Pagi pagi rumah Ang sudah ramai dengan celotehan Delima dan Bulan. Tanpa mereka rumah terasa sepi
"Bunda nyekarnya jadi hari ini kan?" Bulan mendekati bundanya yang masih sibuk bergelut didapur
" Iya sayang jam tujuh kita berangkat"
"Tapi kita belum beli bunga buat nyekar bunda"
"Kita petik saja yang ditaman. Mawarnya merekah banyak"
"Jangan dong bunda. Itu mawar mawar kesukaan Bulan. Kita beli saja ya bunda ditempat mbah Sri Kantil. Disana bunganya segar bunda"
"Kak Delima ikut ya sekalian mau beli kelembak menyan buat kakek buyut Pandhu"
"Uhhhh bener bener buyut kesayangan ya. Selalu ingat kesukaan yang satu ituu" Bulan menghampiri sang kakak dengan senyum menggoda
"Iya doong, kak Delima gitu lhoh"
"Sudah sudah keburu siang. Sana segera pergi". Sang bunda menyuruh dua gadisnya berangkat.
"Bawa uang yang banyak ya kak. Langit juga mau dibeliin kue kijing".
"Hei kita bukan mau ke dimensi terbatas itu" saut dua gadis itu bersamaan
"Ayolah kak, Langit kangen kue kijing itu. Manis gurih santannya menggoda lidah"
"Enggak. Ribet kalo pergi kesana. Mana orang orangnya lelet semua" Bulan menampakkan ekspresi tak suka
"Kan cuma sebentar kak.Nggak cuma lima menit sudah sampai". Langit mencoba merayu
"Sayang, pergilah kesana sebentar. Beli kue kesukaan adikmu itu lalu cepat kembali". Sang bunda akhirnya melerai perdebatan adik kakak itu
Wajah bulan tertekuk. Delima dan Langit terkikik melihatnya
"Bunda lihat tuh wajah kak Bulan seperti ndak ikhlas". Kata Langit mengadu
Bulan melotot lucu. Ia menghentakkan kaki lalu meninggalkan rumah diikuti gelengan Delima yang mengikuti dari belakang. Sang Bunda menghelai nafas melihat tingkah anak anaknya.
"Bunda,Ang mau bicara sebentar,boleh?"
Ang baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang sedikit basah menambah sexy paras wajahnya
"Ada apa Ang kok serius begitu mukanya.Apa ada hal genting,sayang?"
"Iya bunda sangat genting dan mendesak"
'Baiklah.Ayo kita ke ndalem Rembug Asri
Biar enak bicaranya".
Merekapun menuju kesana.Langit juga ikutan mengekor dibelakang
"Sayang,kau tidak lupa menyirami bunga bunga kak Bulan kan? Bunda menoleh ke Langit sambil tersenyum
"Ah bunda jangan diingetin terus. Langit suka kesal kalau ingat". Kata Langit merajuk
"Janji itu wajib ditepati sayang. Kau bilang bersedia menyirami bunga bunga itu selama dua bulan asal kak Bulan membantumu menyelesaikan tugas meracik ramuan penawar racun tingkat tiga. Ujar sang bunda
"Baiklah bunda"..Langitpun berbalik menuju taman bunga milik Bulan. Jangan tanya air mukanya. Keruh
"Ayo Ang mumpung adikmu masih sibuk. Bunda tidak ingin adikmu terlalu tahu hal hal genting seperti yang akan kau bicarakan pada bunda'
"Iya bunda"
Mereka berdua berjalan menuju ndalem. Rembug Asri.
Sementara itu Delima dan Bulan sudah sampai di dimensi terbatas. Wajah Bulan masih ditekuk dengan bibir manyun disepanjang perjalanan pendek itu
"Ayolah Bulan jangan manyun seperti itu .Kita cuma beberapa menit saja lalu kembali".
"Iya iya, memang kakak hafal tempatnya. Ini kita baru di gerbang batas dimensi terbatas lho".
"Tentu ingatlah,kue kesukaan adik manja tersayang gitu lhoh".
Bulan mendengus. Langit memang manja tidak seperti Shaka si bengal yang cara berpikirnya kadang melampaui usianya
"Percaya percaya kak Delima .Ayo kita kesana terus pulang biar ndak keburu habis bunga mbah Sri Kantil".
Mereka melesat menggunakan ajian bayu langit. Melesat cepat seperti bayangan. Orang orang di dimensi terbatas takkan mengetahui kedatangan mereka karena gerbang batas memberi mereka tanda pengenal dengan batasan pemakaian ilmu. Beda dengan Shaka waktu itu. Ia menggunakan jalan pintas yang tak semua TACENDA mampu. Kedatangannya di dimensi terbatas tak terdeteksi getarannya di gerbang batas hingga ia bisa menggunakan ilmunya tanpa batas.
"Kak Del, bener ini tempatnya? Kok masih belum buka? Perasaan dulu waktu kita ngantar Langit tahun lalu ramai banget mesti masih pagi sekali".
" Iya ya.Apa tutup ya?. Kita tanya pada nenek diseberang jalan itu". Tunjuk Delima pada wanita tua yang sedang duduk dipinggir jalan
"Permisi,nek.Maap mengganggu.Mau bertanya, jam berapa toko yg menjual kue kijing buka?". Sopan Delima bertanya
"Sayang sekali lagi tutup,cah ayu." sahut wanita tua itu.
"Kalian dari mana? Wajah kalian bersinar cantik sekali".
"Dari sekitar sini saja nek". Jawab Bulan
"Ah rupanya begitu.Kalian suka kue kijing rupanya,seperti almarhum suamiku dulu. Kebetulan cucuku baru saja membuat banyak dan masih hangat.Akan ku beri kalian satu loyang besar. Jauh jauh datang,sayang kan kalau tak bawa buah tangan". Si nenek lalu bangkit berdiri
"Ayo cah ayu. Biar ndak keburu siang". Ajaknya pelan
Delima dan Bulan saling pandang lalu mengangguk, mengikuti langkahnya
Jalan menuju rumah si nenek lumayan jauh tapi sinenek berjalan dengan ringan seolah tak ada lelah. Dikiri kanan jalan terdapat rumput dan hamparan tanah cukup luas membentang. Capung capung beterbangan disekitar tanaman.
"Kak Del yakin kita ke rumah si nenek"
"Ya. Dia orang baik. Kakak bisa merasakannya. Ada yang familiar dengan dirinya,tapi kak Del lupa lupa ingat".
"Iya juga ya. Aromanya seperti kita tapi bukan kita. Aneh".
Delima mengangguk. Aroma TACENDA khas lembut mewangi. Bukan parfum tapi mirip seperti bau badan. Harum meski tak sama. Semua TACENDA mampu mendeteksinya.
"Kita sudah sampai cah ayu". Si nenek menoleh pada dua gadis itu.
"Ayo masuk"
"Cahaya, ada tamu nduk" Seru si nenek
Lalu muncul seorang gadis berparas jelita dengan rambut digelung indah,menampakkan jenjang putih lehernya. Mata coklat tua dengan bulu mata lentik, lesung dikedua pipinya, kaki jenjang dan tubuh ramping menawan sangat memanjakan setiap mata yang memandang.
"Silahkan masuk kak. Silahkan duduk". Gadis yang bernama Cahaya menyambut sang tamu dengan ramah. Senyum lesung pipinya sangat mempesona dimata Bulan dan Delima
"Cahaya tinggal sebentar ya kak.Mau bungkus kue kijingnya.O..ya kakak suka minum apa wedang jahe, teh hangat atau....'.
"Wedang jahe". Seru Bulan sambil mengacungkan telunjuk kanannya.
Delima menggaruk kepala malu melihat tingkah adiknya. Ia berkata
"Minumannya tolong samakan dengan adik saya saja..Maap merepotkan".Kata Delima sungkan
" Tak apa kak, tunggu sebentar'. Delima masuk ke dapur menyiapkan minuman untuk tamunya
"Kak kok dia tahu tentang kue kijing. Kan kita baru sampai". Bulan berbisik
Delima meletakkan telunjuknya didepan bibirnya. Ia sebenarnya juga penasaran,tapi ditahannya. Baru beberapa menit tapi keanehan kedua orang yang ditemuinya sudah terasa.
"Cah ayu kalo sudah sampai rumah tolong kau berikan ini pada kakek buyutmu,Pandu.Bilang padanya Puspa Pesona yang menyuruhmu". Kata si nenek memberikan kotak kecil berukiran pelangi pada Delima. Kotak cantik dengan simbol yang entah apa artinya.
"Nenek kenal....".
Si nenek menempelkan telunjuk ditengah bibirnya sambil menggeleng. Lalu pergi dan keluar dari ruang tamu yang dipenuhi ukiran ukiran klasik sangat indah dipandang
"Ini kak wedang jahe dan kue kijingnya.Segera diminum dan lekas pulang ya". Cahaya memberikan dua gelas wedang jahe dan kue kijing yang dibungkus rapi di wadah bening.
Delima dan Bulan segera meminumnya dan segera pamit pulang.
"Tak usah pamit ke nenek kak. Beliau sudah pergi ke bilik Sri Gunting'. Kata Cahaya
Dua gadis itu mengangguk,mengucapkan terima kasih dan segera pergi dari rumah itu
Sampai di gerbang batas keduanya melesat dalam kecepatan penuh hingga hitungan menit telah sampai rumah
"Kalian sudah pulang. Dapat kue, kelembak menyan dan bunganya kan?" Suara lembut bunda terdengar
"Aduh kita lupa beli bunga dan kesukaan kakek buyut bunda" Seru keduanya
"Sudah ini ada bunga banyak. Tadi waktu menyiram banyak yang rontok jatuh". Sela Langit
"Langiiiiiiit" Bulan berkacak pinggang lalu menjewer kuping adiknya
"Bunda Kak Bulan bunda". Langit merengek manja
Bening sang bunda menghelai nafas
"Ayo kita ke makam ayah. Relakan bunga bungamu untuk tabur bunga sayang".
Bulan mengangguk. Tiba tiba airmatanya menggenang
"Ayah". Sendunya lirih
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments