Episode 2

Alluce menangis di Kampung kecil yang jauh dari kota. Kedatangannya di Kampung itu untuk mengantar Nenek Clarrin bertemu cucu dan menantunya. Nyatanya, cucu dan menantu Nenek Clarrin sudah lama meninggal. Tak kuasa menerima kenyataan, Nenek Clarrin pun menghembuskan nafas terakhirnya tepat di samping makam sang cucu juga menantunya.

Menangis dipinggir jalan, Alluce di datangi oleh dua orang wanita yang turut memprihatinkan atas musibah yang menimpah Alluce.

"Nona, sepertinya anda belum makan. Apa itu benar?" tanya salah seorang wanita yang sepertinya Ibu dari gadis kecil yang berdiri di sampingnya.

Alluce mengangguk kecil.

"Ayo, Nona. Ikut kami ke rumah. Kebetulan, saya memasak beberapa menu. Sangat cocok untuk cuaca sekarang" ucap wanita tadi.

Alluce yang pada dasarnya lapar, ia menerima tawaran dua wanita yang tadi menghampirinya. Setibanya di rumah, Alluce menatap sekeliling. Rumah yang dari luar terlihat kumuh nyatanya mewah pada bagian dalamnya.

Setelah makan, Alluce pamit pulang. Namun dia dicegah oleh Tuan rumah. Tuan rumah menyarankan Alice untuk bermalam karena kendaraan ke kota tidak ada yang beroperasi pada sore hari. Setelah mendengar alasannya, Alluce memilih bermalam.

Alluce telah berada di dalam Kota, dia baru saja menemukan tempat tinggal baru yang tagihannya tidak terlalu mahal. Gadis itu ingin kembali bekerja di Clubs milik Jacky tapi dia takut bertemu Skay Lioward. Dia takut, takut di bunuh oleh Skay Lioward. Alluce tahu siapa Skay, dialah CEO dari Mall Group. Sementara pria yang kerap kali melamar Alluce, kini telah berpaling dari Alluce. Dia kecewa, kecewa pada Alluce.

Menatap langit langit kamar, pikiran Alluce terarah pada Skay. "Tak ada celah pada dirinya, dia begitu sempurna dari segi apapun"

"Sial! Kenapa harus pria itu yang aku pikiran!!" tambahnya mengumpat.

Berhubung sudah malam dan perutnya mulai keroncongan, Alluce keluar dari rumah sewa mencari minimarket terdekat. Membeli beberapa Indomie, sosis juga snack, gadis itu segera pulang ke rumah.

Pagi harinya, Alluce duduk di depan cermin. Dia memoles wajahnya dengan bedak padat natural. Mengeluarkan lipstik warna bibir, gadis itu tersenyum melihat maha karyanya.

"Ternyata aku cantik juga walau hanya mengenakan bedak padat dan lipstik yang murah meriah ini" ucap Alluce menarik senyum seraya menatap wajahnya di cermin.

Alluce keluar dari rumah sewa, tujuan utamanya adalah mencari pekerjaan untuk menghidupi dirinya seorang. Sudah sehari dia mencari lowongan namun tak jua mendapatkan kesempatan itu.

Duduk di depan Mall di Kota A bak gembel, Alluce menatap mobil mewah yang berjejer di parkiran. Hingga sapaan seseorang membuyarkan lamunannya.

"Maora? Kau kah ini Maora?" Alluce beranjak berdiri.

Wanita yang bernama Maora itu mengangguk. Netra matanya mulai berembun. "Kemana saja kamu? Aku mencari mu ke rumah tapi kamu dan Nenek tidak ada di sana"

"Maafkan aku, Maora. Aku pergi tanpa pamit. Dengan siapa kamu ke sini?" tanya Alluce.

"Aku sendirian ke sini. Luce, Kak Jacky mencari mu. Ayo kita ke clubs, ada hal penting yang mau Kak Johns sampaikan padamu. Ini penting!"

Alluce dan Maora telah berada di depan clubs. Keduanya masuk mencari Jacky di ruangannya. Melihat kedatangan Alluce, Jacky tersenyum smirk.

"Maora, bisa kau tinggalkan kami berdua?" Tanpa menjawab, Maora segera keluar dari ruangan sang Kakak. Sepeninggal Maora, Johns mempersilahkan Alluce duduk.

"Kak Jacky, maafkan aku yang pergi tanpa bersua. Hari itu aku benar-benar harus pergi" lirih Alluce.

Pria bernama Jacky itu tersenyum. Tanpa basa basi, dia mengeluarkan selembar cek juga kartu nama dari Skay Loward.

"Aku bukan wanita murahan, tapi untuk meminta pertanggung jawaban, aku rasa pria kaya itu tidak akan bertanggung jawab. Jadi lebih baik aku terima saja cek ini. Seenggaknya aku bernilai" batin Alluce.

Alluce telah berada di rumah sewa. Ditatapnya ponsel yang baru saja dia beli. Selama ini, dia menggunakan ponsel jadul, dan sekarang, dia punya ponsel keluaran terbaru. Tangannya terulur meraih ponsel itu, membuka aplikasi tabungan, ia menatap nominal dalam tabungan tersebut. Benar kata Jacky, Alluce bisa membuka usaha. Tapi usaha apa?

"Dengan uang ini, aku bisa melanjutkan pendidikan ku" gumam Alluce menarik senyum.

Di lain tempat, Skay Lioward menarik senyum setelah mengecek notifikasi yang masuk. Dia yakin, Alluce akan datang padanya. Dan disaat itulah, dia akan mempertanggung jawabkan perbuatannya. Setelah itu dia akan menceraikan Alluce, atau membuat Alluce hamil lalu dia dan Bianca akan mengambil anak yang akan dilahirkan oleh Alluce.

Dua bulan berlalu, Alluce tak kunjung datang menemuinya. Dan Bianca pun tak bermain api lagi. Skay ke kantor seperti biasa. Namun, dua hari belakangan ini Skay merasakan mual dan muntah.

"Aku bisa gila!" Skay mengumpat. Pria itu menatap wajahnya pada cermin kamar mandi.

"Ad apa denganku? Kenapa aku muntah setiap kali makan?" gumamnya bertanya tanya.

Merasa tidak bisa dibiarkan, Skay segera menemui dokter keluarga di Klinik terlengkap di Kota A. Sesuai namanya, Klinik itu banyak didatangi oleh mereka yang butuh pengobatan. Dan kini, Skay telah berada di ruangan Dokter Luis.

"Aku rasa istrimu hamil" jelas Dokter Luis, sahabat Skay Lioward.

Tak dapat dipungkiri, Skay sangat gembira atas apa yang baru saja didengarnya. Hamil? Oh Tuhan, rasanya Skay sudah tak sabar bertemu istrinya.

"Luis, aku pulang dulu" ucap Skay. Dia harus menemui Bianca. Memberikan ciuman singkat, memeluk dan mengelus perut rata sang istri.

"Silahkan, Skay. Selamat ya" ucap Lois.

"Terima kasih, aku pergi sekarang" ucap Skay.

Masuk ke dalam mobil, Skay segera keluar dari area parkir. Mobil yang dikendarainya melaju dengan kecepatan tinggi. Hingga hanya beberapa belas menit saja, dia pun tiba di rumah besar berlantai dua yang menjulang tinggi bak istana kerajaan. Turun dari mobil, pria itu menarik langkah cepat menuju kamar yang terletak di lantai dua rumah. Di sana, dia tak mendapati Bianca di dalam.

Pintu kamar mandi terbuka, Bianca keluar dari dalam. "Apa kau membelikan ku pembalut?" tanya Bianca menghampiri sang suami.

"Untuk apa?" tanya Skay mengerutkan kening. Untuk apa pembalut? Bukankah Bianca hamil. Lantas kenapa dia menanyakan pembalut. Pikir Skay.

"Untuk aku, Honey. Melihat kedatangan mu tanpa memegang sesuatu, aku rasa kamu tidak membaca pesanku" jawab Bianca melewati Skay.

"Apa kamu yakin kamu menstruasi?" tanya Skay memastikan.

Kesal! Bianca melepas baju mandi yang ia kenakan. Sedetik kemudian, setetes darah ikut jatuh mengotori lantai kamar.

Degh!!

"Jika Bianca tidak hamil, apa yang hamil itu adalah gadis kecil yang malam itu?" Pikiran Skay kembali ke beberapa bulan yang lalu. Dimana dia memperawan* seorang gadis yang bernama Alluce Kymor.

Terpopuler

Comments

Ratu

Ratu

nah kan...

2023-01-09

1

Mutia Kim🍑

Mutia Kim🍑

Pasti Alluce yg hamil😌

2023-01-09

0

Mak Aul

Mak Aul

huaaaa ... dokternya canggih Gilak
suaminya yang di periksa istrinya yang hamil 😭

2023-01-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!