...HAPPY READING...
...----------------...
Pras mengajak Anjani berkeliling dapur dan ruangan restoran itu. Sambil berkeliling, Anjani bertanya sesuatu.
"Cewek seksi itu sering ke sini, ya?" tanya Anjani.
"Siapa, Mbak?" tanya balik.
"Pacar bos lo lah," sahut Anjani.
"O, Mbak There," ucap Pras.
"Dia sering ke sini, Mbak. Bahkan sampai malam," sambung Pras dan tiba-tiba ia menutup mulutnya.
Anjani yang mengerti dengan reaksi Pras, tertawa kecil.
"Udah, santai aja lagi," sahut Anjani.
Salah seorang pegawai pria menghampiri Pras.
"Permisi, Pak," ucap pria itu.
"Ada apa?" tanya Pras.
"Meri nggak masuk lagi. Kita kekurangan tenaga," jelas pria itu lagi.
"Ya sudah, nanti saya kabari lagi," sahut Pras pasti.
Pria itu meninggalkan Pras dan Anjani.
"Ada apa?" tanya Anjani yang penasaran.
"Salah satu pegawai nggak masuk, tenaga untuk shift pagi kurang," jelas Pras sambil mengutak-ngatik gawainya.
"Ya sudah, gue aja gimana?" Anjani menawarkan diri.
Pras tersenyum sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Lah, emangnya kenapa?" sambung Anjani.
"Bisa-bisa bos Andre marah lagi," jawab Pras.
"Udah santai aja, dia bakalan setuju. Percaya sama gue," terang Anjani.
Pras meragukan kata-kata Anjani.
"Lo telpon aja langsung, kalau nggak percaya," lanjut Anjani.
Pras menelpon Andre melalui gawainya. Wajah Pras yang panik terlihat sedikit sumringah setelah mendengar jawaban dari Andre.
"Apa katanya?" tanya Anjani.
"Bos setuju, Mbak," jawab Pras.
"Tuh kan!" sambung Anjani.
"Nanti, Mbak Anjani saya antarkan ke anak lama yang wanita. Biar di tunjukkan dimana loker wanita," jelas Pras.
"Siap. Tapi, lo jangan panggil Mbak dong!" pinta Anjani.
"Baik, Mbak. Eh Anjani," sahut Pras cengengesan pada istri bosnya itu.
Sejujurnya ia merasa tak enak hati mempekerjakan Anjani.
Anjani di pandu oleh salah satu waitres wanita ke loker.
"Ini loker milik lo!" tunjuk wanita itu.
"Makasih, ya!" seru Anjani.
Wanita itu mengangguk, ia memperhatikan postur tubuh Anjani yang kecil dan tinggi.
"Kenapa?" tanya Anjani yang membuyarkan pandangannya.
"Beneran, lo adiknya Pak Pras?" tanyanya.
"Emang kenapa?" tanya balik Anjani.
"Melihat dari postur tubuh lo, kayaknya nggak mungkin deh!" tukasnya.
Anjani tersenyum tipis dan menghampiri waitres seniornya itu.
"Lo naksir, ya?" goda Anjani.
"Hah?" sahutnya.
"Benar kan?" lanjut Anjani.
Wanita itu tersipu malu-malu.
"Nanti gue bantu," jelas Anjani.
"Seriusan?" tanya wanita itu.
"Nama gue, Anjani," Anjani menyodorkan tangan kanannya pada Waitres wanita senior itu.
"Anita!" sahutnya.
Selesai berpakaian layaknya waitres di restoran itu, Anita mengajari Anjani membawa pesanan ke meja pelanggang. Tak butuh waktu lama akhirnya Anjani paham dengan tugasnya.
"Baiklah, Anjani! Gue tinggal dulu ya," pamit Anita.
Anjani mengajungkan dua ibu jari pada Waitres seniornya itu.
Jam menunjukkan pukul dua belas siang, restoran mulai ramai di kunjungi para pelanggan. Meja nomor dua belas di isi oleh sepasang kekasih. Pria itu melambaikan tangan pada Anjani. Ia segera menuju meja itu.
Anjani memberikan daftar menu pada sepasang kekasih itu. Saat si pria ingin mengembalikan daftar menu dan pulpennya, tiba-tiba pulpen itu terjatuh ke lantai. Di saat bersaman Anjani dan pria itu mengambil pulpen itu di lantai.
Kepala mereka beradu. Mereka saling memegang kepala masing-masing. Kejadian itu membuat wanita kekasih pria itu marah karena cemburu.
"Lo, nggak bisa hati-hati, ya?" celutuk wanita itu.
"Maaf, saya nggak sengaja," ucap Anjani dan segera meninggalkan meja tersebut.
Pria itu menahan kekasihnya untuk mengomel lagi. Anjani pun pergi mengantar pesanan si pelanggan pada bagian dapur.
"Lo, nggak apa-apa?" tanya Anita.
"Nggak," sahut Anjani.
Pandangan Anita tertuju pada meja pesanan nomor dua belas yang di layani Anjani.
"Dia memang bawel," jelas Anita menunjukkan ke meja itu dengan memoyongkan bibirnya.
Anjani tersenyum tipis.
"Takut pacarnya naksir gue kali," sahut Anjani dengan canda.
"Bisa-bisa di unyeng lo sama dia," sambung Anita.
Mereka tertawa, rupaya wanita di meja nomor dua belas itu memperhatikan.
Pesanan mereka telah siap, Anjani pun mengantarkannya. Saat semua telah tersaji di meja mereka. Wanita itu mengambil air yang berisi minuman pesanan dan menyiramkannya pada Anjani.
Sontak membuat para pengunjung lain terkejut.
"Kamu apa-apaan sih?" tanya pria yang menjadi kekasihnya itu.
"Aku nggak suka ada genit sama kamu," sahut wanita itu.
"Ya ampun, Mbak! Baru juga kita ketemu, tadi juga nggak sengaja kan!" jelas Anjani pada wanita itu.
Melihat kegaduhan tersebut, Pras segera menghampiri mereka.
"Ada apa ini?" tanya Pras.
"Tolong ajarkan pelayan anda ini sopan santun!" sahut wanita itu.
Pras dan Anjani saling tatap, Pras pun melihat pakaian Anjani yang basah.
"Eh Mas, tolong kasih nasehat pacar anda! Kalau takut pacarnya di lihat orang, kemana-mana suruh pake helem!" bentak Anjani pada pria di sebelah wanita itu.
Anjani pun meninggalkan mereka bertiga.
"Saya minta maaf, atas ketidak nyamanan anda," Pras meminta maaf pada sepasang kekasih itu.
"Tidak, Pak! Pegawai anda tidak bersalah," sahut pria itu.
"Kamu kok, malah belain pelayan itu sih!" protes wanita itu.
Pria itu mengeluarkan dompet dan mengambil beberapa lembar uang ratusan ribu.
"Pak, titip uang ini untuk pegawai anda untuk permohonan maaf kami," sambung pria itu.
"Kamu apa-apaan sih!" wanita itu protes kembali.
"Ayo kita pergi!" ajak pria itu.
Namun si wanita itu enggan bergerak sedikit pun.
"Ya sudah, kalau kamu nggak mau ikut denganku," sambung pria itu dan meninggalkan kekasihnya.
"Roby ... tungguin aku," teriak wanita itu.
Semua pandangan pengunjung tertuju pada sepasang kekasih itu. Merasa diperhatikan, wanita itu berkata.
"Ngapain liat-liat! Ada yang aneh," wanita itu menggertak.
Sontak pengunjung lain bersorak pada wanita itu yang berlalu.
Pras menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia memanggil sakah satu pegawainya untuk merapikan meja tersebut. Kemudian Pras menyuruh Anita melihat keadaan Anjani.
Anita melihat Anjani ada di toilet wanita sedang membersihkan pakaiannya.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Anita dan menghampiri Anjani.
"Gila ya tuh cewek! Padahal kepala gue benturan sama kepala pacarnya, eh bilang gue genit," ucap Anjani kesal dan membasuh wajahnya dengan pancuran air kran washtafel.
Anita tertawa melihat kekesalan Anjani.
"Ada yang lucu?" sambung Anjani.
Anita menghentikan tawanya.
"Padahal benturan kepalanya, gimana benturan hati," ucap Anita menggoda Anjani.
"Bisa-bisa, gue jadi tempe penyet," sahut Anjani.
Lagi-lagi Anita tertawa. Anjani yang mendengarkan suara Anita menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tiba-tiba There masuk kedalam toilet dan mendengar suara tawa.
"Begini cara kerja kalian?" ucap There tiba-tiba.
Anita terdiam, sementara Anjani masih membersihkan bajunya.
"Cepat kalian kerja kembali atau mau aku bilang sama Andre?" sambung There dengan nada sombong.
Anjani yang mendengar nada sombong There segera mendekatinya.
"Bilang aja, gue nggak takut," ucap Anjani.
There kesal dengan ucapan Anjani bergegas keluar.
"Lo jangan cari penyakit sama dia, bisa-bisa tamat deh kerja disini," sahut Anita yang ketakutan.
"Udah santai aja, kita kan nggak salah," terang Anjani.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
dinner with ayangg🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments