TACENDA Saat Cinta Menjadi Pemenang
Helaian nafas terdengar di sebuah taman kecil dekat pinggiran sungai yang mengalir jernih airnya bersama ikan ikan yang berlarian senang menikmati sejuknya udara pagi.
Ang,begitu ia akrab disapa kembali menghelai nafas.
"Aku harap tak ada yang tahu waktu kau melakukannya. Kau sangat sembrono" Terdengar suara dari seberang kemudian berhenti
"Ah batreinya lowbat rupanya" Bergumam ia sambil mengambil pisang goreng yang masih hangat.
Ang teringat pertemuannya dengan Banyu Mas, orang yang menceritakan kejadian dimana Shaka Bumi dengan cueknya menggunakan ilmu kidang seribu untuk sampai ke pertemuan ageng
"Ang tolong kau kasih tahu Shaka jangan seenaknya pake ilmu itu.Bisa geger nanti orang orang, untung aku langsung menggunakan ilmu kabut putih sehingga orang orang tak melihat tingkahnya. Semoga saja tak ada balita disitu karena jika ada dia bisa melihat dengan jelas seperti film yg diputar lambat"
"Aku pusing kalau mikirin anak bengal itu. Kau tentu masih ingat bagaimana ulahnya bikin seorang nenek pingsan karena melihatnya bisa terbang melintasi kebun nenek itu" Ang begitu jelas mengingat kejadian dua tahun yang lalu yang bikin sang kakek buyut murka bukan kepalang dan sekarang anak bangal itu berulah lagi. Entah bagaimana reaksi sang kakek buyut jika mendengar ulahnya kali ini.
" Iya untung nenek nenek jadi ndak ada yang percaya dengan ceritanya karena dikira sudah uzur jadi banyak berhalusinasi"
Ang kembali menghelai nafas. Sebagai kakak Shaka,ia punya tanggung jawab membuat adiknya paham bahwa menyimpan rapat ilmu ilmu warisan leluhur seribu kali lebih baik dari pada menunjukkan ke khalayak.
Ang bukannya tidak menasehati, ia bahkan sudah bosan bicara itu itu saja pada anak bengal itu.
"Seandainya ayah masih ada. Shaka pasti mudah dikendalikan" Bisiknya lirih
Ayah Ang dan Shaka berpulang saat Ang berusia 10 tahun sementara Shaka si anak bungsu baru berusia 3 tahun. Tiga saudaranya yang lain Delima Ayu berusia 8 tahun, Bulan Jingga berusia 6 tahun serta Langit Putih berusia 5 tahun.
Diantara saudara saudaranya Shaka yang paling bengal, ada saja yang dilakukan anak itu. Ibunya bahkan mendiamkannya seharian waktu ia mengusili dua orang kakaknya Delima dan Bulan dengan mengunci keduanya digudang rempah rempah sampai setengah hari.
Tak ada yang bisa menemukan keduanya karena si bengal itu memakai ilmu bayangan hilang, membuat geger seisi rumah. Ibunya sampai menelpon polisi karena merasa kehilangan anak.
"Ayah dulu pernah cerita kalau aku harus lebih memperhatikan Shaka. Ditangan yang salah ia bisa menjadi pembunuh dan pemgacau keseimbangan alam" Batin Ang bicara
"Aku harus telpon om Elang Raja. Ayah pernah bilang kalau satu satunya orang yang bisa membimbing Shaka cuma beliau" Ang bermonolog sambil menggengam HP nya lalu menyalurkan energi serap cahaya. Tak sampai satu menit, HP pun menyala dengan baterai penuh. Segera ia menekan nomor dan sautan dari sebrang terdengar.
"Ada apa le, sudah beberapa bulan ndak kontak sama om. Kamu lupa ya aku ini masih om-mu,adik ayahmu"
"Maaf om, Ang besuk janji ke rumah om Elang. Ini Ang mau minta tolong perihal Shaka"
"Apa anak itu membuat ulah lagi seperti dulu?"
Ang pun bercerita tentang ulah bengal Shaka
Yang ditangapi dengusan dari seberang
" Kau harus lebih tegas padanya. Kau tak bisa setiap waktu menjaganya. Kau harus mulai mengisolasi dirinya untuk memurnikan ilmunya. Aku lihat sudah banyak tercemar"
"Makanya Ang telpon om Elang untuk membimbing Shaka. Kata ayah hanya om yang bisa"
Terdengar helaian nafas yang panjang dari seberang. Lalu disusul helaian lagi
" Apa om keberatan membimbing Shaka?"
" Kau tahu Ang, waktu mudaku dulu Shaka seperti diriku. Ayahmu satu satunya yang bisa membimbingku bahkan ia merelakan nyawanya untukku. Jika energi besar Shaka keluar dan itu sangat sulit dikendalikan. Satu satunya jalan hanya membiarkan energi besar itu keluar dengan menjaga garis hitam tetap diluar dan putih berada didalam. Jangan sampai tertukar,karena jika itu terjadi Shaka akan berubah menjadi monster yang menakutkan. Ia akan kehilangan kemanusiaanya, haus darah dan tak lagi mengenal saudara. Ayahmu merelakan nyawanya untukku saat garis hitam mencoba menerabas masuk dan ingin menarikku keluar" Elang bercerita dengan sendu. Sudut matanya berair mengenang almarhum kakaknya yang bekorban nyawa untuknya demi keseimbangan alam demi ia tetap menjadi manusia.
Sementara Ang tercekat mendengar langsung cerita dari adik ayahnya itu. Ia sampai sebesar ini hanya diberi tahu kalau ayahnya tiada karena menolong adiknya. Tanpa detail cerita karena sepertinya keluarga besar masih enggan untuk mengingat tragedi berdarah itu.
"Ang apa kau mendengarku?"
" Iya om,Ang dengar. Terus bagaimana ini. Apa tidak ada cara untuk menghindarinya?"
"Sejauh om tahu belum ada cara lain Ang. Atau nanti kita tanyakan pada kakek buyut Pandhu. Om rasa beliau tahu cara menghindari tragedi berulang. Hanya saja kita harus cari waktu yang pas karena kakek buyutmu selalu sedih jika mengingat tragedi itu".
"Om, saat itu terjadi apa om berubah wujud?"
"Apa maksudmu?"
"Kata om bisa jadi monster"
" Oh itu maksudnya wujudnya tetap manusia tapi warna mata akan berubah merah menyala saat energi besar yang memporak porandakan alam digunakan. Energinya akan berubah menjadi panas. Kulit pun akan menggelap dan selera makan berubah menjadi carnivora."
" Kok mengerikan sekali om. Apakah itu kutukan?"
"Entahlah sejak seratus tahun berlalu baru aku yang mengalami lalu mungkin Shaka juga akan mengalami. Aku harap kita tak terlambat membimbingnya. Karena jika itu terjadi kita harus bersiap siap berperang"
" Maksud om ?"
" Jika menjadi monster, itu seperti medan magnet buat yang satu frekuensi untuk merapat. Dan si monster akan menjadi penguasanya. Menciptakan pasukan tanpa batas jumlahnya untuk membasmi orang orang seperti kita,Ang"
Ang merinding membayangkan jika benar Shaka berubah mengerikan seperti itu. Tak bisa dibayangkan bagaimana perasaan ibunya, adik adiknya, kakek buyutnya, keluarga besarnya. Shaka yg menggemaskan dan lincah waktu kecil berubah menjadi monster yang tak mengenal keluarganya sendiri.
"Ang, bagaimana kalau besuk kita menemui kakek buyut Pandu sehabis om kerja. Bulan ini om banyak pesanan mebel jati ukiran klasik. Jam empat om berangkat dari rumah. Paling sampai ke tempat kakek buyut Pandhu jam lima. Kita lihat kondisi kakek buyutmu dulu. Kalau memungkinkan baru kita cerita. Akhir akhir ini kakek buyut suka termenung sendiri. Kalau ditanya hanya menggeleng pelan"
"Ang jemput om saja biar bisa sama sama. Ang takut kalau kakek buyut tanya kabar kami berlima. Ang bilang apa kalau kakek buyut tanya kabar Shaka,om?"
"Ya sudah kamu jemput om. Jangan lupa besuk mampir dulu ke toko kue babah Ahong. Beli kue kijeng sama kue kelapa kesukaan kakek buyutmu".
"Baik om. Sampai ketemu besuk"
Ang mematikan HP lalu bergegas pulang ke rumah. Pikirannya dipenuhi banyak kekawatiran. Hatinya tiba tiba berdenyut cukup kencang .
"Delima" batinnya risau bicara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments