Ancaman sang ibu untuk menyuruhnya cepat menikah kali ini bukanlah main-main. Sungguh, tadinya Rafael mengira kalau mamanya hanya bicara asal saja karena ingin ia melupakan Aeleasha terlebih dahulu, baru berpikir untuk mencari wanita pengganti.
Tidak disangka, perintah dari sang ibu benar-benar serius, sehingga membuatnya merasa sangat frustasi.
Rafael sudah sangat pusing memikirkan bagaimana cara menghentikan sang ibu dan sayangnya lagi, keinginannya sudah tidak bisa dihentikan.
Jika dalam waktu satu minggu ia tidak membawa calon istri untuk diperkenalkan pada sang ibu, sudah bisa diperkirakan akan terjadi hal-hal yang semakin merepotkan.
Mau tidak mau, ia harus bertindak lebih cepat. Ia tidak ingin dijodohkan dengan seorang wanita karena masih menikmati kesendiriannya.
Terdengar suara ketukan pintu. Beberapa detik kemudian, pintu terbuka tanpa dipersilakan. Sudah pasti siapa orangnya, yaitu Rudy. Pengacara perusahaannya, sekaligus teman baik yang sudah dua tahun mengenalnya dengan, membuatnya bebas bertingkah seperti itu.
"Pagi-pagi begini, wajahmu sudah kusut begitu. Ada masalah apa, CEO?" ujar Rudi yang kini menatap intens wajah masam yang menandakan sedang ada masalah tersebut.
Rudi yang saat ini terlihat membawa beberapa berkas dalam map, kemudian meletakkannya di atas meja.
Sementara Rafael kembali berkutat pada pikirannya.
Rudy yang melihat teman baiknya menampilkan wajah masam, merasa aneh karena tidak biasanya diam dan pandangan kosong tanpa mengerjakan apapun karena sering melihat bahwa pria tampan itu selalu menghabiskan waktu dengan pekerjaan.
Pria dengan tubuh tinggi tegap yang memakai setelan jas lengkap berwarna biru tersebut, kemudian mengayunkan telapak tangannya di depan wajah Rafael, membuatnya mendelik ke atas.
"Ada masalah apa?" tanya Rudi yang baru saja mendaratkan tubuhnya di atas kursi.
"Aku harus mencari calon istri." Rafael menjawab skeptis, tetapi berhasil membuat Rudy ternganga.
"Wah!" Rudi kini refleks menutup mulutnya, takjub. "Akhirnya." Tawa renyah dan tepuk tangan solo bergema di seisi ruangan kerja berukuran luas tersebut.
Gumaman takjub itu tidak mendapat respons baik dari Rafael karena terlihat jelas dari tatapan mata serta helaan napas yang terdengar penuh tekanan.
Rudy pelan-pelan menghentikan reaksinya yang berlebihan. Ia mencondongkan badannya sedikit.
"Itu hal baik, bukan?" tanya Rudi untuk sekedar memastikan karena ia benar-benar sangat senang saat akhirnya sahabatnya memilih untuk mengakhiri masa lajang dan move on dari mantan istri.
"Tidak peduli hal baik atau bukan, jawabannya sudah pasti aku tidak bisa, tapi sekarang benar-benar mendesak." Rafael memijat pelipisnya. "Mamaku, kamu tahu? Kenapa dia tiba-tiba memintaku untuk menikah?" Rafael menghela napasnya dengan kasar.
"Lantas apa yang perlu dibingungkan? Kamu hanya perlu asal melirik saja pada para gadis lajang di kantor ini. Selama ini, banyak yang mengejarmu. Tentu mereka tidak akan menolak untuk menjadi calon istrimu. Kalau mau menikah, kalian hanya perlu menandatangani surat nikah. Setelah itu urusan selesai."
Rafael membuang napasnya dengan kasar begitu mendengar respon sahabatnya yang seolah sangat menggampangkan masalah besar yang telah dialaminya.
Bahkan ia sangat kesal karena sahabatnya benar-benar enteng bicara dan tidak mengerti perasaannya saat ini.
"Asal bagaimana? Aku benar-benar tidak bisa asal memilih wanita, kamu tahu, kan? Standarku tinggi untuk wanita pengganti istriku," umpat Rafael dengan wajah masam.
Rudy tersenyum miring. "Mantan, Brother. Bukan istri karena dia sudah menikah lagi sekarang. Astaga! Standarmu yang terlalu tinggi atau kamu hanya belum bisa melirik wanita selain mantan istrimu?"
Rafael yang merasa tertampar, menipiskan bibir dan menatap manusia di depannya dengan tatapan tajam. "Jangan asal bicara hari ini atau aku akan benar-benar membuatmu keluar dengan wajah babak belur!"
Refleks Rudi langsung membuat simbol peace dengan tangannnya sambil terkekeh. Seolah menegaskan bahwa ia sama sekali tidak takut akan ancaman dari sahabatnya tersebut.
"Hei, temanku, dengarkan aku. Itulah yang mungkin dipikirkan orang-orang di kantor ini. Mengapa duda sepertimu tidak kunjung mencari istri lagi? Padahal kamu sudah punya segalanya. Bahkan para wanita pun mengantri untukmu. Kalau kamu menikah, itu juga cukup menguntungkan untuk nama baikmu."
Rafael berdecak kesal karena meskipun apa yang dikatakan oleh sahabatnya benar, sama sekali tidak tertarik pada wanita lain yang menurutnya sama sekali tidak secantik dan sebaik Aeleasha. Meskipun keadaan dan takdir yang membuat wanita itu pergi darinya.
"Siapa yang peduli gosip murahan di zaman sekarang ini? Itu sama sekali tidak mempengaruhi hidupku." Willy menyeruput teh yang sedari tadi menganggur di sisi mejanya sesaat.
"Lagipula, aku bukan lelaki brengsek yang asal menikahi wanita demi keuntungan sendiri."
Rudy yang sudah terlampau kesal mendengar argumen Rafael yang keras kepala, kini menyerobot cangkir teh di mejanya, lalu meminumnya sampai habis tidak bersisa.
"Kalau begitu, beri dia keuntungan juga. Apa susahnya?"
Cangkir teh dikembalikan ke tatakannya hingga berbunyi nyaring. "Aku pergi. Sepertinya percuma bicara dengan orang keras kepala sepertimu."
Pria dengan tubuh tinggi tegap tersebut lantas beranjak pergi meninggalkan sahabatnya yang dianggap sangat susah untuk di nasihati.
Sementara Rafael kini larut dalam pikirannya. Sedikit memikirkan semua perkataan yang diucapkan Rudy. Lama kelamaan semakin larut dalam pikirannya yang membuncah.
Ia kemudian mencoba mencari data-data karyawan wanita di dalam kantor melalui komputernya. Kemudian melihat biodata mereka satu per satu, tanpa terlewat satu pun.
Sudah sampai seperempat dari karyawan perempuan di kantornya, rasanya sudah melelahkan. Hingga setengah, seperempat, dan seluruhnya, Rafael tidak juga menemukan hal yang memuaskan.
Ia tanpa sadar kembali membuka dompet, memandang lekat foto pernikahannya dengan Aeleasha. Entah bagaimana wanita itu seakan telah menjadi pusat dunianya.
Ia ingin mencari wanita sepertinya. Wanita polos dan manis yang selalu ingin ia rengkuh. Wanita yang kecantikannya mampu membuatnya runtuh. Wanita yang selalu ingin ia jaga meski jauh.
Rafael tidak pernah tahu apakah mampu menerima selain Aeleasha, hingga ia hanya ingin mencari secercah sosok mantan istri meski pada diri orang lain.
Seolah otaknya saat ini bergerak sangat cepat, hingga nyaris lepas kendali. Pusing teramat sangat dirasakan karena terlalu memforsir otaknya beberapa hari ini.
Ia sungguh takut jika harus memulai hubungan baru lagi. Harus bertemu orang baru lagi, dan mungkin akan menorehkan luka yang sama. Bagai mencoba melangkah dengan luka di kaki yang menganga.
Namun, ia berpikir tetap harus melakukan sesuatu.
Rafael mencoba kembali mengingat perkataan Rudy. Ia lantas teringat akan sebuah kalimat.
Beri wanita itu keuntungan juga.
Tiba-tiba saja muncul sebuah ide yang cukup gila di otaknya. Ya, benar seperti itu. Jika ia dapat menemukan orang yang sekiranya mau membuat kesepakatan bisnis dalam pernikahan, itu tidak akan menjadi ikatan pernikahan sungguhan.
"Pernikahan kontrak."
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments
Sya'wanah
udah kaya, tampan, knpa begitu susah move on dr mantan. harusnya semudah membalik telapak tangan. sambil menyelam minum air. niat lirik2 d taman , atau membantu para gadis2 kekurangan d rumah sakit..
pokoknya menanti yg selanjutnya aja DECH.lebih pintar othor yg punya naskah
2022-10-24
1