta tanda tangan. Ini sudah kutanda tangani. Ini buku aku yang nggak dicetak lagi. Kebetulan aku punya stoknya."

Napas Freya tertahan. Ia senang sekaligus kesal pada Grace. Rasa malu, senang, dan kesal bercampur menjadi satu."Terima kasih, Mas. Maaf merepotkan. Oh iya, ini harga bukunya berapa?"

"Simpan aja buat kamu. Semoga karya kamu segera dibukukan, ya? Saat itu tiba, berikan juga tanda tangan kamu untukku,"balas Bintang dengan senyuman penuh arti.

"Terima kasih, Mas Bintang. Terima kasih banyak."

Freya menggenggam buku dengan sampul cantik itu dengan erat. Rasanya bahagia sekali.

Grace kembali dengan senyuman penuh arti. Setelah makan siang, mereka kembali ke aula dan melanjutkan acaranya.

"Jadi, udah ngomong apa aja sama Mas Bintang?"tanya Grace.

"Nggak banyak. Sekadar basa-basi aja, Mbak,"balas Freya. Lantas, ia memamerkan buku pemberian Bintang."Ini hasil Mbak yang nggak bisa jaga rahasia."

Grace terkekeh."Loh, kan kalau nggak gitu kamu nggak dapat bukunya toh. Dapat yang limited edition. Seneng dong?"

"Makasih ya, Mbak. Tapi, aku malu banget."Freya menutup wajahnya.

"Ya udahlah, nikmati aja. Lagi pula sesekali ini aja ketemunya,kan~"

Benar apa yang dikatakan Grace. Mereka hanya bertemu di kali ini saja. Yang terpenting, ia sudah bertemu secara langsung. Lalu, mendapatkan buku serta tanda tangannya. Ini adalah hari keberuntungannya. Semoga saja, keberuntungannya datang lagi esok. Ia mendapatkan kabar diterima di salah satu Perusahaan, semoga saja.

"Habis ini kita nongkrong dulu, ya, Mbak. Udah lama nggak ketemu, kan?"

Grace mengangguk,"kita, kan, udah sewa kamar buat seru-seruan."

"Iya." Freya terkekeh.

Freya dan Grace menuju Hotel yang sudah mereka booking. Hotelnya berbeda dengan Hotel tempat mereka mengadakan pertemuan. Keduanya mencari yang lebih murah.

...****...

Terpopuler

Comments

Mommy QieS

Mommy QieS

Assalamu'alaikum...aku mampir kak, Like n favorit dulu ya kak.

2022-12-17

0

ㅤ

Assalamu'alaikum, Hai aku Nyana, dubber dari audiotoon yang akan mengisi suara novel ( Cinta Yang Tak Tergantikan "Irreplaceablelove" ) semoga suka dengan suara ku, jangan lupa untuk like, vote, komen dan favoritkan, agar nanti mendapatkan notifikasi update setiap kali Audibook ini update, dukung juga karya novel dari kakak Sa Adiatama, terimakasih. Salam sayang dari Naa~ 💕

2022-12-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!