NovelToon NovelToon

ANJANI

Sepasang Pengantin Yang Lucu

...HAPPY READING...

...----------------...

Anjani datang ke rumah sakit bersama Ibu, dan kedua sahabatnya, Sita dan Boy. Mereka dijemput oleh Ryan adik Andre.

Anjani beserta rombongan berjalan dikoridor rumah sakit. Ia menjadi pusat perhatian para warga rumah sakit, dengan menggunakan kebaya putih modern dan setelan rok batik buatan Ibunya.

Sementara Andre dan Pak Penghulu telah menunggu di dalam ruang rawat inap Tuan Anggoro.

Tak berapa lama kemudian Anjani beserta rombongan masuk keruang itu. Anjani di sandingkan Ibu di sebelah Andre, mereka tak saling sapa.

Wali nikah Anjani diwakilkan oleh Pak Penghulu karena Anjani seorang anak yatim dan saudara-saudara Ayahnya entah sekarang ada dimana karena semenjak Ayah Anjani wafat, mereka tidak pernah menampakkan batang hidungnya.

Ibu, Sita dan Boy duduk dibelakang pengantin. Nampak Ibu meneteskan air matanya dan menghapusnya dengan tisu yang dibawanya sedari tadi.

Pak penghulu memulai dengan kata-kata bijak untuk calon pengantin beserta orang tua calon pengantin. Dan ijab kabul dimulai.

Ijab kabul berjalan dengan khidmat. Andre menyematkan cincin di jari Anjani. Anjani pun mencium tengkuk lengan Andre. Kemudian sepasang pengantin itu bersalaman pada orang-orang yang ada di ruangan itu. Termasuk Sita dan Boy.

"Belah duren," goda Boy, teman Anjani yang lemah gemulai. Anjani memukul bahu Boy.

Satu jam kemudian Pak Penghulu berpamitan pulang kepada tuan Anggoro beserta pengantin. Pak penghulu diantar oleh sopir tuan Anggoro.

Ibu Anjani, Sita dan Boy pun berpamitan. Ibu Anjani diantar pulang Pak Tono.

Tinggallah diruangan VIP itu Andre, Anjani dan Tuan Anggoro.

"Ndre, bawa pulang Anjani," pinta Tuan Anggoro.

Andre menganggukkan kepalanya.

"Kalau ada apa-apa, tolong hubungiku," pesan Andre pada Ryan adiknya.

Lalu Anjani mencium tengkuk lengan Tuan Anggoro dan berpamitan pulang.

Selama mereka berjalan dikoridor rumah sakit menuju pintu keluar, mereka masih jadi perbincangan hangat para warga rumah sakit itu.

Anjani memulai pembicaraan pada Andre.

"Lo yakin dengan pernikahan kita?"

"Kita sudah resmi jadi suami-istri, gue mau lo turuti semua perkataan gue," jelas Andre.

"Apaan sih lo!" kata Anjani sembari memukul tangan kiri Andre.

Andre tak menghiraukan perkataan Anjani. Mereka bergegas ke parkiran.

Di dalam mobil mereka melanjutkan pembicaraan.

"Kita bikin perjanjian, ya. Tidak usah ikut campur urusan pribadi masing-masing," jelas Andre.

"Iya," sahut Anjani dan matanya mulai terkantuk.

"Udah tidur aja! Baru mau ngejelasin yang lain," gumam Andre dalam hati.

Sesampainya di rumah Andre, Anjani langsung menuju dapur dan Andre ke kamarnya yang terletak di lantai atas.

"Duh! Laper banget," gumam Anjani.

Andre yang menuruni anak tangga mencari-cari keberadaan Anjani. Ia berjalan ke dapur melihat Anjani duduk sambil meminum minuman dingin.

"Ngapain, Lo?" tanya Andre.

"Laper," sahut Anjani.

Andre membuka kulkas dan di lihatnya tersedia lauk dan sayur-sayuran.

"Kenapa nggak di masak?" tanya Andre matanya mengarahkam Anjani ke kulkas.

"Nggak bisa masak," sahut Anjani lagi.

Andre menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gadis milenial," ucap Andre ke arah Anjani.

Mendengar ucapan Andre, ia memasang wajah masam.

Andre mulai memasak daging ayam yang ia ambil dari freezer kulkas dan bayam.

Daging ayam di olah Andre menjadi ayam goreng lengkuas. Sementara bayam di tumis, di campur dengan irisan jagung.

Semua masakan telah tersedia di meja makan. Tak sabar Anjani untuk melahapnya.

"Eits! Tunggu dulu. Habis makan, lo harus cuci semua peralatan dapur yang abis gue pake masak," perintah Andre.

"Iya, Bawel," sahut Anjani yang melirik ke wajah Andre.

Lalu mereka menyantap makanan itu.

Setelah selesai makan, Andre berkata.

"Jangan lupa!" tunjuk Andre pada Anjani ke tempat cucian piring.

"Perhitungan banget sama cewek," keluh Anjani sambil membawa tumpukan piring kotor ke tempat cucian piring.

"Tapi, boleh nggak gue ganti baju dulu? Ribet nih!" sambung Anjani.

"Memang, lo bawa pakaian ganti?" tanya Andre yang hendak minum.

"Gue lupa!" sahut Anjani menepuk dahinya.

"Ya udah, lo cuci piring dulu! Ntar gue pinjemin baju," jelas Andre.

"Sip!" sahut Anjani dan mulai mencuci piring. Lalu Andre pergi ke kamarnya lagi.

Anjani telah menyelesaikan cucian piring dan merapikan dapur. Andre menghampirinya dan menyodorkan lipatan kaos oblong miliknya pada Anjani. Anjani pun mengambilnya.

"Gue pinjem kamar lo, ya!" pinta Anjani.

"Iya," sahut Andre dengan santai duduk di meja makan.

Anjani segera ke kamar Andre. Tak berapa lama kemudian ia ada di hadapan Andre yang sedang menonton televisi. Andre melihat Anjani yang mengenakan pakaiannya tertawa geli.

"Lo kayak orang-orangan sawah," ucap Andre sambil memegang perutnya.

"Ya udah, lo beliin baju buat gue, kek," sahut Anjani.

"Ya udah, lo tunggu sini. Gue ke toko baju yang ga jauh dari sini," jelas Andre.

"Nggak, gue ikut. Di sini sepi," sahut Anjani.

"Cemen lo," timpal Andre.

Anjani tidak menyahut, ia hanya memainkan mulutnya mengikuti pembicaraan Andre tadi.

Saat berjalan menuju mobil, Andre memperhatikan baju Anjani.

"Lo yakin dengan penampilan begini?" tanya Andre.

Kemudian Anjani mengikat kaos oblong itu dari arah depannya yang membuat perut putihnya terlihat dan menggulung dikit lengan baju kanan dan kirinya.

Andre menelan salivanya dan sedikit menggelengkan kepalanya agar tersadar dari pikiran kotornya karena perut Anjani.

"Kenapa bengong. Ayo jalan!" ajak Anjani yang terlebih dahulu menuju mobil.

Andre bergegas ke dalam mobil dan melajukannya sesuai tujuan.

Sesampainya di sebuah toko baju yang tak jauh dari rumahnya. Anjani pusat perhatian dengan gaya busananya. Kaos oblong yang di ikat dengan stelan rok batik panjang di modifikasi sepatu wedges putih. Dan ada seorang pengunjung yang merekam gaya busana Anjani itu.

Anjani yang asik memilih baju tak menyadari hal itu.

"Eh, sekalian ya!" ucap Anjani.

"Apaan?" tanya Andre.

"Daleman," jawab Anjani sambil menunjuk ke arah dadanya.

"Memang ada di sini," jelasnya.

"Ya udah, lo diem aja di sini. Biar gue yang cari," sambung Anjani.

Andre pun menyetujuinya. Ia menunggu di bangku pengunjung. Beberapa menit kemudian Anjani menghampirinya.

"Udah?" tanya Andre.

"Nih," Anjani menunjukkan daleman pilihannya.

Lalu mereka menuju kasir. Setelah membayarnya mereka lekas menuju mobil dan kembali pulang.

"Udah malem aja," gumam Anjani saat memasuki rumah.

Anjani mengikuti Andre ke kamar.

"Lo ngapain ngikutin gue?" tanya Andre.

"Aduh! Kenapa gue baru sehari punya suami tau-tau udah amnesia ya," sahut Anjani yang menepak dahinya.

Mendengar perkataan Anjani, ia membiarkannya masuk ke kamar. Anjani menjatuhkan tubuhnya di atas kasur Andre.

"Wah, empuk banget kasurnya," gumam Anjani sambil menggeser-geser kaki dan tangannya di atas tempat tidur.

Andre tersenyum melihat tingkah Anjani.

"Lo tidur di sofa, gue di kasur," jelas Andre.

Mendengar perkataan Andre, Anjani pun langsung protes.

"Nggak bisalah! Gue kan cewe. Lo aja yang di sofa," protes Anjani.

"Ini kan kamar gue, kenapa lo yang ngatur sih!" timpal Andre.

"Mau gue telpon ke ayah Anggoro," ucap Anjani dengan suara sedikit menggoda penuh ancaman.

Rutinitas Di pagi Hari

...HAPPY READING...

...----------------...

Tanpa jawaban, Andre mengambil bantal dan selimut. Membawanya ke sofa yang tak jauh dari tempat tidurnya.

Anjani merasa menang dan menguasai tempat tidur empuk itu.

Andre mengucek-ngucek matanya sambil menguap. Di lihatnya jam menunjukkan pukul sepuluh. Ia terkejut dan langsung pergi ke kamar mandi. Saat melintasi tempat tidurnya, ia melihat Anjani masih terlelap tidur dengan gaya tidur seperti anak kecil.

"Ya ampun, tidurnya seperti anak kecil," gumam Andre dan lekas ke kamar mandi. Andre telah selesai mandi, saat sedang mengeringkan rambutnya, Anjani masih belum bangun juga.

"Cewe aneh," gerutu Andre.

Andre memakai pakaian untuk bersiap-siap ke resto miliknya. Andre melemparkan handuk yang bekas ia gunakan ke wajah Anjani. Anjani terbangun dan menyingkirkan handuk tersebut.

"Emang kamar ini bocor, ya? Basah banget ini muka gue," gumam Anjani terduduk.

"Lo gimana sih, suami mau berangkat kerja bukan bangun duluan," ucap Andre yang menolak pinggang ke Anjani.

"Nggak salah ucap, Bro. Kan katanya jangan mencampuri urusan kita masing-masing," sahut Anjani menarik kembali selimutnya.

Andre yang geram membangunkan Anjani secara paksa.

"Bangun nggak," perintah Andre.

Anjani enggan untuk bangun. Tanpa sengaja tangan Andre memegang bukit kembar Anjani yang tak di bungkus.

"Ih lo, ya. Jangan mesum, cari kesempatan lagi," ujar Anjani kesal.

Andre yang tak sengaja memegangnya, mundur dari posisinya.

"Lagian bukannya bangun," sahut Andre.

Anjani yang memakai kaos oblong tanpa menggunakan bra dan celana hot pants, bergegas ke kamar mandi. Ia menutupi bagian dadanya dengan handuk yang dilemparkan Andre.

Anjani keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di badannya. Di lihatnya Andre masih duduk di sofa.

"Ko, masih di kamar?" tanya Anjani.

Andre yang melihat Anjani memakai handuk, tersenyum tipis dan berkata.

"Cewek aneh," ucap Andre meninggalkan kamarnya.

Anjani sedang memakai pakaiannya. Saat memakaikan bra, tiba-tiba pintu kamar di buka. Andre masuk tanpa mengetuk pintu. Anjani berteriak. Andre melihat bukit kembar sintal milik Anjani dan tubuh putih mulus Anjani. Anjani bergegas memakai handuk dan melilitkannya.

"Kenapa sih lo, tau-tau nongol aja tanpa permisi," oceh Anjani.

"Ini kamar gue, lo lupa ya?" sahut Andre.

"Besok gue pindah kamar," ucap Anjani.

"Baguslah," jawab Andre yang mengambil sesuatu dari lemarinya dan meninggalkan Anjani lagi.

Cepat-cepat Anjani mengunci kamar dan memakai pakaiannya.

Andre membuat sarapan dengan menu nasi goreng dan secangkir kopi. Anjani yang datang langsung duduk di meja makan. Mata Andre tak berkedip memandangi Anjani. Terlintas pikiran pemandangan yang ia lihat saat Anjani di atas kamar tadi.

"Kenapa liatin gue kayak gitu?" tegur Anjani yang merasa risih pada pandangan Andre.

Andre mengusap kasar wajahnya dan duduk di kursi bersiap-siap memakan sarapannya.

"Lo beneran nggak bisa masak?" tanya Andre.

Anjani menganggukan kepalanya sambil memakan nasi goreng.

"Nanti ikut gue ke resto," pinta Andre.

Anjani mengacungkan dua ibu jarinya ke arah Andre.

Andre memperhatikan lagi wajah Anjani.

"Cantik juga nih anak," gumam dalam hati Andre.

Anjani yang merasa di perhatikan, menoleh ke arah Andre. Namun Andre pura-pura tidak melihat Anjani.

Sarapan telah selesai, Anjani mengikuti Andre ke kedai. Sesampainya di resto, semua karyawan memperhatikan kedatangan bosnya itu. Andre mengajak Anjani ke bagian kantornya yang terletak di lantai dua.

Saat di dalam kantor, Andre menelpon Prasetyo atau Pras asistennya. Terdengar pintu di ketuk dari luar.

"Ini, Pak," ucap Pras menyerahkan dokumen pada Andre.

Mata Pras tertuju pada Anjani yang sedang membaca sebuah majalah di sofa. Dengan memakai jeans dan kemeja, menjadi ciri khas Anjani yang tomboy. Tak lupa aksesori gelang hitam yang selalu melingkar di tangannnya.

Andre melirik Pras yang memperhatikan Anjani.

"Dia, Anjani. Yang pernah aku ceritakan," ujar Andre.

Anjani menoleh ke arah Pras dan melambaikan tangannya. Sebaliknya Pras menganggukkan kepalanya.

"Kemarin, Bapak beneran nikahin Nona itu?" tanya Pras penasaran.

"Iya," sahut Andre yang serius membaca dokumen itu.

"Semalam tidur bareng dong, Pak?" tanya Pras lagi.

Andre melirik setelah mendengar perkataan Pras tadi. Pras langsung diam.

"Apa maksudmu?" tanya Andre kembali membaca dokumennya.

"Semalam, nona There kesini, Pak." Jawab Pras.

Andre menghentikan dengan bacaannya.

"Trus kamu bilang apa?" tanya Andre.

"Sesuai perintah Bapak," jawab Pras.

Nampak Andre tengah berpikir. Tiba-tiba seorang wanita cantik masuk ke dalam kantor Andre.

"Sayang, kamu kemana aja. Aku telpon nggak kamu angkat-angkat sih!" ucap wanita itu yang langsung menggelayuti Andre yang sedang duduk.

Pras yang melihatnya merasa risih dan sedikit membuang muka.

"Kamu masuk nggak ketuk pintu dulu," sahut Andre.

Wanita itu melihat Anjani yang bengong melihat tingkahnya pada Andre.

"Siapa dia?" tanyanya.

Andre panik, berpikir mencari kata-kata atas pertanyaan wanita itu.

"D-Dia, adiknya Pras. Ya adiknya Pras," sahut Andre dan memberi kode pada Pras.

Pras dengan wajah datarnya bingung harus menjawab apa. Bila ia menolak, bisa-bisa ia di pecat dan bagaimana dengan cicilan mobil dan rumahnya.

Wanita itu mendekati Anjani. Anjani pun berdiri.

"Siapa namamu?" tanya wanita itu.

Anjani menyodorkan tangan kanannya.

"Anjani," jawab Anjani.

Namun, wanita itu tidak memperdulikan jabatan tangan Anjani. Ia tersenyum sinis melihat penampilan Anjani.

Andre dari kejauhan memberi kode pada Anjani untuk diam tidak memberi tahu soal siapa dirinya. Anjani menggeleng-gelengkan kepalanya melihat penampilan seksi wanita itu. Dengan rok span berwarna merah muda dan atasan tengtop kuning, memperlihatkan dada putih mulusnya pada setiap orang yang melihatnya.

"Begini amat selera Andre, pantes om Anggoro menjodohkannya," gumam dalam hati Anjani.

"Aku There atau Theresia, kekasih bos kakakmu," ucapnya.

Anjani tersenyum simpul mendengar perkataan There.

There menghampiri Andre kembali.

"Sayang, adiknya Pras kenapa ada di ruangan ini?" tanya There yang duduk di pangkuan Andre.

"Pras minta tolong untuk mempekerjakannya di sini," jawab Andre.

Mendengar perkataan Andre, Anjani melotot. Sementara Pras diam seribu bahasa.

"Pras, adikmu boleh mulai bekerja sekarang dan tolong kamu bawa ke posisinya sekarang," perintah Andre dengan mengedipkan matanya ke arah Pras dan Anjani.

Pras yang mengerti segera mengajak Anjani keluar ruangan Andre. Anjani yang merasa tersisihkan, menendang pintu kantor itu.

There kesal dengan sikap Anjani. Ia hendak berdiri, namun segera lengannya di tarik Andre. There pun kembali di atas pangkuan Andre. There segera menyambar bibir Andre, mereka biasa melakukannya saat berdua di kantor itu. Bahkan Pras pernah memergoki mereka dengan pakaian yang acak-acakan.

Anjani di bawa ke ruangan Pras.

"Mbak, Nona eh Ibu," ucap Pras yang bingung hendak memanggil Anjani.

"Panggil aja Anjani, emang gue keliatan udah tua, ya?" sahut Anjani yang duduk di kursi kerja Pras.

"Bukan gitu, kan Ibu istri bos saya," ucap sopan Pras.

"Panggil aja Anjani," sahut Anjani kembali.

"Baiklah," jawab Pras.

"Oiya, katanya gue boleh kerja di sini kan," ucap Anjani.

"T-Tapi!" sahut Pras.

"Udah nggak usah tapi-tapian, sekarang bawa gue keliling biar tahu apa kerjaannya," sambung Anjani.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

ANJANI AS PRIM CHANIKARN

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

ANDRE AS NATTAWIN WATTANAGITIPHAT

Weiters Baru

...HAPPY READING...

...----------------...

Pras mengajak Anjani berkeliling dapur dan ruangan restoran itu. Sambil berkeliling, Anjani bertanya sesuatu.

"Cewek seksi itu sering ke sini, ya?" tanya Anjani.

"Siapa, Mbak?" tanya balik.

"Pacar bos lo lah," sahut Anjani.

"O, Mbak There," ucap Pras.

"Dia sering ke sini, Mbak. Bahkan sampai malam," sambung Pras dan tiba-tiba ia menutup mulutnya.

Anjani yang mengerti dengan reaksi Pras, tertawa kecil.

"Udah, santai aja lagi," sahut Anjani.

Salah seorang pegawai pria menghampiri Pras.

"Permisi, Pak," ucap pria itu.

"Ada apa?" tanya Pras.

"Meri nggak masuk lagi. Kita kekurangan tenaga," jelas pria itu lagi.

"Ya sudah, nanti saya kabari lagi," sahut Pras pasti.

Pria itu meninggalkan Pras dan Anjani.

"Ada apa?" tanya Anjani yang penasaran.

"Salah satu pegawai nggak masuk, tenaga untuk shift pagi kurang," jelas Pras sambil mengutak-ngatik gawainya.

"Ya sudah, gue aja gimana?" Anjani menawarkan diri.

Pras tersenyum sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Lah, emangnya kenapa?" sambung Anjani.

"Bisa-bisa bos Andre marah lagi," jawab Pras.

"Udah santai aja, dia bakalan setuju. Percaya sama gue," terang Anjani.

Pras meragukan kata-kata Anjani.

"Lo telpon aja langsung, kalau nggak percaya," lanjut Anjani.

Pras menelpon Andre melalui gawainya. Wajah Pras yang panik terlihat sedikit sumringah setelah mendengar jawaban dari Andre.

"Apa katanya?" tanya Anjani.

"Bos setuju, Mbak," jawab Pras.

"Tuh kan!" sambung Anjani.

"Nanti, Mbak Anjani saya antarkan ke anak lama yang wanita. Biar di tunjukkan dimana loker wanita," jelas Pras.

"Siap. Tapi, lo jangan panggil Mbak dong!" pinta Anjani.

"Baik, Mbak. Eh Anjani," sahut Pras cengengesan pada istri bosnya itu.

Sejujurnya ia merasa tak enak hati mempekerjakan Anjani.

Anjani di pandu oleh salah satu waitres wanita ke loker.

"Ini loker milik lo!" tunjuk wanita itu.

"Makasih, ya!" seru Anjani.

Wanita itu mengangguk, ia memperhatikan postur tubuh Anjani yang kecil dan tinggi.

"Kenapa?" tanya Anjani yang membuyarkan pandangannya.

"Beneran, lo adiknya Pak Pras?" tanyanya.

"Emang kenapa?" tanya balik Anjani.

"Melihat dari postur tubuh lo, kayaknya nggak mungkin deh!" tukasnya.

Anjani tersenyum tipis dan menghampiri waitres seniornya itu.

"Lo naksir, ya?" goda Anjani.

"Hah?" sahutnya.

"Benar kan?" lanjut Anjani.

Wanita itu tersipu malu-malu.

"Nanti gue bantu," jelas Anjani.

"Seriusan?" tanya wanita itu.

"Nama gue, Anjani," Anjani menyodorkan tangan kanannya pada Waitres wanita senior itu.

"Anita!" sahutnya.

Selesai berpakaian layaknya waitres di restoran itu, Anita mengajari Anjani membawa pesanan ke meja pelanggang. Tak butuh waktu lama akhirnya Anjani paham dengan tugasnya.

"Baiklah, Anjani! Gue tinggal dulu ya," pamit Anita.

Anjani mengajungkan dua ibu jari pada Waitres seniornya itu.

Jam menunjukkan pukul dua belas siang, restoran mulai ramai di kunjungi para pelanggan. Meja nomor dua belas di isi oleh sepasang kekasih. Pria itu melambaikan tangan pada Anjani. Ia segera menuju meja itu.

Anjani memberikan daftar menu pada sepasang kekasih itu. Saat si pria ingin mengembalikan daftar menu dan pulpennya, tiba-tiba pulpen itu terjatuh ke lantai. Di saat bersaman Anjani dan pria itu mengambil pulpen itu di lantai.

Kepala mereka beradu. Mereka saling memegang kepala masing-masing. Kejadian itu membuat wanita kekasih pria itu marah karena cemburu.

"Lo, nggak bisa hati-hati, ya?" celutuk wanita itu.

"Maaf, saya nggak sengaja," ucap Anjani dan segera meninggalkan meja tersebut.

Pria itu menahan kekasihnya untuk mengomel lagi. Anjani pun pergi mengantar pesanan si pelanggan pada bagian dapur.

"Lo, nggak apa-apa?" tanya Anita.

"Nggak," sahut Anjani.

Pandangan Anita tertuju pada meja pesanan nomor dua belas yang di layani Anjani.

"Dia memang bawel," jelas Anita menunjukkan ke meja itu dengan memoyongkan bibirnya.

Anjani tersenyum tipis.

"Takut pacarnya naksir gue kali," sahut Anjani dengan canda.

"Bisa-bisa di unyeng lo sama dia," sambung Anita.

Mereka tertawa, rupaya wanita di meja nomor dua belas itu memperhatikan.

Pesanan mereka telah siap, Anjani pun mengantarkannya. Saat semua telah tersaji di meja mereka. Wanita itu mengambil air yang berisi minuman pesanan dan menyiramkannya pada Anjani.

Sontak membuat para pengunjung lain terkejut.

"Kamu apa-apaan sih?" tanya pria yang menjadi kekasihnya itu.

"Aku nggak suka ada genit sama kamu," sahut wanita itu.

"Ya ampun, Mbak! Baru juga kita ketemu, tadi juga nggak sengaja kan!" jelas Anjani pada wanita itu.

Melihat kegaduhan tersebut, Pras segera menghampiri mereka.

"Ada apa ini?" tanya Pras.

"Tolong ajarkan pelayan anda ini sopan santun!" sahut wanita itu.

Pras dan Anjani saling tatap, Pras pun melihat pakaian Anjani yang basah.

"Eh Mas, tolong kasih nasehat pacar anda! Kalau takut pacarnya di lihat orang, kemana-mana suruh pake helem!" bentak Anjani pada pria di sebelah wanita itu.

Anjani pun meninggalkan mereka bertiga.

"Saya minta maaf, atas ketidak nyamanan anda," Pras meminta maaf pada sepasang kekasih itu.

"Tidak, Pak! Pegawai anda tidak bersalah," sahut pria itu.

"Kamu kok, malah belain pelayan itu sih!" protes wanita itu.

Pria itu mengeluarkan dompet dan mengambil beberapa lembar uang ratusan ribu.

"Pak, titip uang ini untuk pegawai anda untuk permohonan maaf kami," sambung pria itu.

"Kamu apa-apaan sih!" wanita itu protes kembali.

"Ayo kita pergi!" ajak pria itu.

Namun si wanita itu enggan bergerak sedikit pun.

"Ya sudah, kalau kamu nggak mau ikut denganku," sambung pria itu dan meninggalkan kekasihnya.

"Roby ... tungguin aku," teriak wanita itu.

Semua pandangan pengunjung tertuju pada sepasang kekasih itu. Merasa diperhatikan, wanita itu berkata.

"Ngapain liat-liat! Ada yang aneh," wanita itu menggertak.

Sontak pengunjung lain bersorak pada wanita itu yang berlalu.

Pras menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia memanggil sakah satu pegawainya untuk merapikan meja tersebut. Kemudian Pras menyuruh Anita melihat keadaan Anjani.

Anita melihat Anjani ada di toilet wanita sedang membersihkan pakaiannya.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Anita dan menghampiri Anjani.

"Gila ya tuh cewek! Padahal kepala gue benturan sama kepala pacarnya, eh bilang gue genit," ucap Anjani kesal dan membasuh wajahnya dengan pancuran air kran washtafel.

Anita tertawa melihat kekesalan Anjani.

"Ada yang lucu?" sambung Anjani.

Anita menghentikan tawanya.

"Padahal benturan kepalanya, gimana benturan hati," ucap Anita menggoda Anjani.

"Bisa-bisa, gue jadi tempe penyet," sahut Anjani.

Lagi-lagi Anita tertawa. Anjani yang mendengarkan suara Anita menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tiba-tiba There masuk kedalam toilet dan mendengar suara tawa.

"Begini cara kerja kalian?" ucap There tiba-tiba.

Anita terdiam, sementara Anjani masih membersihkan bajunya.

"Cepat kalian kerja kembali atau mau aku bilang sama Andre?" sambung There dengan nada sombong.

Anjani yang mendengar nada sombong There segera mendekatinya.

"Bilang aja, gue nggak takut," ucap Anjani.

There kesal dengan ucapan Anjani bergegas keluar.

"Lo jangan cari penyakit sama dia, bisa-bisa tamat deh kerja disini," sahut Anita yang ketakutan.

"Udah santai aja, kita kan nggak salah," terang Anjani.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

dinner with ayangg🤭

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!