NovelToon NovelToon

Kesayangan Tuan Skay Lioward

Episode 1

Di rumah berlantai dua dengan luas berkali kali lipat. Rumah itu biasanya sunyi senyap, tapi kali ini berbeda. Dua pemilik rumah yang tak lain adalah Skay Loward dan Bianca Jewer tengah terlibat perdebatan di kamar.

"Berhentilah berdalih, Bianca! Jelas-jelas itu kamu!" hardik Skay Lioward. Kecewa, ya pria itu sangat kecewa. Dia mencintai istrinya, Bianca, sekalipun wanita itu tak bisa memberinya anak. Dia sering mengatakan padanya, bahwa tujuannya menikah bukan untuk mencari anak. Namun beberapa jam yang lalu dia memergoki istrinya bercumbu mesra dengan pria lain.

"Percayalah padaku, Honey. Aku tidak selingkuh. Apa yang kau lihat itu tidak benar adanya, aku dijebak. Aku dijebak, Honey" jelas Bianca. Tangis wanita itu pun pecah.

"Aku kecewa padamu Bianca! Aku kecewa padamu" lirih Skay.

Meninggalkan kediamannya, Skay pergi ke tempat biasa. Club malam, dunia para orang-orang stres akut juga stres ringan. Bukan kata orang lain, tapi Skay lah yang menyebutnya seperti itu. Setiap kali dia stres, dia akan ke Club malam.

Kini, pria berkulit putih, hidung mancung, bibir seksi sedikit kemerahan, juga manik mata berwarna abu kecoklatan, dia telah berada di salah satu club malam di Kota A, tepatnya di ruangan VVIP– tempat biasa yang dijadikannya tempat menghabiskan beberapa botol vodka.

Pintu ruangannya tiba-tiba terbuka, dilihatnya seorang gadis masuk perlahan mendekat ke arahnya. Pakaian yang digunakan gadis itu, membuat Skay yakin, dialah wanita yang akan menuangkan vodka untuknya. Wanita yang akan bersamanya sampai pria itu meninggalkan ruangan tersebut.

Skay meneguk segelas vodka, lagi dan lagi. Penglihatannya mulai buram, ruangan yang kini dia tempati pun seakan berputar. Sedetik kemudian, ia kehilangan kesadarannya.

Alluce menghela napas panjang, baru kali ini dia bertemu pria yang tidak kuat minum tapi masih bersikeras untuk minum. Alluce mendatangi wanita yang tak lain adalah rekan kerjanya, bertanya apa yang harus dia lakukan pada tamu yang pingsan di kamar 2001.

Sesuai kata rekan kerjanya, Alluce harus membawa Skay ke hotel yang berada di lantai 10. Dengan bantuan beberapa pria berotot, kini Skay telah dibaringkan di kamar hotel.

"Hei! kamu" jari telunjuk Skay terarah pada Alluce. "Sini" tambahnya mengibaskan tangan di udara.

Alluce yang hendak pergi menyusul pria berotot tadi, segera menghampiri Skay yang telah berganti posisi. "Ada apa, Tuan? Apa yang bisa saya bantu?" tanya Alluce dengan sopan.

Skay tersenyum miring, pria itu menarik lengan Alluce. Menindihnya hingga tak ada jarak diantar keduanya. Semakin Alluce memberontak, Skay semakin kuat mencekal kuat kedua pergelangan tangan Alluce yang kini berada di bawahnya.

"Lepaskan saya ... Saya mohon ... Tolong lepaskan saya, Tuan ..." pinta Alluce. Netra matanya mulai berembun.

"Bukankah kamu butuh uang? Kamu cukup melayaniku malam ini maka ratusan miliyar akan masuk dalam rekening mu. Bukankah itu banyak, harusnya kamu tidak dibayar semahal itu. Tapi aku mengasihani mu jadi ku naikkan harga tarif mu" Skay tersenyum jahat. Pria itu menatap lekat manik mata Alluce yang berkaca-kaca.

"Tolong lepas saya ..." pinta Alluce. Sedetik kemudian netra matanya mulai mengeluarkan bulir bening yang sedari tadi menumpuk.

Tak perduli dengan jeritan Alluce, Skay terus melakukan aksinya. Hingga benda tumpul itu berhasil merobek selaput darah Alluce. Skay menarik senyum dikedua sudut bibirnya, baru kali itu dia memperawan* wanita. Saat ia menikah dengan Bianca, wanita itu tak lagi virgin. Sekalipun begitu, Skay tetap menerimanya.

"Ternyata kamu masih perawan" bisik nya disela sela kegiatannya.

Alluce, wanita itu tak sedikitpun merasakan kenikmatan, justru sebaliknya. Dia merasakan sakit yang bertubi tubi. Diperkosa, bukanlah impian hidupnya.

Dering telepon membangunkan Skay dari tidurnya. Menarik diri sedikit duduk, pria itu mencari ponselnya. Nyatanya, ponselnya berada di dalam saku celana yang kini berserakan di lantai.

Fokusnya kembali teralihkan pada bercak darah di seprei tebal yang kini menutupi tubuh telanjangnya. Sedetik kemudian dia mengacak acak rambutnya penuh penyesalan.

"Sial!! Aku kira mimpi, nyatanya tidak. Aku harus mencari gadis kecil itu. Aku harus bertanggung jawab"

Skay segera kamar mandi membersihkan diri sebelum meninggalkan hotel.

Setelah mendapatkan informasi mengenai Alluce. Skay Lioward segera mengemudikan mobilnya menuju tempat dimana Alluce tinggal. Setibanya di sana, pria itu tertegun melihat rumah susun yang cukup dibilang kumuh.

"Oh Tuhan, aku telah menghancurkan masa depan gadis kecil yang tidak punya Mommy dan Dady" batin Skay penuh penyesalan.

Perlahan, Skay Lioward menampakkan kaki pada tangga. Setiap langkah ia berpijak, rasa penyesalan itu menghantamnya. Hingga ia berhenti dilantai tiga, tepatnya di depan rumah 102.

"Bagaimana caranya aku memanggilnya? Ah iya, sepertinya aku cukup mengetuk pintu" gumam Skay. Ketukan pertama, kedua hingga ke tiga, tak ada tanda-tanda dari dalam. Lagi dan lagi Skay Lioward mencoba, namun tetap sama.

Skay meninggalkan tempat kumuh itu, ia kembali ke Clubs yang dia datangi semalam. Bertemu Johns, Skay meninggalkan selembar cek juga kartu namanya. Berharap, wanita yang menghabiskan malam dengannya segera menemuinya.

Sudah seminggu, namun Alluce belum juga datang menemui Skay Lioward, bahkan gadis cantik itu tak lagi datang di Club tempat dia bekerja. Jacky, si pemilik Clubs juga sudah mendatangi tempat tinggal Alluce namun kata tetangga rumah mereka, Alluce telah pindah bersama Nenek Clarrin.

Di rumah berlantai dua, Skay Loward berdiri dibalik dinding kaca yang menjulang tinggi. Dia yakin, orang miskin seperti Alluce pasti takut melapor pada pihak berwajib. Mungkin itulah salah satu alasan kenapa sampai saat ini Skay masih belum mendapatkan surat penangkapan.

"Dimana gadis itu? Apa dia membenciku hingga tak mendatangiku? Atau pemilik Club itu tidak memberikan kartu nama yang aku titipkan?" bergelut dengan pikirannya, Skay Lioward tak menyadari kedatangan Bianca yang tiba tiba memeluknya dari belakang.

"Temani aku shoping, Honey" pinta Bianca merengek manja.

Masalah yang menjadi perdebatan mereka beberapa hari yang lalu telah kelar. Bianca Jewer terbukti tidak bersalah. Namun, Skay Lioward bukanlah pria yang mudah percaya begitu saja. Jelas-jelas pria itu melihatnya dengan mata kepalanya sendiri, dimana Bianca bercumbu mesra dengan pria asing. Lantas, bagaimana mungkin Bianca tidak bersalah? Biarlah, biarlah Bianca memainkan perannya dalam drama baru yang dia ciptakan.

Bukan tidak marah, tapi Skay ingin memberi kesempatan pada Bianca. Sekali lagi wanita itu dipergoki melakukan hal menjijikan, bisa dipastikan, dia akan menyandang status janda.

Kini, Skay Lioward dan Bianca telah berada di Mall besar kota A. Mall itu didirikan oleh mendiang Kakek Laicer Lioward yang meninggal beberapa tahun yang lalu. Dan kini, CEO Mall Group itu adalah Skay Lioward, satu-satunya penerus keluarga Lioward

Episode 2

Alluce menangis di Kampung kecil yang jauh dari kota. Kedatangannya di Kampung itu untuk mengantar Nenek Clarrin bertemu cucu dan menantunya. Nyatanya, cucu dan menantu Nenek Clarrin sudah lama meninggal. Tak kuasa menerima kenyataan, Nenek Clarrin pun menghembuskan nafas terakhirnya tepat di samping makam sang cucu juga menantunya.

Menangis dipinggir jalan, Alluce di datangi oleh dua orang wanita yang turut memprihatinkan atas musibah yang menimpah Alluce.

"Nona, sepertinya anda belum makan. Apa itu benar?" tanya salah seorang wanita yang sepertinya Ibu dari gadis kecil yang berdiri di sampingnya.

Alluce mengangguk kecil.

"Ayo, Nona. Ikut kami ke rumah. Kebetulan, saya memasak beberapa menu. Sangat cocok untuk cuaca sekarang" ucap wanita tadi.

Alluce yang pada dasarnya lapar, ia menerima tawaran dua wanita yang tadi menghampirinya. Setibanya di rumah, Alluce menatap sekeliling. Rumah yang dari luar terlihat kumuh nyatanya mewah pada bagian dalamnya.

Setelah makan, Alluce pamit pulang. Namun dia dicegah oleh Tuan rumah. Tuan rumah menyarankan Alice untuk bermalam karena kendaraan ke kota tidak ada yang beroperasi pada sore hari. Setelah mendengar alasannya, Alluce memilih bermalam.

Alluce telah berada di dalam Kota, dia baru saja menemukan tempat tinggal baru yang tagihannya tidak terlalu mahal. Gadis itu ingin kembali bekerja di Clubs milik Jacky tapi dia takut bertemu Skay Lioward. Dia takut, takut di bunuh oleh Skay Lioward. Alluce tahu siapa Skay, dialah CEO dari Mall Group. Sementara pria yang kerap kali melamar Alluce, kini telah berpaling dari Alluce. Dia kecewa, kecewa pada Alluce.

Menatap langit langit kamar, pikiran Alluce terarah pada Skay. "Tak ada celah pada dirinya, dia begitu sempurna dari segi apapun"

"Sial! Kenapa harus pria itu yang aku pikiran!!" tambahnya mengumpat.

Berhubung sudah malam dan perutnya mulai keroncongan, Alluce keluar dari rumah sewa mencari minimarket terdekat. Membeli beberapa Indomie, sosis juga snack, gadis itu segera pulang ke rumah.

Pagi harinya, Alluce duduk di depan cermin. Dia memoles wajahnya dengan bedak padat natural. Mengeluarkan lipstik warna bibir, gadis itu tersenyum melihat maha karyanya.

"Ternyata aku cantik juga walau hanya mengenakan bedak padat dan lipstik yang murah meriah ini" ucap Alluce menarik senyum seraya menatap wajahnya di cermin.

Alluce keluar dari rumah sewa, tujuan utamanya adalah mencari pekerjaan untuk menghidupi dirinya seorang. Sudah sehari dia mencari lowongan namun tak jua mendapatkan kesempatan itu.

Duduk di depan Mall di Kota A bak gembel, Alluce menatap mobil mewah yang berjejer di parkiran. Hingga sapaan seseorang membuyarkan lamunannya.

"Maora? Kau kah ini Maora?" Alluce beranjak berdiri.

Wanita yang bernama Maora itu mengangguk. Netra matanya mulai berembun. "Kemana saja kamu? Aku mencari mu ke rumah tapi kamu dan Nenek tidak ada di sana"

"Maafkan aku, Maora. Aku pergi tanpa pamit. Dengan siapa kamu ke sini?" tanya Alluce.

"Aku sendirian ke sini. Luce, Kak Jacky mencari mu. Ayo kita ke clubs, ada hal penting yang mau Kak Johns sampaikan padamu. Ini penting!"

Alluce dan Maora telah berada di depan clubs. Keduanya masuk mencari Jacky di ruangannya. Melihat kedatangan Alluce, Jacky tersenyum smirk.

"Maora, bisa kau tinggalkan kami berdua?" Tanpa menjawab, Maora segera keluar dari ruangan sang Kakak. Sepeninggal Maora, Johns mempersilahkan Alluce duduk.

"Kak Jacky, maafkan aku yang pergi tanpa bersua. Hari itu aku benar-benar harus pergi" lirih Alluce.

Pria bernama Jacky itu tersenyum. Tanpa basa basi, dia mengeluarkan selembar cek juga kartu nama dari Skay Loward.

"Aku bukan wanita murahan, tapi untuk meminta pertanggung jawaban, aku rasa pria kaya itu tidak akan bertanggung jawab. Jadi lebih baik aku terima saja cek ini. Seenggaknya aku bernilai" batin Alluce.

Alluce telah berada di rumah sewa. Ditatapnya ponsel yang baru saja dia beli. Selama ini, dia menggunakan ponsel jadul, dan sekarang, dia punya ponsel keluaran terbaru. Tangannya terulur meraih ponsel itu, membuka aplikasi tabungan, ia menatap nominal dalam tabungan tersebut. Benar kata Jacky, Alluce bisa membuka usaha. Tapi usaha apa?

"Dengan uang ini, aku bisa melanjutkan pendidikan ku" gumam Alluce menarik senyum.

Di lain tempat, Skay Lioward menarik senyum setelah mengecek notifikasi yang masuk. Dia yakin, Alluce akan datang padanya. Dan disaat itulah, dia akan mempertanggung jawabkan perbuatannya. Setelah itu dia akan menceraikan Alluce, atau membuat Alluce hamil lalu dia dan Bianca akan mengambil anak yang akan dilahirkan oleh Alluce.

Dua bulan berlalu, Alluce tak kunjung datang menemuinya. Dan Bianca pun tak bermain api lagi. Skay ke kantor seperti biasa. Namun, dua hari belakangan ini Skay merasakan mual dan muntah.

"Aku bisa gila!" Skay mengumpat. Pria itu menatap wajahnya pada cermin kamar mandi.

"Ad apa denganku? Kenapa aku muntah setiap kali makan?" gumamnya bertanya tanya.

Merasa tidak bisa dibiarkan, Skay segera menemui dokter keluarga di Klinik terlengkap di Kota A. Sesuai namanya, Klinik itu banyak didatangi oleh mereka yang butuh pengobatan. Dan kini, Skay telah berada di ruangan Dokter Luis.

"Aku rasa istrimu hamil" jelas Dokter Luis, sahabat Skay Lioward.

Tak dapat dipungkiri, Skay sangat gembira atas apa yang baru saja didengarnya. Hamil? Oh Tuhan, rasanya Skay sudah tak sabar bertemu istrinya.

"Luis, aku pulang dulu" ucap Skay. Dia harus menemui Bianca. Memberikan ciuman singkat, memeluk dan mengelus perut rata sang istri.

"Silahkan, Skay. Selamat ya" ucap Lois.

"Terima kasih, aku pergi sekarang" ucap Skay.

Masuk ke dalam mobil, Skay segera keluar dari area parkir. Mobil yang dikendarainya melaju dengan kecepatan tinggi. Hingga hanya beberapa belas menit saja, dia pun tiba di rumah besar berlantai dua yang menjulang tinggi bak istana kerajaan. Turun dari mobil, pria itu menarik langkah cepat menuju kamar yang terletak di lantai dua rumah. Di sana, dia tak mendapati Bianca di dalam.

Pintu kamar mandi terbuka, Bianca keluar dari dalam. "Apa kau membelikan ku pembalut?" tanya Bianca menghampiri sang suami.

"Untuk apa?" tanya Skay mengerutkan kening. Untuk apa pembalut? Bukankah Bianca hamil. Lantas kenapa dia menanyakan pembalut. Pikir Skay.

"Untuk aku, Honey. Melihat kedatangan mu tanpa memegang sesuatu, aku rasa kamu tidak membaca pesanku" jawab Bianca melewati Skay.

"Apa kamu yakin kamu menstruasi?" tanya Skay memastikan.

Kesal! Bianca melepas baju mandi yang ia kenakan. Sedetik kemudian, setetes darah ikut jatuh mengotori lantai kamar.

Degh!!

"Jika Bianca tidak hamil, apa yang hamil itu adalah gadis kecil yang malam itu?" Pikiran Skay kembali ke beberapa bulan yang lalu. Dimana dia memperawan* seorang gadis yang bernama Alluce Kymor.

Episode 3

Tanpa sepengetahuan Bianca, Skay diam-diam menyuruh seseorang untuk mencari tahu keberadaan Alluce. Wanita cantik yang berhasil membuat Skay hampir tiap detik memikirkannya. Mengingat tempat tinggal Alluce yang kumuh, Skay tak terima jika anaknya tinggal di tempat yang seperti itu.

"Apa ada kabar tentangnya?" tanya Skay pada pria di seberang telepon.

"Tidak ada, Bos. Sepertinya Nona Alluce tidak ada di Kota A.

Skay menghela napas panjang. Sepertinya dia harus turun tangan. Memutuskan panggilan, pria itu pergi dari rumah menuju Clubs malam. Kesibukan Skay akhir akhir ini membuat Bianca gembira, dengan sibuknya Skay, maka wanita itu bisa menemui selingkuhannya yang baru.

Setibanya di Clubs malam, tanpa basa basi, Skay menemui Jacky di ruangannya. Pria bernama Jacky itu sedang sibuk, namun ia meluangkan waktunya untuk meladeni Skay yang Jacky sendiri yakin, pasti masih tentang Alluce Kymor

"Dimana gadis kecil itu?" tanya Skay setelah mendudukkan bokongnya.

"Aku tidak tahu dimana dia sekarang. Yang aku tahu, aku sudah memberikannya cek juga kartu nama yang kamu titipkan padaku" jelas Jacky dengan santai.

"Jangan berdalih Jack! Aku yakin, kamu pasti tahu dimana dia sekarang. Iya kan?" ucap Skay mengepal tangannya.

Jacky tersenyum tipis. "Sudah aku katakan, aku tidak tahu dimana dia sekarang" jelasnya setenang mungkin.

Dia tidak boleh marah. Apalagi terlibat perkelahian sengit dengan pria yang kini berada di ruangan yang sama dengannya. Jacky tahu alasan Alluce memilih berhenti bekerja. Dan Jacky memilih bungkam atas apa yang dialami sahabat dari adiknya itu, bukannya dia tidak mau membantu Alluce, tapi dia kenal siapa Skay.

"Jacky, ini terakhir kalinya aku bertanya. Dimana dia sekarang?" terdengar mengancam, tapi Jacky masih tetap tenang.

Menghela napas panjang, Jacky menuliskan alamat lalu memberikannya pada pria yang kini duduk berhadapan dengannya.

"Jadi dia di Kota X" gumam Skay menatap alamat yang tertera.

Setelah mendapatkan alamat baru Alluce, Skay segera memesan tiket pesawat ke Kota X. Dia harus menemui Alluce, bagaimana pun caranya, gadis cantik itu harus pulang bersamanya. Jika tidak pulang, setidaknya dia tinggal di tempat yang layak. Makanan yang dia makan pun harus bergizi, dan kebersihannya harus terjamin.

Skay tiba di Kota X. Di Kota X, waktu menunjukkan pukul delapan malam. Dari Bandara ke alamat tempat tinggal Alluce, memakan waktu sekitar setengah jam. Tak ingin membuang buang waktu, Skay segera menaiki Taxi Bandara yang akan mengantarnya di alamat Alluce.

Jalanan yang begitu lenggang, mempercepat Taxi tiba di alamat tujuan. Melihat rumah kecil di depannya, Skay mengepal tangannya. Bagaimana mungkin Alluce membiarkan anak yang dia kandung menghabiskan malam dekat kawasan kumuh.

"Ini tidak bisa dibiarkan" gumam Skay. Menarik langkah dipercepat, Skay berhenti di depan rumah Alluce. Di waktu yang sama, Alluce keluar rumah. Keduanya pun saling menatap di depan pintu.

Degh!! Alluce menelan saliva yang tercekat. Kedatangan Skay yang tiba-tiba membuat Alluce berpikiran aneh.

Melihat Alluce terdiam mematung. Skay membawa wanita itu masuk ke dalam rumah. "Aku mencari mu kemana mana, dan ternyata kamu di sini" ujar Skay setelah mendudukkan bokongnya.

"Apa anak kita baik-baik saja?" tambahnya.

Kedua kening Alluce terangkat naik. "Anak? Sejak kapan aku punya anak?" tanyanya tak paham.

"Jangan membodohi ku, Alluce. Aku tahu kau hamil!!" seru Skay.

Alluce tertawa. "Hei! Aku tidak hamil. Kita hanya melakukannya sekali, bukan. Pergilah dari sini, sepertinya anda mabuk lagi. Cukup malam itu anda memperkosa saya. Cukup! Cukup malam itu saja. Sekarang, saya tidak mau melihat anda lagi. Jangankan melihat wajah anda, melihat sepatu anda pun saya tidak mau"

Skay terdiam, dia tahu perbuatannya malam itu salah. "Aku tahu kau membenciku. Bahkan sangat membenciku. Tapi kedatanganku ke sini untuk menebus semuanya. Aku akan menikahi mu, memberimu status yang seharusnya aku berikan sejak beberapa bulan lalu" terang Skay cukup serius.

"Maafkan aku, harusnya aku mencari mu, bukan menunggumu datang menemui ku. Apa kau dan anak kita baik-baik saja?" sambungnya bertanya.

Alluce nampak gusar. Harus bagaimana dia menjelaskan pada pria yang terus membahas anak itu.

"Tuan Lioward, saya benar-benar tidak hamil. Coba anda ingat lagi, siapa tahu wanita yang hamil itu bukan saya. Bisa jadi istri anda yang hamil, atau wanita lain yang bermalam dengan anda.

"Selain istriku, kaulah wanita yang pernah menghabiskan malam denganku, Alluce" jelas Skay.

"Tapi aku tidak hamil!" sergah Alluce menekan kata terakhirnya.

"Oke! Kamu tidak hamil. Tapi besok pagi, kita ke rumah sakit" ucap Skay. Dia harus membawa Alluce ke rumah sakit. Dengan begitu, baik dia maupun Alluce akan tahu kebenarannya.

Pagi harinya, dalam perjalanan menuju rumah sakit besar di Kota X, Alluce menatap kalender lewat gawai nya. Bukan baru pagi ini, semalam pun dia menyempatkan sedikit waktu untuk menatap kalender.

"Aku menstruasi tanggal 6, tanggal 14 di bulan yang sama aku diperkosa. Di bulan berikutnya hingga kini, aku belum menstruasi lagi. Apa benar aku hamil?"

"Alluce, kita sudah sampai"

"Skay sudah beristri. Jika aku menikah dengannya, aku akan menjadi istri kedua. Dimana mana istri kedua selalu dianggap pelakor. Bagaimana ini? Apa lebih baik aku pergi di tempat yang lebih jauh lagi?" batin Alluce.

"Alluce, kita sudah sampai" ucap Skay.

"Ah maaf, aku turun sekarang" ucap Alluce.

Skay membawa Alluce ke dokter kandungan. Seperti dugaan Skay sebelumnya, Alluce memang hamil. Kata Dokter, tidak ada yang perlu dicemaskan. Ibu dan janin baik-baik saja. Tentu hal itu membuat Skay lega.

Setelah dari rumah sakit, Skay membawa Alluce ke hotel Number One. Alluce harus bermalam di hotel hingga dua hari ke depan, atau sampai Skay menemukan tempat tinggal yang layak untuk Alluce dan anak yang Alluce kandung.

Kini, mereka telah berada di dalam kamar hotel. Skay merebahkan diri di pembaringan sementara Alluce duduk di sisi ranjang.

"Ternyata uang bisa mempercantik wajah. Lihatlah, kau semakin cantik sekarang" ucap Skay sekalipun dia sibuk dengan gawai nya.

Makna kalimat itu seperti penghinaan, namun Alluce enggan menanggapinya. Biarlah Skay berkata sesukanya, toh Alluce sudah cantik jauh sebelum keduanya dipertemukan. Lantas, untuk apa Alluce mengotori mulutnya?

"Kita akan menikah setelah menemukan tempat tinggal yang layak untuk kamu dan anak kita" jelas Skay sekilas menatap Alluce.

Empat jam yang lalu Alluce dan Skay telah resmi menjadi pasangan suami istri. Berhubung Alluce sedang melanjutkan pendidikannya, maka wanita hamil itu harus tetap tinggal di Kota X. Sementara Skay harus kembali ke Kota A, ada pekerjaan yang meminta pertanggung jawabannya.

Di Kota A, Skay dalan perjalanan menuju Hotel Neon. Beberapa puluh menit yang lalu, saat dia tiba di Bandara Kota A, dia mendapat panggilan dari orang suruhannya, yang mengatakan bahwa Bianca sedang berada di Hotel Neon bersama seorang pria.

Setibanya di Hotel Neon, Skay segera ke kamar yang dipesan oleh Bianca. "Aku harap kau tidak mengulanginya lagi" batin Skay.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!