Segerombolan laki perempuan berpakaian hitam dengan surai rambut keemasan mengepung seorang gadis bernetra hitam pekat dengan warna kulit coklat eksotis.
"Ayolah cantik jangan keras kepala, serahkan mahkota ibu suri padaku.Aku janji akan membiarkanmu hidup" Suara Lantang terdengar dari kepungan itu. Seorang laki laki dengan mata nyalang memandang penuh minat pada gadis itu.
"Memalukan kalian beraninya main keroyok. Aku Delima ayu pewaris Mahkota Ibu Suri pantang memberikannya pada orang menjijikkan seperti kalian. Apa kalian lupa perjanjian antar klan?"
"Hahahaha itu perjanjian masa lalu. Bahkan pendirinya juga sudah tiada. Itu hanya berlaku ratusan tahun lalu bocah." Perempuan tua berwajah oval dengan alis seperti bulan sabit menatap sinis
"Tapi para ketua klan saat ini masih tetap menghormati perjanjian itu. Kita berasal dari leluhur yang sama tidak boleh saling bermusuhan apalagi saling serang" Delima mecoba mengingatkan
"Jangan banyak omong.Lekas berikan atau kau akan mati sia sia. Kau tak mungkin menang melawan kami" Seru gadis dengan pipi kemerah merahan
"Aku akan mempertahankan mahkota ibu suri sampai nafas penghabisan" Saut Delima bersiap untuk menerima serangan
Pancaran sinar kecokatan keluar dari tangan laki laki usia 50 tahun yang bersiap menyerang delima dengan energi tingkat lima Cukup dahsyat mampu membuat kulit terbakar hingga 40%.
"Rasakan ini"
Seketika hawa panas merasuki kulit. Hanya orang orang TACENDA yang mampu menahan serangan seperti ini dengan selaput bening milik mereka.
Delima menghelai nafas. Ia benci bertarung dengan sesama TACENDA - orang orang yang secara turun temurun mewarisi ilmu ilmu sepuh warisan para leluhur.
"howo panas lungo bali-o neng kawah purbo kawah kelenggengan manunggal marang jagad" Delima merapal mantra pengembalian energi panas dengan menggerakkan kelima jarinya seperti orang menari
Suara pekikan terdengar menggelegar disusul muntahan dari laki laki penyerang tadi.
"Aku takkan pernah membiarkanmu hidup setelah ini" Geraman datang dari perempuan berwajah pucat
"Bentuk formasi lingkarsn api. Jangan biarkan gadis itu lolos. Dia harus mati karena sudah membuat ki Jalu mengalami luka dalam" Kebencian terpancar dari wajah nyi Lada Harum. Ia tak rela suaminya terluka.
Lingkaran api mengelilingi tubuh Delima. Formasi lengkap Lingkaran api dari Klan Gunung Telu tercipta. Orang awam pasti sudah mati terbakar
"Puluh puluh udaro siji siji.Siji nyawiji jagad nyawiji dadi siji. Howo panas ora bakal ndulit Ingsun" Kembali Delima merapal tingkatan ke tujuh rapalan mantra pelebur hawa panas menjadi dingin dengan menggerakkan dua tangannya membentuk lingkaran lalu mendorongnya dengan tenaga penuh.
"Dweeeer" bunyi dahsyat terdengar menghasilkan kepulan asap yang menyelimuti alam sekitar. Disusul jeritan bersahut sahutan.
"Aku sungguh tidak ingin seperti ini. Kalian begitu memaksaku menggunakannya" Delima menatap sedih tubuh tubuh yang bergelimpangan. Mereka terluka parah dan ada satu gadis yang harus meregang nyawa
"Intan Putri,anakku. Bangun nak bangun" Jerit Ki Lembu menggoncang tubuh sang anak
"Kau pembunuh. Tak ku sangka klan Purba Putih punya seorang pembunuh" Tunjuk ki Lembu pada Delima. Ia lalu menangis meraung raung menangisi kematian anaknya.
" Maaf bukan maksudku membunuhnya tapi kalian memaksaku. Aku tak punya pilihan selain mempertahankan diri" ujar Delima. Ia sungguh menyesal ada jatuh korban.
"Nyawa dibalas nyawa. Aku pastikan kau akan mati ditanganku nanti" Ki Lembu menatap Delima dengan jutaan rasa benci.
"Kita harus memberitahu ketua klan kita Nyi Sura. Klan Purba Putih harus bertanggung jawab" Seru Pati Songo
Merekapun tertatih tatih meninggalkan pegunungan Dara Tunggal.
"Berhenti" Suara bariton khas menghentikan langkah mereka.
"Kak Ang" Seru Delima gembira
"Bagaimana keadaanmu,Del? Tanya Ang kawatir. Ia memindai tubuh adiknya dengan gerakan serat telunjuk. Apapun yang terjadi pada tubuh baik tubuh luar ataupun dalam akan terdeteksi.
" Aku baik kak. Jangan kawatir. Tapi mereka..." Tunjuk Delima pada orang orang Klan Gunung Telu
Ang menatap tajam mereka. Darahnya mendidih. Bagaimana bisa Klan Gunung Telu membuat kekacauan seperti ini.
"Aku heran dengan kalian. Nyi Sura pernah datang ke tempat Kakek Buyut Pandhu. Beliau memohon pada kakek buyutku untuk melepaskan mantra Tirta Kesiku agar bisa menggunakan ilmu ilmu sepuh dari para leluhur. Tak kusangka begitu terlepas dari mantra hanya ini yang kalian bisa perbuat"
"Bukan urusanmu.Lagi pula kami juga TACENDA seperti kalian. Kami juga punya hak menggunakannya" Ki Daha membela diri
"Tapi bukan untuk menyerang sesama TACENDA" Ilmu ilmu sepuh itu untuk keseimbangan alam agar sisa sisa Jalmo Peteng tidak merajalela" Delima menjawab dengan sengit. Ia tak habis pikir pola pikir orang orang Klan Gunung Telu.
*Omong kosong. Jalmo Peteng sudah punah ratusan tahun yang lalu sejak leluhur kita yang pertama Yang Agung Meneb Jiwa menumpas habis mereka" Panca Sari berteriak lantang. Anggukan demi anggukan membenarkan perkataan gadis pemilik ilmu Geni Sewu itu.
'Selain itu sejak ditumpas oleh Yang Agung Meneb Jiwa kita tak pernah lagi berurusan dengan Jalmo Peteng. Itu artinya tak ada lagi yang perlu dikwatirkan" Randu Putra ikut membenarkan Panca Sari.
"Energi pekat sesama TACENDA akan tumpah dan berubah menjadi energi yang terbarukan buat Jalmo Peteng bila kita saling bertarung seperti tadi atau bahkan berperang. Jalmo Peteng akan bangkit dengan kekuatan yang dahsyat dan kita akan menjadi buruan mereka" timpal Delima
Mimpinya sejak usia 12 tahun yang lalu sering muncul akhir akhir ini tentang pertarungan bahkan peperangan sesama TACENDA. Hal itu sangat mengganggu aktifitasnya akhir akhir ini. Sekelebat potongan mimpi mampir di benaknya.
"Delima kau keturunanku pemilik Mahkota Ibu Suri. Pegang erat jangan sampai lepas. Kelak Mahkota itu bisa menghindarkan TACENDA dari kebinasaan. Tapi kau dan keluarga besar Klan Purba Putih harus menelan banyak pil pahit pengkianatan, pertarungan dan peperangan. Tajamkan indramu untuk bisa mengetahui siapa musuhmu yang sebenarnya" Seorang laki laki sepuh dengan baju seperti pertapa memberi wejangan pada Melati remaja waktu itu.
"Jangan sampai peperangan terjadi Yang Agung". Tercekat Delima berucap lirih
"Kau bilang apa Del? Yang Agung?".Tanya Ang sambil menoleh. Diamatinya wajah risau adiknya
Delima menggeleng pelan. Ia belum siap bercerita
"Kita akan bertemu di Pertemuan Ageng, Klan Gunung Telu" Ang berseru memandangi satu persatu wajah para pemilik ilmu yang tamak
" Aku pastikan adikku akan mendapatkan keadilan" Seru Ang lagi
' Kau pikir kami tidak hah" Randu Putra menatap tak suka
"Aku pastikan kematian Intan Putri juga mendapat keadilan dan kau gadis tengik. Kau akan mendapatkan hukuman berat dari para tetua".
"Kau bahkan akan kehilangan Mahkota Ibu Suri yang kau banggakan itu. Seorang pemilik Mahkota dilarang membunuh sesama TACENDA" Nyi Lada Harum menyeringai bengis
Delima menggeleng mendengar perkataan Nyi Lada Harum. Ia tentu tak ingin kehilangan Mahota itu. Air matanya menetes. Ia seakan terlupa saat melancarkan serangan.
"Apa kalian sengaja menjebakku?. Apa kalian sengaja mengorbankan gadis itu supaya aku kehilangan Mahkota Ibu Suri. Delima menatap nanar Klan Gunung Telu
"Lancang sejali kau bocah tengik.Bagaimana bisa kami mencelakakan keluarga sendiri. Jangan sekali kali mengadu domba kami" Panca Sari berteriak tak terima.
" Benarkah itu? Tanya Ki Lembu Gusar. Tentu ia tidak akan pernah memaafkan siapapun yang sudah merenggut nyawa anak gadisnya.
"Jangan dengarkan gadis tengik itu" Nyi Lada Harum menggeram.Tak ada yang boleh tahu skenario yang sudah ia buat bersama suaminya. Mahkota Ibu Suri sungguh menjadi obsesinya bertahun tahun yang lalu. Dan sekarang sudah sekat dalam genggaman.
"Ayo kita pergi. Intan Putri harus segera dikebumikan" Nyi Lada Harum mengomando Klannya untuk meninggalkan tempat itu.
Sementars itu Ang menoleh ke arah adiknya.Pikirannya berkecamuk memikirkan nasib Delima. Mahkota Ibu Suri jelas akan lepas dari Delima. PR besar menghadang Klannya. Tentu mereka tidak ingin Mahkota Ibu Suri jatuh ke Klan lain
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments