Jalanan kota siang menuju petang begitu ramai. Terhanyut dalam arus transportasi membuat pikiran Rafael bertambah kalut. Sepanjang jalan hanya memikirkan bagaimana usahanya dalam seminggu bisa gagal. Membuatnya kembali memikirkan ancaman ibunya tanpa ampun yang membuatnya frustasi.
Ia sempat beberapa kali berpikir konsekuensi terburuk dimana sang ibu akan membuat kerusuhan dengan menjodohkannya dengan banyak gadis. Ia tentu akan sangat tersiksa.
Bukan hanya karena ia tidak bisa menikahi mereka. Namun, ia tidak bisa melawan ibunya. Seumur hidup, hanya ibunya yang Rafael punya. Ia tidak bisa membayangkan akan marah kepada ibunya karena hal itu.
Selama ini, Rafael selalu berusaha menuruti kemauan wanita yang telah melahirkannya di dunia ini. Ia selalu berusaha membuatnya bahagia dan tidak ingin membiarkannya kesusahan. Namun, bagi Rafael, untuk permintaan ibunya kali ini akan begitu sulit dikabulkan.
Dulu ia menikahi Aeleasha untuk membantu gadis yang hamil diluar nikah karena diperkosa dan perlahan jatuh cinta kepadanya. Bahkan ia terlalu jatuh cinta sampai tidak mampu untuk menghentikannya.
Ia tidak bisa semudah itu melupakan wanita itu. Hingga ia berusaha begitu keras untuk menemukan sosok Aeleasha dalam diri wanita lain. Namun, sayangnya lagi-lagi tidak semudah itu.
Setelah membenturkan kepalanya sedikit pada setir mobil, sepertinya Rafael menyadari bahwa kriterianya terlalu tinggi dan rumit untuk mencari sekretaris pribadi.
Ia merasa seperti orang bodoh. Benar, cinta benar-benar merusak akal sehatnya. Bagaimana bisa ia berpikir untuk menemukan Aeleasha lain yang tentunya mirip dengan mantan istrinya.
Pria yang duduk di balik kemudi itu kini terlihat tertawa miris.
Ia seakan telah kehabisan tenaga. Semakin ia mencari wanita lain, selalu mencari sosok Aeleasha. Entah apa yang telah ia lakukan selama seminggu ini.
Entah berapa banyak waktu yang telah terbuang hanya untuk mencari seorang istri palsu. Entah seberapa rumit kriterianya hanya untuk menemukan seorang wanita yang mau melakukan kerja sama dengannya.
Rafael benar-benar merasa bodoh menyadari bahwa usaha yang telah ia lakukan berakhir sia-sia. Persetan dengan rencana perekrutan sekretaris pribadi dengan segala kriteria rumitnya yang tak kunjung ia temukan.
Rafael hanya ingin melepas penat dan berencana menemukan wanita mana saja. Tidak peduli meski wanita itu tak secantik Aeleasha. Tidak peduli meski wanita itu tak memiliki keluguan seperti mantan istri.
Ia memutuskan untuk pergi ke sebuah Mall yang berjarak cukup jauh dari perusahaan untuk melepas penatnya sejenak.
Entah mengapa mengingat kegagalannya menemukan calon istri yang diinginkan itu, membuatnya merasa begitu penat dengan suasana kantor. Bahkan memasuki kantinnya saja membuat Rafael hilang nafsu makan dan minum.
Kini, Rafael memarkirkan mobilnya. Parkiran begitu penuh hingga ia harus memilih tempat yang jauh. Ia lantas melangkahkan kaki menuju jalan pintas ke lantai dua. Tempat di mana tersedia food court yang menjadi tujuan utamanya untuk bersantai sejenak.
Ia memilih meja di samping jendela yang kebetulan kosong di mana kursi-kursi lain sudah terisi. Ia kemudian memesan latte, lalu duduk sambil mengamati orang-orang yang berlalu lalang selagi menunggu pesanan datang.
Seandainya beruntung, ia mungkin saja bisa menemukan wanita yang bisa diajak kerja sama. Ia kemudian melihat wanita dengan rambut bergelombang yang sedang duduk sendirian tepat di meja sampingnya. Rafael berdiri, berniat memulai aksinya.
Namun, sesaat kemudian datanglah seorang pria mendekat dan duduk di hadapan wanita itu. Sayang sekali. Ternyata wanita yang ingin ia dekati sudah punya kekasih rupanya. Ia merasa sangat konyol dan miris karena hendak menghampiri asal wanita untuk ditanya apakah mau menjalani pernikahan kontrak dengannya.
Ia kemudian melihat seorang gadis berpakaian santai yang tampak sendirian dengan laptop di mejanya, sepertinya seorang mahasiswa.
Tanpa ragu Rafael mendekatinya. Namun, tepat beberapa langkah sebelum ia sampai di meja wanita itu, ada empat orang yang berlari, lalu saling berebut kursi di samping gadis itu.
"Maaf, ya, kita telat!" Salah satunya berseru.
"Kurang satu orang lagi. Awas saja jika orang itu tidak datang kerja kelompok lagi." Gadis yang sedari tadi duduk itu membuka suara.
"Itu?" Salah satu yang paling mungil tiba-tiba saja menunjuk Rafael, membuatnya salah tingkah.
"Bukan, bodoh!"
"Aku mahasiswa baru, mana kenal dengan kakak senior yang itu. Aku kira dia karena dari tadi melihat ke sini terus." Si mungil itu berbisik, tetapi masih bisa terdengar jelas oleh Rafael.
Merasa tidak nyaman, Rafael langsung berbalik badannya dan bergegas kembali menuju mejanya. Ia merutuki dirinya sendiri karena telah melakukan hal yang memalukan.
Namun di samping itu, ia semakin bingung mencari cara bagaimana menemukan seorang calon istri.
Tidak lama setelah beberapa menit berlalu, pesanannya datang. Rafael kemudian minum latte panas itu perlahan-lahan. Ia lantas menundukkan kepala sambil memejamkan mata sesaat, menikmati rasa autentik yang menjamah lidahnya.
"Alesha!"
Rafael tersentak mendengar nama itu. Jantungnya tiba-tiba berpacu dua kali lipat. Aeleasha nama yang selalu ia rindukan. Nama yang selalu membuatnya berdebar. Nama yang selalu ia cari-cari meski dalam beribu-ribu tumpukan buku.
"Alesha! Di sini!"
Ia seketika membuka matanya, ingin memastikan bahwa pendengarannya barusan bukanlah efek delirium yang tiba-tiba saja menyerangnya.
"Iya!"
Wanita yang dipanggil Alesha itu keluar dari barisan paling depan antrean food court. Ia pum tersenyum sambil melambaikan nota di tangannya pada teman-temannya.
Rambut halusnya berkibas ke belakang kala ia berjalan maju dengan percaya diri. Potongan roknya yang begitu pendek membuat paha ramping nan mulusnya terekspos sangat jelas hingga menampilkan kaki jenjang dengan kulit seputih susu.
Tatapan mata lembut dan senyumannya terlihat sangat manis. Namun, pakaian tanpa lengan yang membalut bagian atas tubuhnya, sangatlah tidak cocok di tengah dinginnya AC dalam Mall yang memberikan indikasi bahwa ia tidak merasa kedinginan sama sekali.
Wanita itu melangkah ke arah meja yang berada di bagian sebelah kiri depan. Menarik kursi, lantas duduk dengan anggun dan semakin menunjukkan pesona tubuh eloknya yang berliuk-liuk.
Tanpa sadar, Rafael terpaku. Terus menerus memperhatikannya bagai dibidik candu.
Ia diam-diam memperhatikan empat wanita yang duduk tak jauh darinya.
"Bagaimana pencapaian kalian bulan ini?"
Ayla, gadis dengan alis tebal dan tatapan mata tegas itu melirik temannya satu-persatu, melontarkan kalimat tanya yang cukup sensitif hingga mampu membuat gadis-gadis di depannya itu menghela napas.
Namun, beberapa saat kemudian, tawa pecah di antara mereka. Tanda bahwa semuanya berjalan dengan baik. "Aku tahu, kalau kalian tidak punya uang, mana mungkin datang ke sini." Ayla melanjutkan sambil terkekeh.
"Aku senang sekali karena kemarin baru saja mendapat sugar dady tampan, tahu! Ah … otot di dadanya membuatku betah untuk bersandar."
Membuka cerita, perempuan itu menumpu pipinya dengan pandangan ke awan-awan. Faizah, perempuan dengan rambut keriting gantung itu selalu mengomentari tingkat ketampanan pelanggannya.
Seorang dengan rambut pendek sebahu sontak melempar Faizah dengan tisu yang disediakan di meja. "Tolong usap air liurmu yang sudah banjir itu. Benar-benar membuatku kesal."
Wanita yang dilempar tisu itu langsung mengedipkan matanya dengan genit. "Kenapa kesal? Edina sayangku dapat sugar dady lansia, ya?" ledeknya.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments