Hari ini adakah hari minggu, biasanya Para anak mudah melakikan aktifitasnya yang berbeda untuk memanfaatkan waktu libur sehari ini. Tapi berbeda dengan keluarga yang satu ini, mereka masih saja berdebat diruang tamu tentang perjodohan itu.
"Papi ngak mau tau lagi, kamu harus menerimah perjodohan ini!" Seorang pria paru bayah sedang angkat bicara, pasalnya sang anak selalu menolak permintaan ibunya.
"Tapi, Papikan tau kalau aku ini masih mudah belum tau tentang nikah, apalagi aku masih sekolah." Leon memoho kepada orang tuanya agar perjodohan ini dibatalkan.
"Kau tetap sekolah. Oh iya satu lagi, calon istrimu itu juga masih sekolah dan mungkin umur kalian hampir sama."
Pak Andi pun menjelaskan kepada Leon kalau wanita yang akan dia nikahi itu juga masih mudah, dan setelah mereka nikah mereka tetap melanjuti sekolah merea masing-masing.
"Mi..." Belum sempat Leon merayu sang mami, tapi maminya mulai menggeleng dan mengangkat telunjuknya lalu mengarahkan kemulut Leon, agar Leon menuruti permintaan Papinya.
"Mami tetap setuju dengan keputusan Papimu. Ayolah Le apa kau mau melihat orang tuamu bahagia, apa kau lupa kau pernah berkata kalau kau ingin membahagiakan kedua orang tuamu dengan cara apa pun." Maminya mengingatkan Leon tentang doa-doanya lalu sewaktu masih kecil.
Leon pun termenung mengingat tentang doa-doanya, dimana kalau besar nanti iya mau membahagiakan Mami Papinya dengan cara apapun itu akan ia lakukan.
Leon pun berdiri dari duduknya memberi jawaban. "Baiklah aku terimah perjodohan ini, asal Mami Papi bahagia!" Lalu ia menuju kekamarnya.
.
.
.
.
.
Dikeluarga pak Rusdi pun sedang membahas tentang perjodohan itu agar sang anak mau menerimah permintaannya.
"Papa mohon, kamu mau menerimah perjodohan ini nak!"
"Tapi Pa, Papa kan tau kalau aku masih mudah dan sekolah aku gimana, masa putus ditengah jalan. Dan aku masih mau menikmati masa muda ku ini seperti anak yang lainnya."
"Kamu tetap sekolah, Papa hanya tidak mau kau kenah pergaulan bebas apa lagi dengan laki-laki yang bukan halal bagimu."
"Tapi Pa, bagaimana kalau dia melarangku untuk melanjuti sekolahku?" Risma mulai mencari alasan lagi.
"Kamu tenang saja, karna dia juga masih sekolah sama sepertimu."
"Terus bagaimana dia manafkahi istrinya kalau dia juga masih sekola apa lagi dia juga pasti masih mudah." Risma mencibir tentang calon suaminya itu.
"Dia memeng masih sekolah tapi dia sudah punya usaha sendiri. Dan Papa tidak mau mendengar penolakan dari mulutmu lagi."
Risma pun hanya pasra mau tidak mau perjodohan ini akan tetap berlangsung. "Ok, aku terimah!"
"Akhirnya kamu terimah. Karna jika kamu masih belum menerimanya terpaksa Papa menelpon kakakmu."
Risma sangat takut jika Papanya melapor pada kakak laki-lakinya kalau dia menolak perjodohan ini.
Risma pun beranjak menuju kekamarnya karna percuma berdebat dengan kedua orang tuanya, apalagi sampai memberi tahu sang kakak.
Dia menghempaskan tubuh mungilnya keatas kasur yang empuk itu sambil menatap kelangit-langit kamarnya.
"Haah, untuk apa mereka memanggilku untuk membahas penikahan ini kalau ujung-ujungnya mereka tidak terimah penolakan."
"Baiklah, aku akan bikin dia tidak betah jadi suamiku nanti." Risma pun tersenyum kecil, karna dia ingin membuat suaminya nanti sengsara dan akhirnya minta cerai.
___________
Hari ini adalah hari kebahagiaan bagi kedua keluarga mempelai pengantin. Karna setelah perdebatan masalah perjodohan seminggu yang lalu, akhirnya hari ini mereka melangsungkan pernikahan.
Disebuah kamar nampak sosok wanita yang sedang duduk termenung didepan cermin hias. ia sedang meratapi nasibnya, sebenarnya ia masih belum iklas diperistri dengan seorang pria yang tidak ia kenal apalagi belum sempat melihat wajah sang calon suami.
"Wah, lihat kau sangat cantik hari ini." Mamanya masuk menghampiri Risma yang sedang duduk termenung.
Risma pun mengangkat wajahnya dan memandang Mama dan tersenyum, ia melihat ada kebahagiaan diwajah wanita itu. "Apa mama bahagia?"
"Tentu saja sayang, mama sangat bahagia!" sambil memegang dagu Risma dan tersenyum riah.
"Sungguh sayang hari ini kamu sangat cantik."
"Apaan sih ma!" Risma memalingkan wajahnya kesamping, agak sedikit malu karna gombalan sang mama.
"Apa kau sudah siap? Mereka sudah dari tadi menunggumu."
"Aku siap ma." Sebenarnya dia belum siap tapi apalah daya semua orang menunggu kedatangannya, yaitu sang mempelai wanita.
Mamanya tahu kalau anaknya ini hanya pasrah, dia pun menggemgam tangan Risma dan mengecup kening anaknya lalu berdiri.
.
.
.
.
.
Semua orang terpanah memandang sang wanita turung dari tangga dengan pakaian yang iya kenakan membuat ia semakin cantik.
Risma pun dituntuk duduk disamping sang mempelai pria, tapi ia tak sedikit pun melirik untuk memandang sang calon suami.
Begitupun dengan Leon semenjak tadi orang membicarakan calon istrinya tapi ia enggan untuk mengangkat wajahnya untuk memandan wanita yang akan iya nikahi.
Ijab kobul dimulai dan hanya sekali tarik nafas Leon ia sudah mengucapkannya dengan lancar sehinggga terdengar para saksi mengatakan.
"Sah."
Hatinya Risma tersedak mendengar kata 'sah' para saksi karna kata itu telah mengubah statusnya mulai detik itu juga menjadi seorang isrti dari Leon Al'Firzy. Dia bukan lagi seutuhnya tanggung jawab otang tua yang selama ini melahirkan dan membesarkannya, melainkan tanggung jawab pria yang baru saja mengubah statusnya saat itu juga.
Mereka saling berhadapan utuk memasangkan cincin kejari pasangan tersebut. Leon mulai mengambil cincin dan memasangkan kejari mungil itu, begitupun sebaliknya yang di lakukan Risma.
Leon mengangkat wajahnya bersamaan dengan Risma juga mengangkat wajahnya, betapa kagum memendang wajah wanita didepannya yang begitu cantik dengan bibir mungil, hidung mancung, bola mata berwarna coklat dan memiliki tahi lalat kecil diujung kening sebelah kiri.
Risma mengambil tangan Leon dan mengecupnya dengan singkat dan setekab itu Leon mendekatkan wajahnya untuk mengecup kening sang istri.
.
.
.
.
.
.
.
.
Acara tak seramai acara pengantin lainnya soalnya yang diundang hanya kerabat dekat dan keluarga, itu permintaan Leon dan Risma pasalnya mereka tidak mau pernikahan ini akan tersebar dan akan berpengaruh pada sekolah mereka.
Setelah acara selesai Risma memilih masuk kekamar pengantin yang mana sudah dihiasi dengan romantis, dia duduk termenung dipinggir ranjangnya entah apa yang dia bayangkan. Tak lama ia masuk pintu terbuka dan nampak sosok pria tampan masuk kedalam kamar itu dengan wajah lelahnya.
Leon memilih duduk dikursih depan cermin hiasdan mulai membuka jas dan sepatuhnya sesekali melirik Risma yang masih terdiam ditepih ranjang.
"Apa aku boleh memakai kamar mandimu?" Leon mulai mengangkat bicara.
Risma pun tersadar dari lamunannya dan melihat sosok pria yang sedang duduk tak jauh darinya. "Pakailah!" hanya satu kata itu yang keluar dari mulutnya dab kembali lagi menunduk.
Sedangkan Leon memilih masuk kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah dari tadi merasa gerah. Setelah 20 menit Leon keluar dari kamar mandi dengan pakaiaan sudah lengkap, lalu menghampiri Risma.
"Bersihkan dirimu dulu baru istrahat kau pasti lelah!"
Risma pun mengangguk lalu berdiri menuju kamar mandi, tapi setelah beberapa menit dia keluar lagi dengan baju yang masih tetap sama.
"Kenapa?" Leon heran memandang istrinya karna sudah beberapa menit didalam sana tapi belum juga berganti pakaiaan.
"Resliting bajunya susah dibuka, tanganku tak cukup sampai!"
Leon pun mendekat, "Biar ku bantu."
"Ti-tidak usah, aku bisa minta bantuan pada mama!" Risma mulai melangkahkan kakinya untuk menuju pintu kamar.
Tapi baru beberapa langkah Leon menarik tangannya menuju kedalam kamar mandi tampa sepatah katapun, setelah mereka berada didalam Leon dengan segerah membalikkan tubuh Risma untuk membelakanginya.
"Ka-kau mau apa?" Risma kaget dengan kelakuan Leon
"Akan aku bantu!"
Tangannya mulai mengarah membuka resliting yang berada dipunggung Risma. "Tunggu, tutup matamu dulu,"
"Baiklah, jangan bergerak!" Setelah terbuka dengan cepat Risma berbalik badan dan mendorong tubuh Leon untuk keluar dari kamar mandi.
"Keluarlah, jangan sampai kau berbuat mesum." Dan kembali menutup pintu lalu menguncinya.
Leon yang berada didepan pintu hanya mwnggeleng karna tinggkah sang istrinya. "Apa katanya mesum, bukankah aku ini suaminya. Dan seharusnya dia berterimah kasih."
.
.
.
.
20 menit berlalu Risma keluar dengan baju yang sudah diganti dari sebelumnya, dan berjalan menuju ranjang lalu mengambil bantal dan selimut.
Leon yang memainkan hanponenya dari tadi mulai berpaling dan bertanya. "Kau mau kemana?"
"Mau tidur!"
"Dimana?" Tanyanya lagi
"Disofa, kau tidurlah diranjang!"
"Tidak-tidak, aku yang akan tidur disofa karna ini ranjangmu." Leon berdiri mendekati Risma dan mengambil bantal ditangan Risma.
"Biar aku saja, lagi pula kamu tamu dirumah ini." Risma mulai menuju ke sofa disudut kamarnya sebelah kiri tapi Leo kembali menahannya lagi.
"Kalau begitu, ayo tidur diranjang bersama!"
"Apa?" Risma melototkan matanya
"Tenang saja aku tidak akan menyentuhmu kok."
"Janji?" Risma mulai memandang wajah Leon mencari kepercayaan didalam sana.
"Aku janji!" Leon pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis.
"Baiklah. Tapi kalau kamu macam-macam maka aku akan medendang bikongmu itu."
Leon pun mengangkat tangannya mengisyaratkan kau dia tidak akan macam-macam.
Karna tak ada yang mau akur siapa yang tidur diranjang dan siapa yang akan tidur disofa. Akhirnya meraka tidur seranjang dengan pembatasan bantal guling diantara mereka berdua. Leon dan Risma mulai memejamkan mata mereka dan terlelap masuk kealam mimpi masing-masing.
bersambung...
Driing..driing
Alaram jam berbunyi nyaring dan membangunkan sosok yang berada di balik selimut, dia pun merai hanponenya untuk mematikan alaram tersebut.
Risma bangun dari tidurnya dan menujuh kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya dan bersiap-siap pergi kesekolah, karna hari ini dia sudah masuk sekolah seperti biasanya.
Setelah beberapa menit dia sudah keluar dari kamar mandi dengan seragam sekolah sudah melekat di tubuh mungilnya, dan dia baru sadar kalau Leon dari tadi tidak ada di dalam kamar itu.
"Kemana dia? Apa sudah pulang kerumahnya?" Risma pun keluar dan menujuh ke lantai bawah untuk ikut sarapan.
Dan ternyata Leon sudah ada di meja makan berkumpul bersama menyantap sarapan pagi. Risma duduk di sisi Leon karna Hanya kursi itu yang tersisah.
"Kok baru datang, lambat bangun?" Kakak iparnya pun bertanya karna barusan ini Risma lambat siap-siap, biasanya dia selalu pertama berada di meja makan.
"Ho'oh," Hanya suara itu yang keluar dari mulutnya karna mungkin masih mengantuk.
"Semalam begadang?" Kakaknya pun ikut bicara, yaitu Baim. Baim adalah anak pertama dikeluarga ini.
"Kok ka Baim tau?" Risma melirik ke kak Baim.
"Tuh, mata kayak panda." Ka Baim menunjuk matanya, yang terlihat ada lingkaran hitam di bawah matanya.
"Emeng semalam berapa jam de?"
"Aku baru tidur semalam di jam 3, kenapa emeng ka?" Sebenarnya Risma tidak paham apa yang di maksud ka Baim.
Semua mata pun mengarah ke Leon kecuali Risma, Leon pun hanya senyum kecil dan menunduk malu karna semuanya memandangnya, meraka semua ikut tertawa melihat Leon.
"Wah Leon, jangan terlalu lama kalau begitu. Ingat kalian masih sekolah jangan sampai kalian terlambat bangun pagi." Ka Baim membeei saran ke Leon lalu melirik Risma yang masih diam.
Risma bingung dengan perkataan kakaknya lalu melirik ke samping, melihat Leon yang ikut senyum dengan perkataan kakaknya. Lalu berbisik dekat Leon, "kenapa tidak membangunkan ku tadi?"
Suara bisikan di dengar oleh sang mama, mamanya hanya tersenyum dan mwnggwleng kecil. "Seharusnya kau yang membangunkan Leon, bukan suami yang membangunkan istri."
"Tapi inikan juga gara-gara dia!" Risma mulai sebal dengan semua orang, pasalnya dia yang korban malah dia yang di salahkan.
"Makanya, jangan terlalu lama bermain." Ka Baim angkat bicara lagi sambil senyum-senyum.
"Bermain apaan sih ka?" Risma mulai pusing dengan perkataan kakanya dari tadi dia tidak bisa mengerti, sedangkan Leon hanya diam karna dia tau apa yang di maksud kakak iparnya itu.
"Semalam kalian begadangkan, main kuda-kudaan terlalu lama?" Semuanya ikut tertawa lagi dengan kata-kata yang keluar dari mulut Baim, tapi berbeda dengan Leon yang dari tadi senyum kecil dan menunduk. Sedangkan Risma heran.
"Main kuda-kuda apaan sih? Semalam itu aku tidak bisa tidur karna ada dia disamping aku. Aku kan tidak biasa tidur dekat orang asing apa lagi laki-laki." Risma pun menjelaskan apa yang terjadi sehingga dia tidak bisa tidur semalaman, dan baru tidur di jam 3 subuh.
"Oh, ka Baim kira kalian lagi buat kaponakan buat kak..." belum sempat ka Baim melanjuti kata-katanya peeutnya sudah dapat cubita kecil dari Ka Eka sang istri.
"Mereka itu masih kecil dan masih sekolah. Dan kamu de, terbiasalah tidur dengan Leon karna dia itu bukan orang asing tapi suami kamu."
Ka Eka memperingati Risma siapa Leon sekarang baginya.
"Terserahlah, aku mau berangkat ke sekolah." Risma pun berdiri dan menyalim kedua orang tuanya lalu melangkah pergi tapi baru beberapa langkah meninggalkan meja makan dia di panggil lagi sama kakak. "Suamimu kenapa tidak disalim juga?"
Risma pun berbalik dan melirik Leon yang ikut berdiri ingin berangkat kesekolah juga, "ngak mau."
"Kenapa?" Ka Baim mulai melihat Risma dengan tajam.
"Nak, Leon itu suami mu sudah seharusnya kamu juga menyalim tangannya." Papanya mulai bersuara.
"Ck!" Risma hanya berdecih lalu merai tangan Leon lalu membungkuk kecil dan membawah tangan suaminya ke kening lalu melepaskannya begitu saja dan berbalik melangkah keluar.
Leon hanya tersenyum memandang punggung Risma yang sudah jauh dan mulai hilang di balik pintu.
"Leon, kamu yang sabar menghadapi dia yah. Risma memeng begitu keras kepala, jadi kita mohon kamu bisa mengubah sifatnya itu." Papa mertuanya meminta agar Leon bisa membuat Risma tidak kepala batu lagi atau keras kepala.
"Baik. Kalau begitu aku juga berangkat kesekolah dulu." Leon pamit kepada mertuanya dan kaka iparnya untuk kesekolah karna tidak lama lagi jam sekolah akan masuk.
"Semoga Leon tabah menghadapi tingkah Risma dan dapat mengubah anak keras kepala itu menjadi lebih baik lagi." Sesudah berkata begitu papanya berdiri dan di susul dengan Baim untuk berangkat pergi ke kantornya.
.
.
.
.
.
Risma sudah sampai di kelasnya dan memilih untuk duduk di kursi yang biasa ia tempati.
"Rismaaa." Seseorang membuatnya kaget lalu melirik orang yang lari menujuh ke arahnya dan berteriak itu adalah Ayu sahabat dari kecilnya.
"Jangan teriak-teriak ini bukan hutan."
"Hehehe maaf, loh itu mata kenapa hitam begitu? Mirip panda aja lu."
"Kurang tidur." Risma mengangkat kedua tangannya ke atas meja dan menjadikannya sebagai bantalan kepalanya, dia mulai memejamkan matanya sesungguhnya dia sangat mengantuk karna kurang tidur semalam.
"Oh begitu," "oh iya, aku denger tadi dari anak lainnya katanya ada siswa baru loh."
"Benarkah, cowok apa cewek? Tapi semogah aja cowok." Sedangkan Cerry yang baru datang langsung duduk di depan meja Risma dan bertanya pada Ayu tentang anak baru itu. Cerry adalah anak yang paling girang kalau lagi bahas tentang cowok.
"Aku kurang tau sih, cowok atau ceweknya?" Ayu hanya cengegesan.
Sedangkan Risma dari tadi hanya diam mendengar percekapan teman-temannya itu, apa lagi kepalanya agak pusing dan tadi pagi dia hanya meminum susu segelas dan tidak sempat lagi serapan pagi karna takut terlambat masuk sekolah.
Ting ting ting
Lonceng pertanda masuk berbunyi semua siswa-siswi masuk ke kelas masing-masing untum memulai pelajarannya yang akan di bawah para guru.
.
.
.
.
bersambung....
Setelah proses belajar mengajar berlangsung beberapa jam, akhirnya jam istrahat yang di tunggu-tunggu para murid datang juga.
Semua para murid berhamburan keluar kelas, baru saja ingin melakukan aktifitas masing-masing tapi di hentikan oleh guru. Mereka semua di kumpulkan di depan kantor katanya adahal penting ingin di sampaikan.
"Ris, cepetan." Ucap Cerry.
"Iya bentar," Risma pun berdiri dan menyusul teman-temannya untuk ikut berkumpul.
"Ada apa yah, kok di kumpul sih?"
"Tau nih, perut gue dari tadi menyanyi lagi." Cicitnya Ayu.
"Makan ajah yang elu urus." Ketus Risma, sebenarnya dia juga sudah lapar dari tadi, tapi mau bagaimana lagi.
Semua para murid heran pasalnya guru menyuruh mereka semua berkumpul di depan halaman depan kantor guru.
"Baik anak-anak terimah kasih karna sudah berkumpul semua, ada satu hal yang ingin saya sampaikan kepada kalian kalau kita kedatangan murid baru."
"Silahkan perkenalkan namamu!" Sambung kepala sekolah kepada seseorang yang baru datang dan berdiri di samping kirinya.
Anak baru itu pun memperkenalkan dirinya. "Hay semua Perkenalkan namaku Dion saputra, aku pindahan dari Amerika dan mohon pertemanannya." Setelah mengucapkan perkenalan tak lupa Dion memberi mereka senyum manis.
Semual para siswi pun ikut tersenyum, dan banyak yang melaibaikan tangan ada pula yang mulai bertanya hal-hal yang aneh.
'Wah gantengnya'
'Apa dia sudah punya pacar?'
'Calon suami idaman'
'Ya ampun, sungguh dia tampan sekali."
Itulah kata-kata yang keluar dari mulut para siswi-siswi.
"Wah, ternyata doaku terkabulkan." ucap Cerry. Dan mulai senyum-senyum genit memandang Dion di depan sana.
"Dasar mata keranjang, setiap ada cowok yang tampan pasti saja seperti itu." Ayu melihat Cerry lalu menggelengkan kepalanya.
Risma pun kaget karna kedatangan Dion, bagaimana bisa Dion adalah anak baru di sekolahnya iya pun mulai bertanya-tanya dalam hati. Dan dia lebih di kejutkan lagi dengan kedatangan seseorang lagi yang berdiri di samping Dion dan memperkenalkan diri.
"Perkenalkan namaku Leon Al'firzy, aku juga pindahan dari Amerika. Terimah kasih."
Anak-anak lebih menganga lagi memandang Leon yang berdiri tegap di samping Dion. Bahkan ada yang loncat-loncat kecil kegirangan, ada pula yang melambai tangan, dan lebih parah dari pada sewaktu masih Dion yang berdiri di sana.
Sebenarnya Leon sebelum menikah dengan Risma, dia sebenarnya sekolah di Amerika dari sejak masuk sekolah dasar, tapi dia harus pulang ke tanah air karna ke inginan sang orang tua.
Dan Dion adalah adik Leon, yah meraka itu adalah saudara jadi mereka pinda sekolah barengan dan memilih sekolah di mana Risma sekolah. Dan meraka hanya berdua bersaudara.
Dion yang setingkatan kelas dengan kakaknya di karnakan sewaktu masuk sekolah mereka di masukkan bersamaan, di karenakan Dion juga cukup pintar dan cerdas dan hampir sama dengan Leon. Makanya itu mereka selalu bersama.
'Wah ini lebih tampan.'
'Ini baru sempurnah'
'Apa dia malaikat?'
'Dia adalah pangeranku'
'Maak, tolong sadarkan anakmu ini'
'Dia calon suamiku masa depanku'
Lebih banyak lagi kata-kata yang keluar dari mulut mereka dari pada sewaktu Dion yang memperkenalkan diri dan lebih heboh lagi.
Dan mereka tidak tau kalau pria yang mereka kagumi itu sudah punya status yang berbeda dari mereka.
Apa jadinya kalau mereka tahu si Leon itu sudah punya istri, dan parahnya lagi istrinya adalah salah satu siswi yang bergabung denga mereka.
'Apa? Jadi dia juga murid baru?' Ucapnya dalam hati.
"Ris, elo kenapa melihat mereka seperti itu?" tanya Ayu yang sedari tadi melihat temannya itu memandang murid baru.
"Iya, baru pertama kali ini kamu liat cowok kaya gitu." Sambung Cerry yang juga ikut melihat Risma.
Pasalnya Risma tidak pernah melihat laki-laki baru sangat lama dengan serius seperti saat ini.
"Oh ngak kok, ternyata doa Cerry terkabulkan, hehe." Bohongnya, karna tidak mungkin kalau dia cerita pada temannya itu kalau dia kenal pria di depan sana, lebih tepatnya lagi pria itu adalah SUAMI nya.
"Oh, tapi benar juga katamu Ris. Karna kali ini dua sekaligus muridnya cowok." Ucapnya Cerry lalu cengengesan. Risma dan Ayu hanya menggeleng melihat Cerry.
Setelah memperkenalkan diri. Kepala sekolah kembali membubarkan siswa-siswi yang berkumpul itu.
"Ke kantin yuk, dari tadi perutku minta di isi."
"Ok, dari tadi juga gue sudah lapar."
"Tumben, biasanya selalu menolak!" Kata Cerry.
"Soalnya tadi pagi gue tidak sempat serapan karna kesiangan."
Mereka pun menuju ke kantin sekolah untuk mengisih perut mereka yang sedari tadi berdemo.
Risma juga sudah tidak ambil pusing dengan Leon yang menjadi siswa baru di sekolahnya.
Sedangkan di tempat lain Leon yang di antar guru terlebih dahulu ke kelas yang akan dia tempati.
Leon juga sedari tadi mencari keberadaan istrinya itu tapi nihil dia tidak bisa menemukannya.
"Apa yang kau cari, dari tadi celingak-celinguk?" Tanya Dion yang sedari tadi juga melihat tingkah Leon.
"Aku mencari seseorang." Bisiknya
"Oh, aku juga tidak melihatnya."
"Yah sudah. Aku masuk dulu." Ucap Leon. Lalu masuk ke kelas yang di tunjukkan oleh guru.
.
.
.
.
.
.
Risma dan teman-temannya sedari tadi menikmati makanan yang mereka pesan terlebih dahulu.
"Eh Ris, kenapa dari tadi aku liat kamu selalu diam?"
"Iya, tidak seperti biasanya."
"Ngak kok, cuman agak pusing sedikit." Risma juga dari yadi memijit pelipisnya karna agak pusing.
"Mungkin karna kamu kurang tidur," kata Ayu yang ingat kalau Risma tadi bilang kalau dia kurang tidur semalam.
"Kurasa begitu, apa lagi kamu lambat makan." Sambung Cerry.
Mereka melanjuti makan masing-masing, tapi tidak lama meraka di hebokan karna siswi-siswi pada terik lantaran melihat kedatangan dua pria tampan yang tidak lain adalah siswa baru itu.
Leon dan Dion yang baru datang pun langsung di sapa para siswi-siswi dengan genit dan bertanya macam-macam.
"Hay ganteng."
"Minta nomor telponya donk."
Dan lebih banyak lagi yang menyapa mereka dengan segala cara. Sedangkan Leon hanya diam, berbeda dengan Dion yang hanya melempar senyum manis ke mereka dan makin membuat mereka klepek-klepek karna senyuman Dion.
Leon memilih duduk di salah satu meja yang tak jauh dari meja Risma, dan Dion pergi memesan makana di ibu kantin. Tak lama kemudia Dion datang dengan pesanan yang di bawahnya lalu memberi salah satunya ke Leon.
Leon sesekali melirik ke meja Risma, sedangkan yang dilirik hanya membuang muka, mungkin dia tidak mau ketahuan dengan teman-temannya itu.
"Bukankah itu dia?" Tanya Dion.
"Hem," hanya deheman yang terdengar dari Leon.
"Kenapa lingkaran matanya hitam? Apa kurang tidur?" ucap Dion karna melihat Risma yang bermata panda.
Leon hanya mengangkat kedua bahunya lalu menyantap makanan didepannya. Sebenarnya dia juga dari tadi pagi melihat mata istrinya itu dan merasa kasihan karna dia penyebab kalau Risma kurang tidur.
"Kalian begadang semalaman? Oh yah ampun, apa bener kalian melakukan itu?" tanyanya lagi.
Leon menatap Dion dengan tajam yang bertanya hal aneh itu. "Buang pikiran kotormu itu, kalau tidak mau dapat masalah." lalu menunduk lagi sesekali meminum minumannya di atas meja.
"Hay ka, apa boleh minta nomor telponnya?" Tanya seorang siswi yang baru datang dan berdiri di samping meja Leon.
Dan lebih banyak lagi siswi yang bediri di dekatnya dan mulai bertanya. "Apa kakak sudah punya pacar?" Leon tetap diam, sedangkan Dion hanya senyum melihat tingkah mereka.
Risma yang berada di beja sebelah mendengar semua pertanyaan para perempuan genit itu.
'Bukan punya pacar lagi tapi ISTRI, dan istrinya adalah aku' batin Risma.
"Mereka sudah punya pacar belum ngak yah?" Tanya Cerry.
"Tanya aja sendiri," ucap Ayu dan ikut melihat meja sebehnya yang rameh itu. Tapi tidak lama meja itu kembali sepih hanya menyisakan dua cowok tampan.
Risma hanya diam dan tidak mengubris, hanya berbicara dalam hatinya.
'Kenapa dia selalu menatapku seperti itu?'
'Tapi kenapa dia hanya diam ditanya begitu?'
'Awas saja kalau dia bocorkan masalah ini, maka gue tidak akan maafkan dia.'
Monolognya dalam hati yang sesekali meliri Leon. Sedangkan Dion juga melihat Risma lalu melihat Leon lagi secara bergantian. Dion berdiri dan melangkahkan kakinya menujuh meja Risma dan memecahkan keheningan.
"Ternyata kau disini?" ucap Dion.
Risma menatap Dion yang bertanya kepadanya lalu melirik temanya secara bergantian pasalnya dia takut jangan sampai Dion keceplosan.
"Dari tadi kami mencarimu." Risma mulai keringat dingin dengan perkataan Dion.
"Jadi kalian saling kenal?" Tanya Cerry bersamaan dengan Ayu.
"Ehh, itu em... Anu." Dia mulai gugup tak tau harus bilang apa.
"Tentu saja kita saling kenal!" Sambung Dion.
"Benarkah? Ris, yang dia bilang itu bener?" Tanya Ayu.
Risma hanya diam sesekali meremas rok di atas pahanya.
"Jadi kalian tidak tau, aku adiknya Leon dan Leon itu su..." belum sempan Dion melanjutkan kata-kata tapi Risma sudah berdiri dan menyahut. "Dia sepupuku, iyan Dion?" Risma melototkan matanya melihat Dion agar adik iparnya itu membenarkan yang di ucapnya barusan.
Dion hanya menganga dengan ucapan Risma yang mengatakan kalu mereka sepupuan.
"Kita sepupuan." ucap Leon yang berdiri di samping Dion dan menatap Risma. Sebenarnya dia tidak mau mengatakan itu tapi apa boleh keadaan memaksakan mengatakan kalau mereka sepupuan, dan hanya kata itu yang bisa menyelamatkan mereka berdua.
"Tuh kan, apa aku bilang!" ucap Risma dan memandang temannya yang sedarj tadi minta jawaban.
"Oh begitu." kata Cerry.
"Pantas saja, waktu mereka memperkenalkan diri elo menatap mereka sangat lama terutama Leon." sambun Ayu, lalu ikut berdiri dan memperkenalkan dirinya.
"Oh iya, aku Ayu."
"Dan aku Cerry," ucap Cerry yang ikut mamperkenalkan dirinya.
Risma melirik sesekali ke Leon, untung Leon dengan cepan membenarkan ucapannya tadi, hampir saja dia dapat mesalah karna Dion.
"Yah sudah, gue mau balik ke kelas dulu." ujar Risma lalu berbalik dan melangkahkan kakinya. Tapi baru beberapa langkah dia bertabrakan dengan seseorang.
Brukk
Risma hampir terjatuh tapi dengan sigap Ayu menangkap Risma.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Ayu.
"Hem, terimah kasih Yu."
Risma melihat dengan siapa iya bertabrakan tadi. "Aduh kenapa sih harus dia?" ucapnya dalam hati.
Sedangkan dari tadi orang yang di depannya itu sudah marah melihat Risma yang berada di depannya.
"He, elo cari masalah baget sih," ucap orang itu dan memandang sinis Risma.
"Elo punya mata kagak? Main nabrak ajah." sambung seseorang disamping orang yang lagi marah itu.
"Maaf, aku tidak sengaja." Risma hanya meminta maaf kepada orang itu dari pada makin ribut lagi.
"Apa maaf katamu? He, tidak semudah itu kali." Ucap Dira yang mulai marah, lalu mengambil botol air di tangan salah satu temannya itu lalu menyiram ke wajah Risma.
Byurr
Seketika wajah dan baju Risma ikut basa karna siraman itu.
"Elo itu apa-apaan sih, main siram aja?" Tanya Ayu dengan marah yang melihat tingkah Dira seenaknya saja menyiram Risma.
"Emeng kenapa, kamu mau ikut aku siram juga?"
"Jika kau menyiramnya lagi maka muka elo yang akan penuh dengan sambal ini." kata Cerry yang ikut berdiri disamping Risma sambil memegang botol sambel dan memperlihatkannya pada Dira.
Mereka tahu kalau bukan Risma yang salah, tapi Dira yang disini salah karna berjalan sambil melihat kebelakang.
Sedangkan Leon yang ikut kanget karna Dira yang langsung menyiram muka Risma, padahal istrinya sudah terlebih dahulu minta maaf.
Leon pun mendekat ke istrinya itu lalu menyerahkan tisu ditangannya ke Risma agam mengelap wajahnya yang basah itu. Dion juga ikut berdiri di samping Ayu.
"Kenapa kau langsung menyiramnya, dia kan sudah minta maaf." Kata Dion yang mulai ikut marah melihat iparnya yang di siram dengan air, Tapi dia menahan marahnya itu.
"Siapa suruh cari masalah,"ucap Dira.
Leon langsung menarik lengan Risma tampa menyahut sepata kata pun untuk meninggalkan tempat itu karna dia tidak mau melihat istrinya menjadi tontonan parah siswa-siswi yang sedari tadi melihat perdebatan itu.
Semua siswa dan siswi hanya heran dengan kepergian Risma dengan Leon, dan mereka mulai bertanya-tanya sebenarnya ada hubungan apa di antara mereka berdua.
Risma hanya diam saat lengannya di tarik oleh Leon, dan hanya mengikuti langkah suaminya kemana dia membawahnya pergi.
Leon yang menyadari karna Risma hanya diam dan mengikutinya sedari tadi tampa melepaskan gengaman tangan Leon dari lengannya hanya senyum kecil, bahkan tak bisa di lihat oleh siapa pun.
'Istri baik.' batin Leon.
.
.
.
Bersambung .....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!