Cinta 92 Hari

Cinta 92 Hari

Tendangan Aluna

"Ting.. Tong.. Jam istirahat telah tiba, seluruh siswa boleh meninggalkan kelas."

Bel istirahat sudah bunyi, suasana di kelas 12 IPS 1 tempat Aluna berada mendadak menjadi ramai, guru dan siswanya mulai meninggalkan kelas.

“Halo beb, yuk kekantin." Ucap Kenzo teman sekelas Aluna yang tiba-tiba melingkarkan tangannya ke pundak Aluna.

Duukk!!

“Aduh! Kamu kenapa nendang aku sih Lun?! Sakit tau! Duhh!” Kenzo sontak langsung memegangi kakinya yang ditendang Aluna.

“Rasain! Makanya jangan asal rangkul aja! Risih tau!” ya, Aluna menendang Kenzo karena dia gak suka jika ada cowok yang gak sopan main rangkul dia.

“Ya tapi gak usah pakek nendang juga kali Lun!” jawab Kenzo masih dengan memegangi kakinya.

“Udah ah, kamu juga Ken lain kali jangan asal rangkul. Kamu tuh kayak gak tau Aluna aja, lagian kamu rangkul Luna kenapa sih? Nanti ketahuan Shafa tau rasa kamu!” saut Ara teman sebangku Aluna.

Kenzo tidak menjawab, dia masih mengaduh kesakitan. Sedangkan Ara dan Aluna sudah berlalu pergi ke kantin untuk makan siang.

Di sisi lain ada satu cowok dibelakang Aluna, Kenzo dan Ara yang sedang duduk dan memperhatikan mereka.

**

“Assalamu’alaikum, Ma Luna pulang.” ucap Aluna saat sudah sampai di rumah.

“Wa’alaikumsalam, sana cuci tangan sama kaki, terus ganti baju sayang, mama tunggu di meja makan ya, mama sudah masak makanan kesukaan mu!” sahut Lidya Mama Aluna yang masih sibuk di dapur mencuci peralatan masak yang baru saja di gunakannya.

“Siap Ma!” jawab Aluna.

Setelah Aluna turun dari kamar, dia langsung menuju ke ruaang makan. Ya, kamar Aluna ada di lantai 2 dan ruang makan ada di lantai satu bersebelahan dengan ruang keluarga dan dapur.

“Ma.” panggil Aluna.

“Iya sayang, ada apa?” jawab Lidya sembari menata rantang makanan.

“Mama mau kemana? Kok bawa makanan banyak banget gitu?”

“Oh, ini Mama mau ke caffe nganterin makanan buat Papa kamu.”

“Emang tadi Papa gak pulang makan siang Ma?”

“Papah gak pulang sayang, soalnya tadi di caffe rame banget Papa kamu sampai keteteran tadi sampai Mama turun tangan buat bantuin Papa sama karyawan yang lain.” ucap Lidya.

Aluna hanya manggut manggut pertanda bahwa dia mengerti.

Memang caffe milik orang tua mereka bukan caffe yang besar, tapi mereka memiliki beberapa karyawan, jika semisal caffe ramai dan keteteran Papa dan Mamanya langsung ikut turun tangan membantu karyawan mereka.

“Mama berangkat dulu ya sayang, kasihan Papa nanti gak inget makan kalau Mama gak kesana.” Pamit Lidya lalu mencium pipi anaknya.

“Iya Ma, hati-hati. Nanti Aluna kalau udah selesai ngerjain tugasnya Aluna mau nyusul ke caffe.” Ucap Aluna sembari tersenyum manis.

“Oke Sayang, nanti kabarin Mama ya, kamu juga hati-hati nanti pesan taxi online aja biar kamu gak capek jalannya.” Lidya berpesan begitu karena Aluna sering kali pergi ke caffe jalan kaki, padahal jarak rumah mereka dan caffe terbilang cukup jauh.

“Oke! Siap Ma.”

Setelah berpamitan Lidya langsung pergi menyusul suaminya di caffe. Sedangkan Aluna setelah makan dia cuci piringnya dan langsung kembali ke atas ngerjain tugas sekolahnya.

**

Jam menunjukkan pukul 5 sore, Aluna sudah rapi dan duduk di kursi teras rumahnya sambil memegangi Hp.

“Jalan kaki atau naik taxi ya?” ucap Aluna dalam hati.

“Naik taxi aja kali ya udah sore juga.” Aluna masih berbicara dalam hati. Setelah itu dia langsung menatap layar hpnya dan membuka aplikasi hijau untuk memesan taxi.

Tak butuh waktu lama, selang 5 menit sebuah taxi berhenti di depan rumah Aluna. Sontak Aluna langsung menghampiri taxi tersebut.

“Mbak Aluna ya?” tanya si supir taxi.

“Iya pak.”

“Mari mbak langsung masuk.”

Tak menggu waktu lama Aluna langsung masuk ke mobil. Dan pak supir pun langsung tancap gas melajukan mobilnya ke tempat tujuan.

Selang 20 menit akhirnya Aluna sampai ke caffe. Setelah membayar taxi dia langsung melangkah masuk ke caffe.

“Sore Mbk Luna.” Ucap Nabila salah satu karyawan.

“Sore Mbak, Papa Mama dimana Mbak?” tanya Aluna.

“Bapak sama Ibu di atas Mbak.”

“Oh, yaudah makasih Mbak, mari.” Aluna langsung naik ke atas menyusul kedua orang tuanya.

“Mbak Aluna itu udah cantik, baik, sopan pula.” Ucap Arumi salah satu teman karyawan yang menyapa Aluna tadi.

“Iya, ya sama kita aja dia sopan banget.” Sahut Nasha.

“Hust! Udah lanjutin kerjanya tuh ada pelanggan dateng.” Ucap Sakha Karyawan lain.

**

“Ma Pa.” Panggil Aluna.

“Iya sayang.” Jawab Lidya dan Ferdy.

Aluna menghampiri orang tuanya dan mencium punggung tangan mereka satu persatu.

“Udah selesai ngerjain tugasnya?” tanya Lidya.

“Sudah Ma.” Jawab Aluna.

“Udah makan belum nak?” tanya Ferdy.

“Udah Pa, tadi makan terus ngerjain tugas, selesai mandi langsung ke sini.” Ucap Aluna

“Ya berati belum, kamu ini.” Ucap Ferdy.

Aluna hanya nyengir jawab ucapan Papanya.

“Yaudah sana kebawah pesen makan, jangan sampai telat makan.” Ucap Ferdy.

“Iya nanti Pa, Aluna masih kenyang.”

“Ma, nih anak kamu disuruh makan gak mau.” Ucap Ferdy.

“Anak Mama juga anak Papa kali Pa.” Ucap Lidya.

“Iya, tapi tuh suruh makan nanti sakit.” Ucap Ferdy.

Aluna senyum cengengesan menanggapi kelakuan Papa dan Mamanya.

“Eh! Kok malah cengengesan, sana turun makan dulu.” Ucap Lidya.

“Iya iya, Mamaku sayang.” Ucap Aluna langsung turun ke bawah.

“Mbak, Luna pesen kentang goreng satu sama jus alpukatnya satu ya.” Pinta Aluna kepada Arum.

“Siap Mbak! Mau diantar kemana Mbak?” tanya Arum.

“Ke rumah Bu Sri Mbak.” Ucap Aluna sambil cengengesan.

“Ke rumah Bu Sri Mbak? Rumahnya dimana mbak? Jauh gak?" Tanya karyawan itu bingung.

“Aduh Mbak, itu pesanannya di antar ke atas aja. Tadi aku becanda.” Ucap Aluna sambil ketawa ngakak menghadapi karyawan orang tuanya itu.

“Oh.. oke Mbak.” Jawab karyawan itu sambil cengengesan dan garuk kepalanya yang gak gatel.

Aluna hanya tertawa sambil geleng kepala lalu naik lagi ke atas.

“Udah?” tanya Lidya.

“Udah Ma, nanti diantar kesini.” Jawab Aluna.

“Bagus, gimana sekolahnya lancar?” tanya Papa Aluna.

“Alhamdulillah lancar Pa.” Jawab Aluna.

"Bagus, oiya kapan ujian kamu sayang?" Tanya Ferdy.

"Em, kalau gak salah bulan mei awal Pa. Tapi kalau ujian Sekolah bulan ini udah mulai deh kayaknya." Jawab Aluna.

Tok..

Tok..

Tok..

"Permisi Pak Bu, mau antar pesanan Mbak Luna." Ucap Arum.

"Masuk." Titah Lidya dan diiringi suara pintu yang dibuka Arum.

"Taruh di meja sana aja Mbak nanti Luna makan disana." Titah Aluna kepada Arum sambil menunjukkan meja di dekat pintu masuk.

Tanpa menunggu lama Arum sudah selesai menaruh pesanan Aluna dan pamit keluar. Sedangkan Aluna tanpa menunggu pesanannya dingin dia langsung meluncur ke meja tempat makanan itu dan langsung dimakan.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, caffe sudah waktunya tutup, Aluna dan kedua orang tuanya segera turun ke lantai satu, berpamitan dengan karyawannya dan langsung meluncur pulang ke rumah.

Terpopuler

Comments

Wawa

Wawa

Rasain itu Kenzo, siapa suruh main rangkul

2023-01-08

1

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Semangat thor 💪💪💪

2022-11-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!