...HAPPY READING...
...----------------...
"Kakak ipar! Apa yang sedang kamu lakukan?" selidik Ryan yang keluar dari dalam mobilnya.
Ternyata Ryan memergoki Anjani yang tertidur di depan pagar rumah.
"Eh ... e-e ...," Anjani terbata-bata saat Ryan tiba dihadapannya.
Anjani berpikir, mencari kalimat yang pas untuk menyakinkan dan menutup kecurigaan adik iparnya itu.
"Sebenarnya, gini. Tadi aku sama Andre jalan-jalan ke swalayan, karena aku kebelet pipis dan ngantri juga sampai aku lupa di mana Andre berada. Jadi aku putuskan untuk pulang sendiri," ucap bohong Anjani.
Ryan mengeluarkan gawai dari dalam saku celananya. Ia menekan angka yang tertera di keypad gawainya. Mencoba menghubungi seseorang, namun tak ada jawabannya.
Akhirnya Ryan mengambil remote control dari dalam mobil untuk membuka pagar rumah. Anjani menelan salivanya, ia sama sekali tidak tahu bila seperti itu cara membuka pagar rumah Andre.
"Masuk, Kak!" perintah Ryan.
Anjani menggangguk. Ia pun masuk terlebih dahulu. Ryan pun memarkirkan mobil di garasi.
Saat di dalam rumah, Anjani bertanya pada Ryan. "Keadaan Ayah gimana?"
"Mungkin besok atau lusa boleh pulang, sambil nunggu hasil jantung," jawab Ryan, lalu ia berjalan ke arah dapur mengambil air mineral dari dalam lemari pendingin.
Anjani melangkah ke lantai atas untuk segera ke kamar. Ia merasa badannya lengket dengan air keringat. Anjani membersihkan diri, kucuran air shower bersuhu hangat menetralkan pikirannya.
Setelah selesai mandi, ia melilitkan handuk pada tubuh polosnya. Saat ingin mengambil pakaian daru dalam lemari, tiba-tiba pintu kamar dibuka yang membuat ia terkejut.
"Ih lu, bisa nggak bikin gue nggak jantungan!" ucap Anjani dengan kesal.
"Emang gue tahu, kalau lu mau ganti baju," jelas Andre yang menyandarkan tubuhnya pada sofa kamar.
"Sana lu, gue mau pakai baju," usir Anjani.
Mendengar ucapan Anjani, Andre langsung keluar kamar. Setelah selesai Anjani merebahkan tubuhnya pada tempat tidur.
Ia tersenyum-senyum sendiri. Pandangannya ke atas langit-langit kamar. Rupanya Andre telah masuk kembali kedalam kamar.
"Pantes, di panggilin nggak nyaut. Lagi menghayal rupanya," gerutu Andre.
Andre berjalan mengendap-endap ke arah Anjani. Anjani yang fokus dengan lamunannya tak menyadari dengan kelakuan Andre. Andre mengambil bantal dan melemparkan ke Anjani.
"Lu apa-apaan sih! Kayak nggak ada kerjaan aja," ujar Anjani membalas lemparan bantal pada Andre.
Andre mengelak. "Lagian lu pake cengar-cengir sendiri."
Anjani membelakangi Andre.
"Jangan berisik, gue ngantuk!" sahut Anjani.
"Eh mana boleh! Jujur lu tadi siang abis dari resto pergi kemana?" tanya Andre sewot.
Anjani membalikkan badannya.
"Kepo amat sih! Bukannya udah perjanjian ya, nggak boleh ikut campur urusan satu sama lain!" ucap Anjani jelas.
Andre yang mendengar ucapan Anjani terdiam.
"Iya ya, kenapa gue kepo urusan dia ya? Kan gue yang nyuruh," gumam Andre dalam hati.
Andre mengambil handuk dan masuk ke dakam kamar mandi.
Di dalam kamar mandi dengan kucuran air shower, Andre masih tidak puas dengan jawaban Anjani. Ia menyelesaikan mandinya dengan terburu-buru.
Saat ingin bertanya kembali pada Anjani. Tapi dilihatnya Anjani sudah terlelap. Andre menggoyang-goyangkan tubuh Anjani agar terbangun. "Anjani, bangun!"
"Apa sih! Gue ngantuk nih!" ucap Anjani dengan kesal menoleh ke arah Andre.
"Ryan ngomong apa? Bangun dong!" pinta Andre.
Kemudian Anjani terduduk sambil menahan kantuk.
"Ryan nggak ngomong apa-apa. Tapi pas gue ketiduran di pagar depan, tau-tau dia udah di hadapan gue," jelas Anjani.
Mendengar penjelasan Anjani, Andre terkejut.
"Lagian lu, ngapain sih pake ketiduran di depan pagar. Bisa runyem urusannya ini," ucap Andre sambil bolak-balik di hadapan Anjani.
Anjani tidak memperdulikan dengan kecemasan Andre. Ia memilih tidur dan menarik selimut.
Keesokan hari saat di meja makan. Mereka bertiga sarapan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Andre dan Anjani saling lirik.
"Kakak ipar, hari ini ada acara nggak?" tanya Ryan tiba-tiba dengan gaya dinginnya.
Anjani menoleh ke Andre.
"Anjani mau ikut Mas ke resto," sahut Andre.
Ryan hanya mendengarkan.
"O Iya! Bukannya Ayah mau pulang hari ini ya!" celetuk Anjani.
Andre terbatuk-terbatuk, ia pun baru ingat bila Ayahnya akan pulang dari rumah sakit hari ini.
"Ternyata daya ingat kalian masih normal," ketus Ryan sambil memandang ke arah Kakak dan Kakak Iparnya itu.
Anjani dan Andre terdiam dan saling pandang.
"Kenapa Andre kelihatan segan banget sama Ryan ya?" gumam dalam hati Anjani.
Ryan telah menyelesaikan sarapannya. Ia meninggalkan meja makan.
Anjani memperhatikan adik iparnya yang penuh karisma itu. Lalu ia menoleh ke arah Andre, ia pincingkan matanya.
"Kenapa? Ada yang aneh?" tanya Andre.
"Gue heran, kenapa lu pendiam banget di hadapan Ryan! Seolah-olah dia adalah anak tertua," ucap Anjani.
Andre memasang wajah datar mendengar ucapan Anjani.
Anjani yang masih menatap Andre bahkan tak berkedip menunggu jawaban dari pernyataannya.
"Nggak perlu penjelasan," sahut Andre menyelesaikan sarapannya dan meninggalkan Anjani.
"Dasar baperan," gerutu Anjani.
Saat membereskan piring di atas meja makan, Ryan menghampiri.
"Sudah, Kak. Nanti ada orang yang akan datang merapikan ini, sekarang kita ke rumah sakit," jelas Ryan.
Anjani mengangguk. Ia keluar rumah dan masuk ke dalam mobil Ryan.
"Andre gimana, Yan?" tanya Anjani.
"Mas Andre bisa jalan sendiri," sahut Ryan.
Anjani tersenyum kecut mendengar perkataan Ryan. Ia memperhatikan adik iparnya itu. Gayanya dingin tapi karismanya itu mendampingi wajah tampannya.
Berbeda dengan Andre. Andre memang tampan tapi sikapnya sedikit pecicilan, egois dan banyak maunya. Membuat Anjani menggeleng-gelengkan kepala di buatnya.
Gawai Ryan berbunyi, dilihatnya Andre menelpon. Ia memberikannya pada Anjani. Anjani menerimanya.
"Halo," ucap Anjani.
"Kenapa bareng Ryan sih! Gue kan suami lu," sahut Andre di sana.
"Maaf," pinta Anjani.
Suara Andre terdengar sedikit berteriak hingga Anjani menjauhkan dari telinganya.
Ryan tersenyum tipis. Ia melirik Anjani saat menerima telpon dari Kakaknya dari kaca spion.
Anjani memberikan gawai pada Ryan.
Akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Saat memasuki ruang rawat inap Tuan Anggoro, Andre sudah ada di dalam terlebih dahulu. Anjani terbelalak.
"Yah," Anjani mencium tengkuk lengan mertuanya itu.
Tuan Anggoro tersenyum. Andre menarik tangan Anjani ke luar ruangan.
"Kenapa sih?" tanya Anjani melepas pegangan tangan Andre.
"Ryan ngomong apa?" tanya Andre.
"Nggak ngomong apa-apa. Kenapa, kayaknya lu takut banget sama adik lu itu," sahut Anjani.
Andre terdiam.
"Pokoknya lu pulang bareng gue. Jangan jauh-jauh dari gue. Paham!" jelas Andre.
Andre masuk kembali ke ruangan Ayahnya. Anjani pun mengikutinya.
"Anjani, Andre. Nanti bila ayah sudah pulang, kalian pindah ke apartemen," ujar Tuan Anggoro.
"Pindah? Nanti siapa yang mengurusi Ayah?" sahut Andre.
"Aku sudah siapin suster, Mas!" jelas Ryan.
Andre dan Anjani terdiam.
...----------------...
Anjani pas mode Cool
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments