Suamiku Anak Kelas Sebelah
Hari ini adakah hari minggu, biasanya Para anak mudah melakikan aktifitasnya yang berbeda untuk memanfaatkan waktu libur sehari ini. Tapi berbeda dengan keluarga yang satu ini, mereka masih saja berdebat diruang tamu tentang perjodohan itu.
"Papi ngak mau tau lagi, kamu harus menerimah perjodohan ini!" Seorang pria paru bayah sedang angkat bicara, pasalnya sang anak selalu menolak permintaan ibunya.
"Tapi, Papikan tau kalau aku ini masih mudah belum tau tentang nikah, apalagi aku masih sekolah." Leon memoho kepada orang tuanya agar perjodohan ini dibatalkan.
"Kau tetap sekolah. Oh iya satu lagi, calon istrimu itu juga masih sekolah dan mungkin umur kalian hampir sama."
Pak Andi pun menjelaskan kepada Leon kalau wanita yang akan dia nikahi itu juga masih mudah, dan setelah mereka nikah mereka tetap melanjuti sekolah merea masing-masing.
"Mi..." Belum sempat Leon merayu sang mami, tapi maminya mulai menggeleng dan mengangkat telunjuknya lalu mengarahkan kemulut Leon, agar Leon menuruti permintaan Papinya.
"Mami tetap setuju dengan keputusan Papimu. Ayolah Le apa kau mau melihat orang tuamu bahagia, apa kau lupa kau pernah berkata kalau kau ingin membahagiakan kedua orang tuamu dengan cara apa pun." Maminya mengingatkan Leon tentang doa-doanya lalu sewaktu masih kecil.
Leon pun termenung mengingat tentang doa-doanya, dimana kalau besar nanti iya mau membahagiakan Mami Papinya dengan cara apapun itu akan ia lakukan.
Leon pun berdiri dari duduknya memberi jawaban. "Baiklah aku terimah perjodohan ini, asal Mami Papi bahagia!" Lalu ia menuju kekamarnya.
.
.
.
.
.
Dikeluarga pak Rusdi pun sedang membahas tentang perjodohan itu agar sang anak mau menerimah permintaannya.
"Papa mohon, kamu mau menerimah perjodohan ini nak!"
"Tapi Pa, Papa kan tau kalau aku masih mudah dan sekolah aku gimana, masa putus ditengah jalan. Dan aku masih mau menikmati masa muda ku ini seperti anak yang lainnya."
"Kamu tetap sekolah, Papa hanya tidak mau kau kenah pergaulan bebas apa lagi dengan laki-laki yang bukan halal bagimu."
"Tapi Pa, bagaimana kalau dia melarangku untuk melanjuti sekolahku?" Risma mulai mencari alasan lagi.
"Kamu tenang saja, karna dia juga masih sekolah sama sepertimu."
"Terus bagaimana dia manafkahi istrinya kalau dia juga masih sekola apa lagi dia juga pasti masih mudah." Risma mencibir tentang calon suaminya itu.
"Dia memeng masih sekolah tapi dia sudah punya usaha sendiri. Dan Papa tidak mau mendengar penolakan dari mulutmu lagi."
Risma pun hanya pasra mau tidak mau perjodohan ini akan tetap berlangsung. "Ok, aku terimah!"
"Akhirnya kamu terimah. Karna jika kamu masih belum menerimanya terpaksa Papa menelpon kakakmu."
Risma sangat takut jika Papanya melapor pada kakak laki-lakinya kalau dia menolak perjodohan ini.
Risma pun beranjak menuju kekamarnya karna percuma berdebat dengan kedua orang tuanya, apalagi sampai memberi tahu sang kakak.
Dia menghempaskan tubuh mungilnya keatas kasur yang empuk itu sambil menatap kelangit-langit kamarnya.
"Haah, untuk apa mereka memanggilku untuk membahas penikahan ini kalau ujung-ujungnya mereka tidak terimah penolakan."
"Baiklah, aku akan bikin dia tidak betah jadi suamiku nanti." Risma pun tersenyum kecil, karna dia ingin membuat suaminya nanti sengsara dan akhirnya minta cerai.
___________
Hari ini adalah hari kebahagiaan bagi kedua keluarga mempelai pengantin. Karna setelah perdebatan masalah perjodohan seminggu yang lalu, akhirnya hari ini mereka melangsungkan pernikahan.
Disebuah kamar nampak sosok wanita yang sedang duduk termenung didepan cermin hias. ia sedang meratapi nasibnya, sebenarnya ia masih belum iklas diperistri dengan seorang pria yang tidak ia kenal apalagi belum sempat melihat wajah sang calon suami.
"Wah, lihat kau sangat cantik hari ini." Mamanya masuk menghampiri Risma yang sedang duduk termenung.
Risma pun mengangkat wajahnya dan memandang Mama dan tersenyum, ia melihat ada kebahagiaan diwajah wanita itu. "Apa mama bahagia?"
"Tentu saja sayang, mama sangat bahagia!" sambil memegang dagu Risma dan tersenyum riah.
"Sungguh sayang hari ini kamu sangat cantik."
"Apaan sih ma!" Risma memalingkan wajahnya kesamping, agak sedikit malu karna gombalan sang mama.
"Apa kau sudah siap? Mereka sudah dari tadi menunggumu."
"Aku siap ma." Sebenarnya dia belum siap tapi apalah daya semua orang menunggu kedatangannya, yaitu sang mempelai wanita.
Mamanya tahu kalau anaknya ini hanya pasrah, dia pun menggemgam tangan Risma dan mengecup kening anaknya lalu berdiri.
.
.
.
.
.
Semua orang terpanah memandang sang wanita turung dari tangga dengan pakaian yang iya kenakan membuat ia semakin cantik.
Risma pun dituntuk duduk disamping sang mempelai pria, tapi ia tak sedikit pun melirik untuk memandang sang calon suami.
Begitupun dengan Leon semenjak tadi orang membicarakan calon istrinya tapi ia enggan untuk mengangkat wajahnya untuk memandan wanita yang akan iya nikahi.
Ijab kobul dimulai dan hanya sekali tarik nafas Leon ia sudah mengucapkannya dengan lancar sehinggga terdengar para saksi mengatakan.
"Sah."
Hatinya Risma tersedak mendengar kata 'sah' para saksi karna kata itu telah mengubah statusnya mulai detik itu juga menjadi seorang isrti dari Leon Al'Firzy. Dia bukan lagi seutuhnya tanggung jawab otang tua yang selama ini melahirkan dan membesarkannya, melainkan tanggung jawab pria yang baru saja mengubah statusnya saat itu juga.
Mereka saling berhadapan utuk memasangkan cincin kejari pasangan tersebut. Leon mulai mengambil cincin dan memasangkan kejari mungil itu, begitupun sebaliknya yang di lakukan Risma.
Leon mengangkat wajahnya bersamaan dengan Risma juga mengangkat wajahnya, betapa kagum memendang wajah wanita didepannya yang begitu cantik dengan bibir mungil, hidung mancung, bola mata berwarna coklat dan memiliki tahi lalat kecil diujung kening sebelah kiri.
Risma mengambil tangan Leon dan mengecupnya dengan singkat dan setekab itu Leon mendekatkan wajahnya untuk mengecup kening sang istri.
.
.
.
.
.
.
.
.
Acara tak seramai acara pengantin lainnya soalnya yang diundang hanya kerabat dekat dan keluarga, itu permintaan Leon dan Risma pasalnya mereka tidak mau pernikahan ini akan tersebar dan akan berpengaruh pada sekolah mereka.
Setelah acara selesai Risma memilih masuk kekamar pengantin yang mana sudah dihiasi dengan romantis, dia duduk termenung dipinggir ranjangnya entah apa yang dia bayangkan. Tak lama ia masuk pintu terbuka dan nampak sosok pria tampan masuk kedalam kamar itu dengan wajah lelahnya.
Leon memilih duduk dikursih depan cermin hiasdan mulai membuka jas dan sepatuhnya sesekali melirik Risma yang masih terdiam ditepih ranjang.
"Apa aku boleh memakai kamar mandimu?" Leon mulai mengangkat bicara.
Risma pun tersadar dari lamunannya dan melihat sosok pria yang sedang duduk tak jauh darinya. "Pakailah!" hanya satu kata itu yang keluar dari mulutnya dab kembali lagi menunduk.
Sedangkan Leon memilih masuk kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah dari tadi merasa gerah. Setelah 20 menit Leon keluar dari kamar mandi dengan pakaiaan sudah lengkap, lalu menghampiri Risma.
"Bersihkan dirimu dulu baru istrahat kau pasti lelah!"
Risma pun mengangguk lalu berdiri menuju kamar mandi, tapi setelah beberapa menit dia keluar lagi dengan baju yang masih tetap sama.
"Kenapa?" Leon heran memandang istrinya karna sudah beberapa menit didalam sana tapi belum juga berganti pakaiaan.
"Resliting bajunya susah dibuka, tanganku tak cukup sampai!"
Leon pun mendekat, "Biar ku bantu."
"Ti-tidak usah, aku bisa minta bantuan pada mama!" Risma mulai melangkahkan kakinya untuk menuju pintu kamar.
Tapi baru beberapa langkah Leon menarik tangannya menuju kedalam kamar mandi tampa sepatah katapun, setelah mereka berada didalam Leon dengan segerah membalikkan tubuh Risma untuk membelakanginya.
"Ka-kau mau apa?" Risma kaget dengan kelakuan Leon
"Akan aku bantu!"
Tangannya mulai mengarah membuka resliting yang berada dipunggung Risma. "Tunggu, tutup matamu dulu,"
"Baiklah, jangan bergerak!" Setelah terbuka dengan cepat Risma berbalik badan dan mendorong tubuh Leon untuk keluar dari kamar mandi.
"Keluarlah, jangan sampai kau berbuat mesum." Dan kembali menutup pintu lalu menguncinya.
Leon yang berada didepan pintu hanya mwnggeleng karna tinggkah sang istrinya. "Apa katanya mesum, bukankah aku ini suaminya. Dan seharusnya dia berterimah kasih."
.
.
.
.
20 menit berlalu Risma keluar dengan baju yang sudah diganti dari sebelumnya, dan berjalan menuju ranjang lalu mengambil bantal dan selimut.
Leon yang memainkan hanponenya dari tadi mulai berpaling dan bertanya. "Kau mau kemana?"
"Mau tidur!"
"Dimana?" Tanyanya lagi
"Disofa, kau tidurlah diranjang!"
"Tidak-tidak, aku yang akan tidur disofa karna ini ranjangmu." Leon berdiri mendekati Risma dan mengambil bantal ditangan Risma.
"Biar aku saja, lagi pula kamu tamu dirumah ini." Risma mulai menuju ke sofa disudut kamarnya sebelah kiri tapi Leo kembali menahannya lagi.
"Kalau begitu, ayo tidur diranjang bersama!"
"Apa?" Risma melototkan matanya
"Tenang saja aku tidak akan menyentuhmu kok."
"Janji?" Risma mulai memandang wajah Leon mencari kepercayaan didalam sana.
"Aku janji!" Leon pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis.
"Baiklah. Tapi kalau kamu macam-macam maka aku akan medendang bikongmu itu."
Leon pun mengangkat tangannya mengisyaratkan kau dia tidak akan macam-macam.
Karna tak ada yang mau akur siapa yang tidur diranjang dan siapa yang akan tidur disofa. Akhirnya meraka tidur seranjang dengan pembatasan bantal guling diantara mereka berdua. Leon dan Risma mulai memejamkan mata mereka dan terlelap masuk kealam mimpi masing-masing.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"
menarik aq mampir yaaa
2023-02-06
1