Kesayangan Tuan Skay Lioward

Kesayangan Tuan Skay Lioward

Episode 1

Di rumah berlantai dua dengan luas berkali kali lipat. Rumah itu biasanya sunyi senyap, tapi kali ini berbeda. Dua pemilik rumah yang tak lain adalah Skay Loward dan Bianca Jewer tengah terlibat perdebatan di kamar.

"Berhentilah berdalih, Bianca! Jelas-jelas itu kamu!" hardik Skay Lioward. Kecewa, ya pria itu sangat kecewa. Dia mencintai istrinya, Bianca, sekalipun wanita itu tak bisa memberinya anak. Dia sering mengatakan padanya, bahwa tujuannya menikah bukan untuk mencari anak. Namun beberapa jam yang lalu dia memergoki istrinya bercumbu mesra dengan pria lain.

"Percayalah padaku, Honey. Aku tidak selingkuh. Apa yang kau lihat itu tidak benar adanya, aku dijebak. Aku dijebak, Honey" jelas Bianca. Tangis wanita itu pun pecah.

"Aku kecewa padamu Bianca! Aku kecewa padamu" lirih Skay.

Meninggalkan kediamannya, Skay pergi ke tempat biasa. Club malam, dunia para orang-orang stres akut juga stres ringan. Bukan kata orang lain, tapi Skay lah yang menyebutnya seperti itu. Setiap kali dia stres, dia akan ke Club malam.

Kini, pria berkulit putih, hidung mancung, bibir seksi sedikit kemerahan, juga manik mata berwarna abu kecoklatan, dia telah berada di salah satu club malam di Kota A, tepatnya di ruangan VVIP– tempat biasa yang dijadikannya tempat menghabiskan beberapa botol vodka.

Pintu ruangannya tiba-tiba terbuka, dilihatnya seorang gadis masuk perlahan mendekat ke arahnya. Pakaian yang digunakan gadis itu, membuat Skay yakin, dialah wanita yang akan menuangkan vodka untuknya. Wanita yang akan bersamanya sampai pria itu meninggalkan ruangan tersebut.

Skay meneguk segelas vodka, lagi dan lagi. Penglihatannya mulai buram, ruangan yang kini dia tempati pun seakan berputar. Sedetik kemudian, ia kehilangan kesadarannya.

Alluce menghela napas panjang, baru kali ini dia bertemu pria yang tidak kuat minum tapi masih bersikeras untuk minum. Alluce mendatangi wanita yang tak lain adalah rekan kerjanya, bertanya apa yang harus dia lakukan pada tamu yang pingsan di kamar 2001.

Sesuai kata rekan kerjanya, Alluce harus membawa Skay ke hotel yang berada di lantai 10. Dengan bantuan beberapa pria berotot, kini Skay telah dibaringkan di kamar hotel.

"Hei! kamu" jari telunjuk Skay terarah pada Alluce. "Sini" tambahnya mengibaskan tangan di udara.

Alluce yang hendak pergi menyusul pria berotot tadi, segera menghampiri Skay yang telah berganti posisi. "Ada apa, Tuan? Apa yang bisa saya bantu?" tanya Alluce dengan sopan.

Skay tersenyum miring, pria itu menarik lengan Alluce. Menindihnya hingga tak ada jarak diantar keduanya. Semakin Alluce memberontak, Skay semakin kuat mencekal kuat kedua pergelangan tangan Alluce yang kini berada di bawahnya.

"Lepaskan saya ... Saya mohon ... Tolong lepaskan saya, Tuan ..." pinta Alluce. Netra matanya mulai berembun.

"Bukankah kamu butuh uang? Kamu cukup melayaniku malam ini maka ratusan miliyar akan masuk dalam rekening mu. Bukankah itu banyak, harusnya kamu tidak dibayar semahal itu. Tapi aku mengasihani mu jadi ku naikkan harga tarif mu" Skay tersenyum jahat. Pria itu menatap lekat manik mata Alluce yang berkaca-kaca.

"Tolong lepas saya ..." pinta Alluce. Sedetik kemudian netra matanya mulai mengeluarkan bulir bening yang sedari tadi menumpuk.

Tak perduli dengan jeritan Alluce, Skay terus melakukan aksinya. Hingga benda tumpul itu berhasil merobek selaput darah Alluce. Skay menarik senyum dikedua sudut bibirnya, baru kali itu dia memperawan* wanita. Saat ia menikah dengan Bianca, wanita itu tak lagi virgin. Sekalipun begitu, Skay tetap menerimanya.

"Ternyata kamu masih perawan" bisik nya disela sela kegiatannya.

Alluce, wanita itu tak sedikitpun merasakan kenikmatan, justru sebaliknya. Dia merasakan sakit yang bertubi tubi. Diperkosa, bukanlah impian hidupnya.

Dering telepon membangunkan Skay dari tidurnya. Menarik diri sedikit duduk, pria itu mencari ponselnya. Nyatanya, ponselnya berada di dalam saku celana yang kini berserakan di lantai.

Fokusnya kembali teralihkan pada bercak darah di seprei tebal yang kini menutupi tubuh telanjangnya. Sedetik kemudian dia mengacak acak rambutnya penuh penyesalan.

"Sial!! Aku kira mimpi, nyatanya tidak. Aku harus mencari gadis kecil itu. Aku harus bertanggung jawab"

Skay segera kamar mandi membersihkan diri sebelum meninggalkan hotel.

Setelah mendapatkan informasi mengenai Alluce. Skay Lioward segera mengemudikan mobilnya menuju tempat dimana Alluce tinggal. Setibanya di sana, pria itu tertegun melihat rumah susun yang cukup dibilang kumuh.

"Oh Tuhan, aku telah menghancurkan masa depan gadis kecil yang tidak punya Mommy dan Dady" batin Skay penuh penyesalan.

Perlahan, Skay Lioward menampakkan kaki pada tangga. Setiap langkah ia berpijak, rasa penyesalan itu menghantamnya. Hingga ia berhenti dilantai tiga, tepatnya di depan rumah 102.

"Bagaimana caranya aku memanggilnya? Ah iya, sepertinya aku cukup mengetuk pintu" gumam Skay. Ketukan pertama, kedua hingga ke tiga, tak ada tanda-tanda dari dalam. Lagi dan lagi Skay Lioward mencoba, namun tetap sama.

Skay meninggalkan tempat kumuh itu, ia kembali ke Clubs yang dia datangi semalam. Bertemu Johns, Skay meninggalkan selembar cek juga kartu namanya. Berharap, wanita yang menghabiskan malam dengannya segera menemuinya.

Sudah seminggu, namun Alluce belum juga datang menemui Skay Lioward, bahkan gadis cantik itu tak lagi datang di Club tempat dia bekerja. Jacky, si pemilik Clubs juga sudah mendatangi tempat tinggal Alluce namun kata tetangga rumah mereka, Alluce telah pindah bersama Nenek Clarrin.

Di rumah berlantai dua, Skay Loward berdiri dibalik dinding kaca yang menjulang tinggi. Dia yakin, orang miskin seperti Alluce pasti takut melapor pada pihak berwajib. Mungkin itulah salah satu alasan kenapa sampai saat ini Skay masih belum mendapatkan surat penangkapan.

"Dimana gadis itu? Apa dia membenciku hingga tak mendatangiku? Atau pemilik Club itu tidak memberikan kartu nama yang aku titipkan?" bergelut dengan pikirannya, Skay Lioward tak menyadari kedatangan Bianca yang tiba tiba memeluknya dari belakang.

"Temani aku shoping, Honey" pinta Bianca merengek manja.

Masalah yang menjadi perdebatan mereka beberapa hari yang lalu telah kelar. Bianca Jewer terbukti tidak bersalah. Namun, Skay Lioward bukanlah pria yang mudah percaya begitu saja. Jelas-jelas pria itu melihatnya dengan mata kepalanya sendiri, dimana Bianca bercumbu mesra dengan pria asing. Lantas, bagaimana mungkin Bianca tidak bersalah? Biarlah, biarlah Bianca memainkan perannya dalam drama baru yang dia ciptakan.

Bukan tidak marah, tapi Skay ingin memberi kesempatan pada Bianca. Sekali lagi wanita itu dipergoki melakukan hal menjijikan, bisa dipastikan, dia akan menyandang status janda.

Kini, Skay Lioward dan Bianca telah berada di Mall besar kota A. Mall itu didirikan oleh mendiang Kakek Laicer Lioward yang meninggal beberapa tahun yang lalu. Dan kini, CEO Mall Group itu adalah Skay Lioward, satu-satunya penerus keluarga Lioward

Terpopuler

Comments

Amilia Indriyanti

Amilia Indriyanti

ratusan milyar....
halu Yo halu 🫣

2023-09-21

0

Ratu

Ratu

Udah ga lain lagi, pasti larinya ke club🤣

2023-01-09

1

Ratu

Ratu

Baru awal eumm

2023-01-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!