Jari jari lincah bermain pada tuts keyboard notebook. Mata coklat tajam bak elang emas menatap serius huruf huruf dan simbol simbol rumit di layar.
Shaka Bumi bocah bengal dari keluarga Guntur Peksi yang merupakan anak ketiga Ratu Buana. Sedangkan Ratu Buana adalah anak ketiga dari kakek buyut Pandhu.
"Mereka ratusan tahun dorman dan sekarang mulai menunjukkan titik titik aktif" Gumamnya
"Mereka menunjukkan ketertarikannya padaku. Gumamnya lagi
"Waktunya makan siang Shaka" Bulan Jingga kakak nomor tiga berteriak dari lantai satu rumah mereka"
Shaka tak terusik dengan teriakan sang kakak. Ia masih asyik menatap huruf huruf dan simbol simbol yang telah berganti menjadi petunjuk berupa puzzle dengan gambar hujan dan petir yang bergemuruh. Netranya membeliak tak percaya.
"Ini seperti bisikan batin beberapa bulan yang lalu. Tapi kenapa harus hujan dan petir?
Tempat yang sering terjadi hujan itu di Uwoh Madya sedangkan petir sering terjadi di Kartasirih. Dan itu jauh dari sini". Batin Shaka bicara.
"Shaka kamu dengar nggak sih. Waktunya makan.Tuh ditunggu bunda" Bulan mengerucutkan bibirnya didepan pintu kamar Shaka.
"Kakak ketuk pintu dong jangan main masuk saja" Kesal Shaka merasa teralihkan konsentrasinya.
"Makanya punya kamar itu sering ditutup pintunya" Bulan ganti melototkan mata besarnya. Kelihatan begitu menggemaskan.
"Ayo nggak pakai lama.Kasihan bunda nungguin kelamaan" Bunda menyeret tangan Shaka
"Eh apaan itu?" Tunjuk Bulan ke layar notebook
Buru buru Shaka menutup notebooknya.Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"Mau bikin jantung bunda copat ya? Mau bikin ulah lagi kah adikku sayang? Mata Bulan menyelidik
"Ckk kakak berburuk sangka. Aku sudah tobat tauk"
"Really?" Dulu juga bilang tobat ndak taunya tomat habis tobat kumat.
Shaka mendengus. Ia ingat tobat adalah kata pamungkasnya setiap bikin ulah.
"Aku serius kakak. Aku bener bener tobat"
"Okay. Anggap kakak percaya tapi apa tadi yang dilayar notebookmu itu?"
"Bukan hal yang serius kak"
'Itu artinya kau belum sepenuhnya tobat. Kau menyembunyikan sesuatu. Dan itu mencurigakan"
Shaka memejamkan mata. Sulit baginya untuk berterus terang. Tampilan dilayar itu bukan sesuatu yang mudah untuk diceritakan. Ia kuwatir kakaknya belum siap untuk menerimanya.
"Jangan sekarang kak. Nanti kalau sudah waktunya pasti Shaka cerita" Rakha berusaha mengulur waktu
"No" Bulan menggerakkan telunjuknya kekiri kekanan.
" Please kak.Jangan paksa Shaka sekarang ini. Ya ya kakakku yang cantiik, baik hati dan tidak pelit. Shaka menaik turunkan alisnya
Bulan menggembungkan mulutnya lucu.
"Shaka berbagilah denganku. Kita ini keluarga. Jangan kau tanggung sendiri. Aku beritahu ya hujan dan petir yang di notebookmu itu mengerikan"
Shaka membelalakkan mata. Ia begitu sulit mempercayai pendengarannya.
"Apakah kakak mengetahui tentang hujan dan petir itu?"
"Apa kau pikir Klan Purba Putih tidak ada yang tahu hhhmm"
Mulut Shaka ternganga. Jika Klannya sudah tahu. Lalu mengapa mereka begitu tenang seolah olah tidak terjadi apa apa
"Jadi semua sudah tahu begitu?"
"Tidak semua Shaka tapi beberapa sudah. Kakek buyut Pandhu sering murung akhir akhir ini. Beliau mendapat petunjuk berupa puzzle hujan dan petir yang bergemuruh sekitar empat bulan yang lalu"
"Dari mana kakak tahu hal itu?"
" Banyu Mas dan Banyu Segara yang memberitahu kakak. Mereka bilang hampir empat bulan ini kakek buyut Pandhu sering sekali bertandang ke pegunungan Srikaton untuk bertemu kakek buyut mereka, kakek buyut Satria. Kakek buyut Satria sering mengurung diri di ndalem Tapa Sira setiap kali setelah pertemuan mereka"
"Mengapa mereka cerita ke kakak?. Itu kan tidak boleh diceritakan kesembarang orang"
"Apa kau bilang? Kau anggap aku ini apa hah". Bulan gemas menjitak kepala adiknya
"Aduh aduh kakak ini tangannya seperti tangan laki laki" Shaka mengusap usap kepalanya
"Kau mau kupukul ya enak saja ngatain tangan kakak. Lihat nih putih, halus,lembut. Kakak rajin spa tau"
Shaka hanya nyengir kuda mendengar reaksi kakaknya yang terkenal jutek dan bawel
"Apa kakak tahu artinya"
Bulan menggeleng pelan. Ia terlalu ngeri untuk menafsirkannya
"Sudahlah ayo kita makan. Bunda pasti sudsh kesal menunggu kita" Bulan beranjak dari kamar Shaka
"Eheem hmmm" Terdengar deheman dari balik pintu
" Bunda" Seru mereka berdua
Air muka Bening Tiara wanita yang dipanggil bunda itu memucat
"Kalian harus menutup mulut rapat rapat.Jangan cerita apapun pada keluarga budhe Sekar Kinasih"
"Budhe Sekar Kinasih kan keluarga Klan Purba Putih juga ya bunda.Kenapa tidak boleh?" Tanya Bulan penasaran
Bening Tiara terdiam. Ia tak mungkin menceritakan prasangkanya pada suami kakak iparnya itu. Sekilas kejadian sebelum suaminya berpulang melintas.
"Apa kau sungguh sungguh Atmo Panji?. Kau tidak sedang menjebakku kan?" Selidik Yudistira pada anak ketua Klan Geni Urip
' Ha ha ha Yudistira aku bukan orang yang suka main main. Aku serius menawarkan kerjasama dengan hasil yang menggiurkan. Mahkota Ibu Suri kau serahkan padaku dan imbalannya kau kupastikan menjadi ketua Klan Samudra Lor tanpa setetes darahpun mengalir. Bagaimana? Kau setuju?" Atmo Panji meyakinkan Yudistira dengan wajah yang dibuat semeyakin mungkin.
"Akan kupikirkan. Mahkota Ibu Suri bukan barang recehan yang bisa diambil dengan mudah" Sungut Yudistira
"Aku tahu makanya aku menawarkan Klan Ketua padamu plus Delima Ayu padamu" Atmo Panji menyeringai licik.
"Delima Ayu? Apa maksudmu?" Yudistira berkata gusar
"Ha ha ha ha Jangan pura pura kau. Kita sama sama kaki laki. Keponakanmu itu memang sangat menawan. Sekali mendayung kau bisa mendapatkan dua hal yang sangat kau inginkan. Bukan begitu hah?"
Yudistira mengumpat dalam hati. Bagaimana bisa Atmo Panji tahu obsesinya pada Delima Ayu, keponaannya sendiri.
"Ayolah tidak perlu malu. Aku sudah lama mengamatimu. Kau sudah lama tertarik dengan keponakanmu itu sejak dia mulai mengalami perubahan karena hormon bukan?"
"Aku tidak segila itu" Yudistira mendengus
"Kalau kau tak mau aku yang mau. Aku tidak akan membiarkan Delima jatuh ke Klan lain. Selain cantik paripurna dia juga punya ilmu ilmu sepuh warisan para leluhur. Itu sangat berguna untuk Klan"
Atmo Panji mengobarkan api hasutan pada Yudistira dan berhasil.
" Baik. Aku sanggupi. Ingat hanya kau dan aku yang tahu. Jika sampai bocor. Aku pastikan kau tidak akan bisa membuka mulut lagi" Yudistira menyanggupi dengan ancaman yang tak main main.
"Kau tak perlu kuwatir. Guntur Peksipun tak akan sanggup menolak saat kau sudah menjadi ketua Klan Samudra Lor" Atmo Panji meyakinkan Yudistira.
Jantung Yudistira berdetak cepat kala mendengar nama Guntur Peksi. Adik iparnya itu punya ilmu tak main main. Ia bisa mati bila Guntur Peksi mengetahui obsesinya itu.
"Kita lanjutkan lain kali. Tidak baik berlama lama disini. Jangan sampai orang lain tahu pertemuan kita ini" Yudistira melangkah pergi meninggalkan Atmo Panji
"Hmmm Racun di Klan Purba Putih" Lirih Atmo Panji bergumam lalu meloncat dari tebing ke tebing meninggalkan tempat itu dengan meringankan tubuh.
Bening Tiara keluar dari ceruk kecil. Matanya memerah menahan emosi yang membuncah. Ia tak menyangka suami kakak iparnya mengincar Mahkota Ibu Suri dan Anak gadisnya Delima.
"Bunda" Suara berat tapi manja membuyarkan kilasan peristiwa itu.
"Bunda kenapa?"
Bening Tiara menggeleng pelan.Ia bahkan belum berani ke siapapun termasuk pada almarhum suaminya. Ia begitu takut perpecahan akan terjadi pada Klan.Purba Putih.
"Sayurnya pasti sudah dingin bunda hangatkan dulu. Ingat kata bunda tadi". Bening Tiara melangkah keluar kamar Shaka.
Sementara itu kedua anaknya saling pandang sambil mengedikkan bahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments