Bab 2

Freya dan Grace duduk di tepi kolam renang Hotel di mana mereka akan tinggal malam ini. Keduanya berbagi banyak cerita. Walaupun selama ini hanya kenalan di dunia maya, mereka sangat nyambung dan nyaman ketika bicara di dunia nyata.

"Mbak, kira-kira Mas Bintang masih di sini, kan, ya?"tanya Freya sambil menatap permukaan kolam.

"Iya. Katanya ada urusan kerjaan. Dia stay di sini selama beberapa hari,"jawab Grace yang tidak tahu pasti apa urusan Bintang.

"Mungkin,novel terbarunya akan terbit. Harus menabung supaya bisa beli."

"Nggak harus beli sekarang juga, kan. Bisa nanti."

"Kan udah nggak sabar."

Grace terkekeh."Kamu jadi ikutan nulis bareng nggak, Frey?"

Freya mengangkat kedua bahunya."Belum tahu, Mbak. Aku pengen banget ikut. Tapi, aku juga harus cari kerja. Aku nggak mau~dianggap nggak berguna. Sebagian orang menganggap, menulis itu hanya buang-buang waktu. Tidak menghasilkan apa-apa."

"Iya, sih. Mereka hanya butuh pembuktian." Grace tersenyum tipis. Berkarir menjadi Penulis memang tidak mudah. Apa lagi kita tinggal dalam lingkungan yang pikirannya sempit. Kita harus berjuang lebih untuk membuktikan. Tapi, kadang kala perjuangan kita juga tidak kunjung membuahkan hasil.

"Kalau nggak punya duit seperti aku, nggak bisa idealis. Nggak bisa ngotot menjadi Penulis sebagai pekerjaan utama. Aku harus cari kerjaan dan punya penghasilan tetap. Di saat itu, barulah aku bisa memulai pekerjaanku sebagai Penulis. Semoga saja bisa berjalan dengan baik."

Grace mengusap tangan Freya."Semangat, Frey. Kamu pasti bisa."

"Makasih, Mbak, "balas Freya dengan suara bergetar. Tidak lama kemudian, gawainya berbunyi. Irfan, sang kekasih menghubunginya.

"Aku angkat telepon sebentar, ya, Mbak?"

Grace mengangguk. Wanita itu berdiri dan mengambil posisi yang agak jauh dari Grace.

"Halo,Fan..."

"Kamu di mana?"

"Aku di Hotel Angkasa sama Mbak Grace."

"Ngapain di Hotel? Kayak nggak ada tempat lain aja buat ketemu."

Freya menelan ludahnya kelu. Padahal selama ini ia sudah sering menceritakan tentang Grace, teman di dunia maya. Ia juga sering menunjukkan percakapannya dengan wanita itu."Kita habis ada acara bareng. Terus aku nemenin Mbak Grace di Hotel. Dia baru balik besok."

"Jadi, kamu di sana sama teman-teman komunitas kamu itu? Sama Penulis yang kamu suka itu?"

"Astaga, Fan. Aku cuma berdua. Lagi pula Penulis itu nggak ada sama aku. Aku bukan kelas mereka. Mana bisa aku bicara dan nongkrong sama mereka."

"Aku nggak percaya. Penulis laki-laki itu?"

Freya menarik napas panjang."Kamu tahu nggak, sih, ibaratnya dia tuh artis di sini. Mau senyum sama dia aja susah. Gimana mau macem-macem seperti yang kamu pikirkan?"

"Nggak usah bohong, Frey. Kamu bela-belain datang hanya untuk dia, kan?"

Freya tidak tahu lagi harus berkata apa untuk meyakinkan sang kekasih.

"Kamu berduaan sama dia,kan, di Hotel."

Freya terkejut sampai harus istighfar."Aku cuma sama Mbak Grace. Berdua aja. Kita video call aja kalau kamu nggak percaya. Aku sama Mbak Grace sudah lama janjian mau ketemu. Baru terealisasi sekarang. Dia juga sudah jauh-jauh datang ke sini. Mana mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan ini."

"Acara Komunitas Penulis itu?"

"Iya. Aku pernah kasih tahu kamu minggu lalu, kan?" Freya berharap Irfan mau mengerti.

"Kamu ngapain, sih, ngerjakan hal nggak berguna itu? Nulis~buat apa? Nggak ada faedahnya."

Freya tertegun menggenggam Ponselnya."Kok kamu ngomong gitu? Ini juga bisa menghasilkan uang kok. Cuma belum waktunya aja."

"Mana buktinya? Toh kamu tetap pengangguran dan ngabisin duit aja. Lebih baik cari kerja yang jelas. Aku tuh punya kerjaan yang bagus. Kamu juga harus kerja."

"Aku kan lagi nunggu panggilan kerja. Beberapa juga susah interview, tinggal menunggu hasil. Aku sudah berusaha,"ucap Freya tercekat. Ia ingin sekali menangis.

"Ya terus ngapain masih bergabung sama temen-temen penulis? Memangnya mereka bisa kasih apa sama kamu?"

"Kan aku cuma ketemu."

"Terserah, deh, Frey. Kamu udah besar. Kamu yang bisa menentukan masa depan kamu. Stop berkhayal menjadi Penulis. Khayalan kamu nggak realistis." Irfan berkata dengan nada merendahkan.

"Maaf~"

"Kamu pulang sekarang."

"Nggak bisa, Fan, aku sudah janji sama Mbak Grace. Lagi pula aku bisa ketemu sama dia malam ini saja."

"Pulang, Frey. Kamu kayak mau jual diri di Hotel tahu nggak."

"Irfan!" Pekik Freya."Aku nggak wanita seperti itu."

"Apa? Mau pulang nggak? Kalau sampai kamu nggak kelihatan sampai besok pagi. Kita putus aja, Frey. Nggak mau punya pasangan yang mainnya ke Hotel."

"Fan~"

Irfan memutuskan sambungannya. Freya menarik napas panjang. Air matanya menetes perlahan. Dadanya terasa sesak merasakan sikap sang Kekasih yang terus-terusan seperti itu.

Grace menghampiri Freya. Kemudian mengusap punggung Freya."Sabar ya, Frey."  Sedikit banyaknya, Grace tahu bagaimana hubungan Freya dengan sang kekasih.

Freya menyeka air matanya dengan cepat. Ia malu harus menangis di depan Grace. Irfan benar-benar merusak suasana hatinya saat ini. Padahal, seharusnya ia bisa bersenang-senang dengan Grace. Membicarakan project-project mereka ke depannya.

"Nangis aja, Frey, nggak apa-apa. Dengan begitu, kamu merasa lega." Grace mengusap punggung Freya. Wanita itu merasa sangat kasihan pada Freya. Ia ingin menyuruh Freya berhenti berhubungan dengan laki-laki itu. Tapi, ia sama sekali tidak punya hak untuk menyuruh keduanya putus.

"Aku capek, Mbak, sama hubungan yang seperti ini. Tapi, aku sayang sama dia. Aku~nggak bisa kalau nggak sama dia."

"Ya ampun, Frey, hubungan kamu ini sebenarnya tuh toxic. Mau sampai kapan pun, kamu yang akan tersiksa."

"Tapi, aku sayang, Mbak."

"Ya sudah, kalau sayang, ya~kamu turuti dia." Grace tidak bisa memberikan saran apa pun lagi. Orang yang sudah cinta mati akan susah dinasehati.

Freya masih terisak memikirkan hubungannya dengan Irfan. Wanita itu masih bingung, harus mengakhiri hubungan dengan Irfan atau mengakhiri pertemuannya dengan Grace. Freya menghubungi Irfan. Tetapi, pria itu menolak panggilannya. Hati Freya semakin semrawut.

Freya mengirimkan pesan pada Irfan. Lalu, keduanya berbalas pesan dengan emosi yang masih membara.

Grace menghela napas panjang. Ia membuang pandangannya ke arah kolam, lalu terkejut melihat Bintang ada di sana.

"Mas Bintang?"

Bintang yang mengenakan kaus besar dan celana pendek selutut menoleh. Pria itu menghampiri Grace."Mbak, kebetulan banget ketemu lagi."

"Iya, nih."

"Belum pulang?"

"Kita masih mau me time di sini. Mumpung ketemu." Grace terkekeh."Mas kok di sini. Kukira menginap di Hotel yang tadi."

"Oh, kebetulan ada urusan di sini." Bintang melirik ke arah Freya yang berderai air mata.

Grace meringis sembari menyikut Freya yang masih belum sadar. Wanita itu masih saja membalas pesan Irfan yang marah-marah.

"Freya baik-baik saja?"

"A~ada sedikit masalah. Tapi, semua baik-baik saja kok."

Bintang mengangguk-angguk."Ya sudah kalau begitu saya pamit, Mbak. Karena harus ketemu orang."

Grace melambaikan tangan."Iya~"

Bintang melirik Freya sekilas. Lalu, menggelengkan kepala sembari tersenyum tipis.

Pria itu tampak masuk ke gedung Hotel untuk menemui seseorang.

...****...

Terpopuler

Comments

Mommy QieS

Mommy QieS

pernah berada dalam posisi seperti ini, perihnya. Akhirnya tak berjodoh juga, badan sampai kurus kering bertahan dengan se²orang yang menyesakkan dada

2022-12-17

0

Mommy QieS

Mommy QieS

kalo aku jadi Freya langsung aku jawab, ok fine kita putus! di luar sana masih banyak yang mau menerima ku apa adanya, patah satu tumbuh seribu😈😈

2022-12-17

0

Mommy QieS

Mommy QieS

jadi merasa diri sendiri, suami nggak suka isterinya menulis tiap hari jadi perdebatan. Namun, aku tetap berusaha menulis kak😊

2022-12-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!