Bab 5

Freya bangun pagi-pagi sekali. Ia merapikan tempat tidur dan membersihkan kamar. Setelah itu ia turun ke dapur untuk membantu Mbak Ida. Bagaimana pun statusnya adalah 'penumpang' di rumah ini. Freya harus sadar diri. Setidaknya ia tidak menjaadi beban bagi Bintang dan Mbak Ida.

"Mbak, lagi bikin apa?"sapa Freya yang sudah siap membantu wanita paruh baya itu.

Mbak Ida menoleh dengan senyuman khasnya."Loh, Mbak Frey~ katanya hari ini pertama kerja?"

Freya mengangguk."Iya, Mbak. Tapi, masih jam enam kok. Mau bantuin Mbak Ida dulu." Freya mengedarkan pandanfan mencari sesuatu yang bisa ia kerjakan.

"Saya sudah hampir selesai, Mbak. Mbak lihat jam di mana? Kok masih jam enam?" Mbak Ida tampak bingung,"itu sudah jam tujuh, Mbak."

Freya menoleh ke jam dinding dan terbelalak."Tap-tapi, jam tangan aku jam enam." wanita itu panik.

"Waktu di sini berbeda dengan sana, Mbak. Di sini lebih cepat satu jam." Mbak Ida terkekeh.

"Kenapa ini?" Bintang muncul dengan koran di tangannya. Pria itu sudah bangun dua jam lalu. Ia sudah olahraga dan membaca berita pàgi ini.

"Ini loh, Mas, Mbak Frèya ngira masih jam enam. Kayaknya dia lupa perbedaan jam di sini sama di sana." Mbak Ida tersenyum penuh arti. Tangannya terus cekatan menyiapkan makanan.

Bintang tersenyum tipis."Freya, mandi sana. Sudah jam tujuh. Kantor kamu masuk jam delapan, kan? Setengah delapan saya antarkan. Kamu cuma punya waktu tiga puluh menit." Bintang mengingatkan dengan hati-hati. Ia tidak mau Freya terlambat di hari pertamanya bekerja.

"I-iya. Maaf~" Freya berlari menaiki anak tangga. Ia menyiapkan diri dengan buru-buru. Ini sangat tidak baik karena harus terlambat di hari pertamanya bekerja.

"Bekalnya udah disiapkan, Mbak?" Bintang meminta Mbak Ida menyiapkan bekal untuk Freya. Ini adalah hari pertama wanita itu bekerja. Lokasi kantornya cukup jauh dengan tempat makan.  Mengingat sebelumnya Freya pengangguran, Bintang berpikir kalau wanita itu tidak punya uang banyak untuk ke kantin. Biarlah Freya menyimpan uang yang ia punya saat ini.

Mbak Ida mengangguk sambil memperlihatkan kotak bekal dan tasnya."Sudah, Mas. Ini lagi saya pindahkan ke kotak makan. Lengkap sama cemilañ dan buah.

"Ya udah, Mbak. Makasih, ya." Bintang mengusap pundak Mbak Ida dan berlalu. Ia juga harus bersiap dan pergi mengantar Freya. Sejujurnya ia tidak memiliki jadwal di kantor hari ini. Ia sudah memiliki jadwal untuk menyelesaikan beberapa bab novelnya.

Freya memerhatikan penampilannya sebelum ia benar-benar turun menemui Bintang. Napasnya sedikit memburu karena terlalu banyak bergerak. Ia berharap tubuhnya tidak mengeluarkan terlalu banyak keringat. Sementara Bintang sudah menunggu di mobil yang sudah menyala. Freya turun tangga dengan cepat dan berhati-hati.

"Mas Bintang sudah di mobil,"kata Mbak Ida cemas. Freya tidak bisa memenuhi waktu yang ditetapkan Bintang. Freya menghabiskan waktu empat puluh menit di kamarnya.

"Maaf, Mas." Freya masuk ke mobil dan meminta maaf."Maaf saya tidak tahu diri."

"Kamu terlambat sepuluh menit. Semoga saja tidak macet." Bintang langsung menjalankan mobilnya.

"Terima kasih, Mas. Maafkan saya." Freya memberanikan diri melihat wajah Bintang. Pria itu menatap lurus ke depan. Ternyata Bintang tidak sehangat yang dibicarakan orang. Pria itu tampak dingin dan pendiam di dunia nyata.

Freya melihat ke luar jendela. Jalanan Kota Makassar tidak sepadat Kota Jakarta. Tidak macet seperti yang Bintang katakan.Freya cukup takjub melihat pemandangan sekitar. Mobil berhenti di lampu merah.

Bintang menyerahkan tas bekal pada Freya."Ini bekal makan siang. Ada juga sarapan di dalamnya. Jangan lupa sarapan."

Freya tercengang melihat tas bekal yang diletakkan di pangkuannya."Bèkal?" Wanita itu membukanya. Ia sampai menutup mùlut karena terkejut."Mas, kenapa dikasih begini? Aku nggak apa-apa ñanti bisa beli di luar."

Bintang melirik sekilas."Nggak apa-apa. Kalau pun beli, kamu belum tentu langsung cocok dengan makanan sini. Rasa makanannya lumayan berbeda. Butuh waktu untuk menyesuaikan makanan di sini. Aku juga dulu begitu."

Hati Freya terenyuh."Oh gitu, makasih ya, Mas. Nanti~"

"Tidak perlu diganti. Terima saja tanpa protes,"kata Bintang. Ia sudah tahu kalau Freya ingin menggantinya nanti saat sudah menerima gaji.

Freya merasa tak enak hati. Tapi, di sisi lain ia merasa sangat bersyukur bertemu dengan orang baik seperti Bintang. "Iya, Mas. Terima kasih."

"Aku hanya bisa antar sampai depan kantor, ya. Di pinggir jalan. Kamu masuk saja dan katakan kalau kamu adalah staff baru. Belum diberikan tanda pengenal di kantor. Lalu, pergilah ke lantai empat belas."

"Mas tahu semua informasi itu?" Freya terkejut.  Pihak hrd memang sudah mengiñformasikan mengenai hal tersebut. Tapi, Bintang bisa tahu segalanya padahal ia tidak menceritakannya.

"Ah~aku hanya tahu nama Perusahaanmu dari Mbak Grace. Dia juga memberi tahu posisimu. Aku tahu Perusahaan ini dan sistemnya. Jadi, ya, aku memberi tahu. Mungkin saja kamu tidak tahu. Syukurlah jika kamu memang sudah tahu." Bintang mengangguk-angguk. Ada sedikit gerakan canggung di sana.

"Terìma kasih, Mas."

"Kita hampir sampai."

"Dekat saja." Freya menggumam. ia bisa menggunakan transportasi umum. Mungkin besok ia akan mencoba. Freya mendongak dan melihat gedung tinggi di sana. Lalu ia melihat tulisan besar nama Perusahaan di lantai paling atas.

Bintang menghentikan mobilnya."Sudah sampai. Selamat bekerja, jangan lupa sarapan dan makan siang."

Freya menatap Bintang dengan ragu. "Mas, bolehkah minta alamat lengkap Mas? Supaya nanti nggak bingung kalau pulang."

Bintang menggeleng."Aku jemput jam setengah lima di tempat ini. Kamu tunggu aja ya sampai aku datang."

"Aku pulang sendiri aja, Mas. Tolong beri tahu alamatnya, ya?"

"Tidak perlu. Aku jemput, Freya. Kamu adalah tanggung jawabku selama di sini,"balas Bintang yang membuat Freya semakin tak enak hati.

Freya tidak mau dijemput Bintang. Itu akan membuatnya semakin tak enak hati dan menýusahkan Bintang saja."Tapi~"

"Kamu sudah hampir telat. Masuk, Freya." Bintang mengingatkan sekaligus mengakhiri perdebatan itu.

Freya langsung panik. Ia meraih tas bekalnya."Terima kasih, Mas. Selamat aktivitas." Freya melambaikan tangan dan turun dari mobil.

Bintang memperhatikan Freya sampai wanita itu berhasil melewati pintu keamanan."Ini sedikit merepotkan,"gerutunya. Entah kenapa ia harus melakukan semua ini. Entah kenapa juga ia harus menerima permintaan agar menolong Freya. Padahal wanita itu bukan siapa-siapa. Bintang tidak akan pernah tahu apa jawabnya. Pria itu memutar mobil dengan hati-hati. Lalu ia melajukan mobilnya untuk kembali ke rumah dan menulis. Hal itulah yang ia lakukan sepanjang hari.

...****...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!