ANJANI

ANJANI

Sepasang Pengantin Yang Lucu

...HAPPY READING...

...----------------...

Anjani datang ke rumah sakit bersama Ibu, dan kedua sahabatnya, Sita dan Boy. Mereka dijemput oleh Ryan adik Andre.

Anjani beserta rombongan berjalan dikoridor rumah sakit. Ia menjadi pusat perhatian para warga rumah sakit, dengan menggunakan kebaya putih modern dan setelan rok batik buatan Ibunya.

Sementara Andre dan Pak Penghulu telah menunggu di dalam ruang rawat inap Tuan Anggoro.

Tak berapa lama kemudian Anjani beserta rombongan masuk keruang itu. Anjani di sandingkan Ibu di sebelah Andre, mereka tak saling sapa.

Wali nikah Anjani diwakilkan oleh Pak Penghulu karena Anjani seorang anak yatim dan saudara-saudara Ayahnya entah sekarang ada dimana karena semenjak Ayah Anjani wafat, mereka tidak pernah menampakkan batang hidungnya.

Ibu, Sita dan Boy duduk dibelakang pengantin. Nampak Ibu meneteskan air matanya dan menghapusnya dengan tisu yang dibawanya sedari tadi.

Pak penghulu memulai dengan kata-kata bijak untuk calon pengantin beserta orang tua calon pengantin. Dan ijab kabul dimulai.

Ijab kabul berjalan dengan khidmat. Andre menyematkan cincin di jari Anjani. Anjani pun mencium tengkuk lengan Andre. Kemudian sepasang pengantin itu bersalaman pada orang-orang yang ada di ruangan itu. Termasuk Sita dan Boy.

"Belah duren," goda Boy, teman Anjani yang lemah gemulai. Anjani memukul bahu Boy.

Satu jam kemudian Pak Penghulu berpamitan pulang kepada tuan Anggoro beserta pengantin. Pak penghulu diantar oleh sopir tuan Anggoro.

Ibu Anjani, Sita dan Boy pun berpamitan. Ibu Anjani diantar pulang Pak Tono.

Tinggallah diruangan VIP itu Andre, Anjani dan Tuan Anggoro.

"Ndre, bawa pulang Anjani," pinta Tuan Anggoro.

Andre menganggukkan kepalanya.

"Kalau ada apa-apa, tolong hubungiku," pesan Andre pada Ryan adiknya.

Lalu Anjani mencium tengkuk lengan Tuan Anggoro dan berpamitan pulang.

Selama mereka berjalan dikoridor rumah sakit menuju pintu keluar, mereka masih jadi perbincangan hangat para warga rumah sakit itu.

Anjani memulai pembicaraan pada Andre.

"Lo yakin dengan pernikahan kita?"

"Kita sudah resmi jadi suami-istri, gue mau lo turuti semua perkataan gue," jelas Andre.

"Apaan sih lo!" kata Anjani sembari memukul tangan kiri Andre.

Andre tak menghiraukan perkataan Anjani. Mereka bergegas ke parkiran.

Di dalam mobil mereka melanjutkan pembicaraan.

"Kita bikin perjanjian, ya. Tidak usah ikut campur urusan pribadi masing-masing," jelas Andre.

"Iya," sahut Anjani dan matanya mulai terkantuk.

"Udah tidur aja! Baru mau ngejelasin yang lain," gumam Andre dalam hati.

Sesampainya di rumah Andre, Anjani langsung menuju dapur dan Andre ke kamarnya yang terletak di lantai atas.

"Duh! Laper banget," gumam Anjani.

Andre yang menuruni anak tangga mencari-cari keberadaan Anjani. Ia berjalan ke dapur melihat Anjani duduk sambil meminum minuman dingin.

"Ngapain, Lo?" tanya Andre.

"Laper," sahut Anjani.

Andre membuka kulkas dan di lihatnya tersedia lauk dan sayur-sayuran.

"Kenapa nggak di masak?" tanya Andre matanya mengarahkam Anjani ke kulkas.

"Nggak bisa masak," sahut Anjani lagi.

Andre menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gadis milenial," ucap Andre ke arah Anjani.

Mendengar ucapan Andre, ia memasang wajah masam.

Andre mulai memasak daging ayam yang ia ambil dari freezer kulkas dan bayam.

Daging ayam di olah Andre menjadi ayam goreng lengkuas. Sementara bayam di tumis, di campur dengan irisan jagung.

Semua masakan telah tersedia di meja makan. Tak sabar Anjani untuk melahapnya.

"Eits! Tunggu dulu. Habis makan, lo harus cuci semua peralatan dapur yang abis gue pake masak," perintah Andre.

"Iya, Bawel," sahut Anjani yang melirik ke wajah Andre.

Lalu mereka menyantap makanan itu.

Setelah selesai makan, Andre berkata.

"Jangan lupa!" tunjuk Andre pada Anjani ke tempat cucian piring.

"Perhitungan banget sama cewek," keluh Anjani sambil membawa tumpukan piring kotor ke tempat cucian piring.

"Tapi, boleh nggak gue ganti baju dulu? Ribet nih!" sambung Anjani.

"Memang, lo bawa pakaian ganti?" tanya Andre yang hendak minum.

"Gue lupa!" sahut Anjani menepuk dahinya.

"Ya udah, lo cuci piring dulu! Ntar gue pinjemin baju," jelas Andre.

"Sip!" sahut Anjani dan mulai mencuci piring. Lalu Andre pergi ke kamarnya lagi.

Anjani telah menyelesaikan cucian piring dan merapikan dapur. Andre menghampirinya dan menyodorkan lipatan kaos oblong miliknya pada Anjani. Anjani pun mengambilnya.

"Gue pinjem kamar lo, ya!" pinta Anjani.

"Iya," sahut Andre dengan santai duduk di meja makan.

Anjani segera ke kamar Andre. Tak berapa lama kemudian ia ada di hadapan Andre yang sedang menonton televisi. Andre melihat Anjani yang mengenakan pakaiannya tertawa geli.

"Lo kayak orang-orangan sawah," ucap Andre sambil memegang perutnya.

"Ya udah, lo beliin baju buat gue, kek," sahut Anjani.

"Ya udah, lo tunggu sini. Gue ke toko baju yang ga jauh dari sini," jelas Andre.

"Nggak, gue ikut. Di sini sepi," sahut Anjani.

"Cemen lo," timpal Andre.

Anjani tidak menyahut, ia hanya memainkan mulutnya mengikuti pembicaraan Andre tadi.

Saat berjalan menuju mobil, Andre memperhatikan baju Anjani.

"Lo yakin dengan penampilan begini?" tanya Andre.

Kemudian Anjani mengikat kaos oblong itu dari arah depannya yang membuat perut putihnya terlihat dan menggulung dikit lengan baju kanan dan kirinya.

Andre menelan salivanya dan sedikit menggelengkan kepalanya agar tersadar dari pikiran kotornya karena perut Anjani.

"Kenapa bengong. Ayo jalan!" ajak Anjani yang terlebih dahulu menuju mobil.

Andre bergegas ke dalam mobil dan melajukannya sesuai tujuan.

Sesampainya di sebuah toko baju yang tak jauh dari rumahnya. Anjani pusat perhatian dengan gaya busananya. Kaos oblong yang di ikat dengan stelan rok batik panjang di modifikasi sepatu wedges putih. Dan ada seorang pengunjung yang merekam gaya busana Anjani itu.

Anjani yang asik memilih baju tak menyadari hal itu.

"Eh, sekalian ya!" ucap Anjani.

"Apaan?" tanya Andre.

"Daleman," jawab Anjani sambil menunjuk ke arah dadanya.

"Memang ada di sini," jelasnya.

"Ya udah, lo diem aja di sini. Biar gue yang cari," sambung Anjani.

Andre pun menyetujuinya. Ia menunggu di bangku pengunjung. Beberapa menit kemudian Anjani menghampirinya.

"Udah?" tanya Andre.

"Nih," Anjani menunjukkan daleman pilihannya.

Lalu mereka menuju kasir. Setelah membayarnya mereka lekas menuju mobil dan kembali pulang.

"Udah malem aja," gumam Anjani saat memasuki rumah.

Anjani mengikuti Andre ke kamar.

"Lo ngapain ngikutin gue?" tanya Andre.

"Aduh! Kenapa gue baru sehari punya suami tau-tau udah amnesia ya," sahut Anjani yang menepak dahinya.

Mendengar perkataan Anjani, ia membiarkannya masuk ke kamar. Anjani menjatuhkan tubuhnya di atas kasur Andre.

"Wah, empuk banget kasurnya," gumam Anjani sambil menggeser-geser kaki dan tangannya di atas tempat tidur.

Andre tersenyum melihat tingkah Anjani.

"Lo tidur di sofa, gue di kasur," jelas Andre.

Mendengar perkataan Andre, Anjani pun langsung protes.

"Nggak bisalah! Gue kan cewe. Lo aja yang di sofa," protes Anjani.

"Ini kan kamar gue, kenapa lo yang ngatur sih!" timpal Andre.

"Mau gue telpon ke ayah Anggoro," ucap Anjani dengan suara sedikit menggoda penuh ancaman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!