Senja disore hari sudah menampakkan warna jingga di upuk barat, dan memantulkan diri dilautan lepas makin menambah kecantikannya.
Seseorang duduk manis disalah satu bangku yang disediakan disana, dengan masih lengkap seragam sekolahnya telah menikmati datangnya seja disore hari di dermaga dimana dia biasa untuk menyendiri. Ternyata tempat itu menjadi paforitnya untuk berlari jika dia lagi ingin menenangkan diri.
Risma memejamkan matanya menikmata senja menikmati pantulan cahaya itu mengenai wajahnya.
Yah, orang itu adalah Risma sepulang sekolah dia langsung mengayunkan sepada begitu cepat, tampa berpikir keluarganya akan sibuk menunggu kedatanggannya, apa lagi dengan suaminya itu sudah mulai sibuk mencarinya tapi dia tak tau harus mencari kemana lagi, dia sangat khawatir sampai terjadi sesuatu pada istrinya.
Ayolah Risma, apa kau tak kaaihan pada suami mu itu, kenapa kau susah sekali menerima dia disisimu lebih tepatnya seorang suami.
_________________________
"Apa dia sudah pulang?" tanya papanya.
"Belum pa," jawab istrinya.
"Apa kalian tidak mencoba menelponnya?" ujarnya lagi
"Sudah pa tapi tetap tidak di angkat olehnya." Kini ka Baim angkat bicara, dia juga dari tadi menghubungi adiknya tapi sama sekali tak dapat jawaban.
Pak Rusdi meninggalkan tempa itu dan melangkahkan kaki jenjangnya kesuatu ruangan yaitu kekamarnya dan di ikuti istrinya, ibu Mila. Dia juga pusing dengan tingkah anak gadisnya, tapi dia juga tidak bisa apa-apa pasalnya ini semua akibatnya yang menjodohkan anaknya itu, tapi apa salahnya jika dia ingin yang terbaik untuk anak gadisnya.
Keluarga itu dari tadi menunggu kedatangan anak gadisnya karna sudah jam 17:15 wib tapi dia juga belum mwnampakkan diri.
Mereka semua berkumpul diruang tamu sedangkan Leon juga belum pulang sedari tadi pergi mencari istrinya.
Saat saat pintu rumah terbuka ka Baim melihat kearah pintu karna dia mengira kalau itu adalah adik tapi ternyata itu adalah Leon.
"Apa kau tidak menemukannya?" tanya ka Baim pada Leon.
"Maaf ka, aku tak tau harus kemana lagi untuk mencarinya." jawabnya lalu menunduk, dia sudah dari tadi mencari Risma tapi tetap hasilnya, nihil.
"Apa kau dari dermaga jembatan pelagi itu?" Tanyanya lagi pada adik iparnya.
Leon pun mengangkat wajahnya lalu menggeleng dengan cepat. "Aku akan kesana ka, makasi infonya."
Leon pun memutar balik tubuhnya dan mulai melangkahkan kakinya untuk ke dermaga yang dimaksud ka Baim, tapi baru juga beberapa langkah orang yang dia cari sudah berada didepan mata.
Leon bahagia melihat istrinya telah pulang denga cepat iya merai tubuk mungil itu dan membawahnya kedalam dekapanya. "Kamu kemana saja, dari tadi aku mencarimu."
Risma tidak membalas pelukan itu dan malah mengerjapkan matanya karna dia tidak bingung kenapa Leon langsung membawah tubunya kedalam pelukan Leon. "Apaan sih main peluk ajah."
Leon pun melepaskan pelukan itu. "Maaf." Dan membiarkan Risma pergi meninggalkan dirinya yang masih berdiri di depan pintu, dia hanya menghembuskan nafasnya dan pasrah menghadapi istrinya itu.
Tapi baru juga Risma mau naik ke lantai atas dia sudah dihadang sang kakak dan di introgasi layaknya seorang penjahat yang tetangkap.
"Kau dari mana," ucap ka Baim.
"Dari dermaga ka."
"Tau kan, ini sudah jam berapa? Kenapa baru pulang?"
"Aku tadi menunggu senja muncul, baru pulang!" ucapnya.
"Lalu kenapa kau tak mengangkat telponmu dari tadi aku menghubungimu."
Risma hanya menunduk karna dia sudah merasa kalau ka Baim sedang marah besar padanya, dia takut memandang mata itu bagai singa yang ingin menerkam dengan wajah yang sudah memerah karna menahan emosi.
"Hpku aku simpan ditas, jadi tidak kedengeran." Bohongnya, padahal dia tau kau kakanya menelpon hanya saja dia malas untuk mengangkatnya.
"Jangan mengulanginya lagi, kau paham?"
"Lihat suamimu, dia juga khawatir padamu. Bahkan dia juga mencarimu kemana-mana tapi tidak juga menemukanmu de."
"..."
"Sadarlah, sekarang kamu tidak sendiri lagi. Ada Leon yang sebagi suamimu, jika ingin prgi panggil saja dia, dan satu lagi berilah dia kesempatan untuk menjadi suamimu de."
Risma hanya mengangguk kecil dengan keadaan yang masih tertunduk, ka Baim pun menghampirinya lalu kedua tangan itu memegang kedua pundak adiknya. "Jangan sampai suatu saat kamu menyesal." Lalu pergi meninggalkan adiknya yang masih mematung dengan kata-katanya.
Risma tidak paham dengan kata-kata terakhir ka Baim, Leon yang melihat istrinya yang masih mematung itu, dia pun menghampirinya dia takut terjadi sesuatu pada istrinya.
"Apa kau baik-baik saja."
Risma yang tersadarkan dengan suara disampingnya itu lalu mendongak dan melirik orang itu. "Aku tak apa." Jawabnya singkat.
Risma pun naik ketangga untuk menujuh ke kamarnya dan di ikuti Leon yang mengekor dibelakannya layaknya anak ayam yanv ikut pada induknya.
Didalam kamar hanya ada keheningan, Risma sudah membersihkan dirinya dan keluar dari pintu kamar dengan piama yang sudah lengkap dengan motif hello kitty berwarna biru mudah.
Setelah keluar Leon yang menggantikan Risma untuk membersihkan diri. Selang beberapa menit dia sudah keluar dengan celana trenig panjang, kaos oblosan berwarna putih polos dan tangan yang masih setia mengelap rambut basahnya dengan handuk kecil dan makin menambah ketampanannya saja.
Risma sempat melongo melihat kemunculan suaminya yang masih berdiri didepan pintu kamar mandi.
Leon pun menagkap basah Risma yang masih tetap memandannya, tapi dengan cepat Risma membuang mukanya.
Leon hanya tersenyum kecil melihat salah tingkah istrinya itu yang tertangkap basah.
_____________________________
Disaat ruang makan mereka semuanya berkumpul dan melakukann makan malam bersama.
"Nak kamu tadi dari mana?" tanya papanya.
"Maaf pa, tadi aku dari dermaga," ucap Risma.
"Jika ingin pergi lain kali beri kabar agar orang dirumah tidak khawatir, apa lagi Leon. Kamu harus ingat sekarang kalau kamu tidak lagi sendiri tapi sudah ada Leon yang menjadi suamimu."
Risma tak menhawab dia sadar kalau dia juga salah karna tingkahmya hari ini semua orang khawatir padanya, dan dia hanya menunduk diam memandang piringnya.
"Cobalah menerima dia nak, berilah dia kesempatan untuk menjadi suamimu. Aku yakin dia anak yang baik. Papa tau, kamu belum bisa menerima kalau kamu harus menikah diusia mudah tapi papa mohon jangan sampai kamu ambil langkah yang salah dan membuat papa dalam masalah." Pak Rusdi memberi cerama pada anaknya itu agar dia bisa menerima Leon disisinya.
Leon yang melirik istrinya yang tertunduk dengan tangan meremas tangan yang lain yang berada di pangkuannya, Leon pun memberanikan diri memegang tangan itu dengan lembut.
"Pa, tidak apa jika dia belum bisa menerimaku tapi jangan terlalu memaksakanya, dia juga perlu waktu." Leon pun kembali memandan istrinya itu yang hanya diam tampa suara, tapi dalam hatinya sangat gembira pasalnya Risma tak menolak tangganya disetuh dan tidak juga mencoba melepaskan gemgaman tangan Leon pada tanganya.
Risma malam menigmati gemgaman tangan itu, ada kehangatan didalam sana dan mampu membuat tangannya yang mengeluarkan keringat dingin kembali lagi hangat seperti sebelumnya karna takut dengan kemarahan papa dan kakaknya.
_____________________________
Didalam kamar Risma sudah duduk berada diatas ranjang king size dengan kasur yang empunya itu sambil menyendarkan tubunya di penyandaran ranjangnya dan memainkan benda pipihnya yang berada ditangannya.
Leon baru saja keluar dari kamar mandi dan mencoba mendekati ranjang itu, setelah dia merapatkan bokongnya di sebelah kanan Risma, dia pun melirik sekilas pada benda pipih yang didalam tangan sang istri.
"Tidurlah ini sudah larut." tegurnya pada sang istri yang masih setia memandang banda itu.
"Aku belum ngantuk."
"Ini sudah larut, besok sekolah."
"Jika kau mau tidur, yah tinggal tidur saja tidak usah menyuruhku untuk tidur."
Leon yang mendengar penjelasan istrinya dengan sigap merebut benda pipih itu lalu menyimpannya di atas nakas sebelah kanannya lalu merebahkan tubunya untuk tidur.
"Apaan sih, siniin ngak."
"Engak, kamu tidur saja ini sudah larut malam." Leon mencoba memejamkan matanya.
"Itu hp aku, jadi terserah aku."
"Dengar kata suami!"
"Ngak mau, siniin hpnya aku mau main game."
"Risma, ini sudah malam. Besok saja dilanjuti main gamenya."
"Tapi aku belum ngantuk."
"Mau tidur dengan cepat?" tanya Leon dan sudah membuka matanya kembali.
Risma menaikkan alisnya sebelah, "apa?"
Leon menepuk dada bidangnya, mengisyaratkan agar Risma meletakkan kepalanya disitu.
"Ngak, aku ti-dak ma-u." Risma menekan tiap kata-katanya lalu memutar bola matanya dengan malas. Dan kembali lagi untuk meminta hpnya, tapi Leon tak menghiraukannya.
Jadi dia terpaksa merangkak di atas tubuh Leon yang masih terlentang itu untuk mencapai hpnya yang berada diatas nakas itu tersebut, tapi saat jarinya hampir sampai menyentu benda yang dia inginkan malah dia dapat masalah.
Sebuah tangan kekar melingkar di pinggang rampingnya itu dan siapa lagi kalau bukan tangan Leon, dengan cepat Leon memutar tubuhnya untuk menyamping kesebelah kirinya dan otomatis tubuh Risma juga ikut berbaring.
Disaat Risma mau mendorong dada bidang Leon tapi dia kalah cepat. Leon malah membawah tubuh mungil itu kedalam dekapannya dan memeluk Risma dengan erat dan tangan kekarnya sebelah kanan yang masih melingkar setia dipinggang mungil itu dan tangan satunya lagi melingkar dibahu Risma dan memposisikan Risma berbantalan di legan suaminya dengan wajah berada di dada bidand itu.
Saat Risma mencoba melepaskan diri malah pelukan itu makin erat dia rasakan.
"Lepas," ucap Risma.
"Ngak, sekarang tidur saja." Leon tidak memperdulikan istrinya minta dilepas.
Risma mencoba memukul punggung Leon dengan tanganya tapi tidak juga dilepas.
"Lepas, aku tidak bisa bernafas."
"Tidak akan, tidur saja dengan keadaan ini." Leon malah memejamkan matanya.
Sedangkan Risma sudah tidak mampu lagi bernafas karna pelukan Leon begitu erat padanya, dia pun mencoba melepaskan diri tapi tetap tidak bisa, sehingga terbesit sesuatu di pikirannya karna mungkin ini jalan satu-satunya.
"Aa awwh, apa yang kau lakukann?"
Leon mencoba melonggarkan pelukannya lalu menundukan kepalanya untuk menatap sang istri dalam pelukannya.
"Lepas, itu sakit."
Risma masih setia menancapkan giginya didada bidang sang suami. Karna tidak dapat pikiran lagi untuk melepaskan pelukan itu akhirnya dia menggigit dada Leon.
Leon yang merasakan sakit dan sedikit merasa geli karna gigitan istrinya itu, mencoba melepaskan diri dari gigitan istrinyaitu.
"Lepas atau aku juga menggigitmu."
Gigitan itu pun lepas.
"Siapa suruh, makanya jangan peluk aku dengan erat, apa kau mau membunuh?"
"Itu karna kau keras kepala." Leon mengusap pelan dadanya yang agak terasa sakit dibekas gigitan itu.
"Sekarang lepaskan aku," pintahnya.
"Ngak, sekarang kamu tidur." Leon kembali memeluk Risma tapi tidak seerat tadi.
"Mau aku gigit lagi?" tanyanya
"Apa kau memancingku untuk melakukan sesuatu?" Leon mulai memandang Risma dengan tatapan yang sulit diartikan.
"A-apa maksudmu?"
"Sekarang tidur, jika kamu tidak mau juga aku gigit balik atau aku cium."
Risma melototkan matanya mendengar perkataan Leon barusan dengan susah payah dia menelan silivanya, karna takut jika Leon benar-benar menggigitnya juga seperti yang dia lakukan.
Leon yang melihat wajah kecemasan istrinya malah tersenyum dalam hati karna dia memenangkan perdebatan kecil itu.
"Sekarang tidur atau aku...." belum sempat ucapannya sampai tapi dengan cepat Risma sudah memejamkan matanya dalam pelukan Leon, dia juga tidak memberonta lagi minta dilepas.
Setelah beberapa menit Risma sudah tertidur pulas dalam pelukan Leon, dengan berbantalan lengan suaminya. Leon yang melihat wajah tentram milik istrinya itu terukir senyuman manis di bibirnya, ternyata ancamannya itu membuat istrinya menurut. Dia pun menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan istrinya.
"Selamat malam." setelah mengucapkan kalimat itu dia mengecup bibir ranum itu dengan sekilas, agar sang istri tidak tergannggu tidurnya.
Leon pun mulai memejamkan matanya, dia merasakan pergerakan tangan Risma yang ikut membalas pelukan itu dalam ke adaan tak sadar diri, Leon pun kembali tersenyum manis karna pelukannya terbalaskan walaupun dia tahu kalau Risma melakukan itu tampa sadar tapi dia tetap bahagia. Dan akhirnya dia juga ikut terlelwap dalam mimpinya.
Malam yang begitu sunyi dengan terangnya sang bulan yang mengeluarkan cahaya, dan menjadi saksi dua insan ini tertidur dengan nyenyak dan salin berpelukan.
.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments