NovelToon NovelToon

Cinta 92 Hari

Tendangan Aluna

"Ting.. Tong.. Jam istirahat telah tiba, seluruh siswa boleh meninggalkan kelas."

Bel istirahat sudah bunyi, suasana di kelas 12 IPS 1 tempat Aluna berada mendadak menjadi ramai, guru dan siswanya mulai meninggalkan kelas.

“Halo beb, yuk kekantin." Ucap Kenzo teman sekelas Aluna yang tiba-tiba melingkarkan tangannya ke pundak Aluna.

Duukk!!

“Aduh! Kamu kenapa nendang aku sih Lun?! Sakit tau! Duhh!” Kenzo sontak langsung memegangi kakinya yang ditendang Aluna.

“Rasain! Makanya jangan asal rangkul aja! Risih tau!” ya, Aluna menendang Kenzo karena dia gak suka jika ada cowok yang gak sopan main rangkul dia.

“Ya tapi gak usah pakek nendang juga kali Lun!” jawab Kenzo masih dengan memegangi kakinya.

“Udah ah, kamu juga Ken lain kali jangan asal rangkul. Kamu tuh kayak gak tau Aluna aja, lagian kamu rangkul Luna kenapa sih? Nanti ketahuan Shafa tau rasa kamu!” saut Ara teman sebangku Aluna.

Kenzo tidak menjawab, dia masih mengaduh kesakitan. Sedangkan Ara dan Aluna sudah berlalu pergi ke kantin untuk makan siang.

Di sisi lain ada satu cowok dibelakang Aluna, Kenzo dan Ara yang sedang duduk dan memperhatikan mereka.

**

“Assalamu’alaikum, Ma Luna pulang.” ucap Aluna saat sudah sampai di rumah.

“Wa’alaikumsalam, sana cuci tangan sama kaki, terus ganti baju sayang, mama tunggu di meja makan ya, mama sudah masak makanan kesukaan mu!” sahut Lidya Mama Aluna yang masih sibuk di dapur mencuci peralatan masak yang baru saja di gunakannya.

“Siap Ma!” jawab Aluna.

Setelah Aluna turun dari kamar, dia langsung menuju ke ruaang makan. Ya, kamar Aluna ada di lantai 2 dan ruang makan ada di lantai satu bersebelahan dengan ruang keluarga dan dapur.

“Ma.” panggil Aluna.

“Iya sayang, ada apa?” jawab Lidya sembari menata rantang makanan.

“Mama mau kemana? Kok bawa makanan banyak banget gitu?”

“Oh, ini Mama mau ke caffe nganterin makanan buat Papa kamu.”

“Emang tadi Papa gak pulang makan siang Ma?”

“Papah gak pulang sayang, soalnya tadi di caffe rame banget Papa kamu sampai keteteran tadi sampai Mama turun tangan buat bantuin Papa sama karyawan yang lain.” ucap Lidya.

Aluna hanya manggut manggut pertanda bahwa dia mengerti.

Memang caffe milik orang tua mereka bukan caffe yang besar, tapi mereka memiliki beberapa karyawan, jika semisal caffe ramai dan keteteran Papa dan Mamanya langsung ikut turun tangan membantu karyawan mereka.

“Mama berangkat dulu ya sayang, kasihan Papa nanti gak inget makan kalau Mama gak kesana.” Pamit Lidya lalu mencium pipi anaknya.

“Iya Ma, hati-hati. Nanti Aluna kalau udah selesai ngerjain tugasnya Aluna mau nyusul ke caffe.” Ucap Aluna sembari tersenyum manis.

“Oke Sayang, nanti kabarin Mama ya, kamu juga hati-hati nanti pesan taxi online aja biar kamu gak capek jalannya.” Lidya berpesan begitu karena Aluna sering kali pergi ke caffe jalan kaki, padahal jarak rumah mereka dan caffe terbilang cukup jauh.

“Oke! Siap Ma.”

Setelah berpamitan Lidya langsung pergi menyusul suaminya di caffe. Sedangkan Aluna setelah makan dia cuci piringnya dan langsung kembali ke atas ngerjain tugas sekolahnya.

**

Jam menunjukkan pukul 5 sore, Aluna sudah rapi dan duduk di kursi teras rumahnya sambil memegangi Hp.

“Jalan kaki atau naik taxi ya?” ucap Aluna dalam hati.

“Naik taxi aja kali ya udah sore juga.” Aluna masih berbicara dalam hati. Setelah itu dia langsung menatap layar hpnya dan membuka aplikasi hijau untuk memesan taxi.

Tak butuh waktu lama, selang 5 menit sebuah taxi berhenti di depan rumah Aluna. Sontak Aluna langsung menghampiri taxi tersebut.

“Mbak Aluna ya?” tanya si supir taxi.

“Iya pak.”

“Mari mbak langsung masuk.”

Tak menggu waktu lama Aluna langsung masuk ke mobil. Dan pak supir pun langsung tancap gas melajukan mobilnya ke tempat tujuan.

Selang 20 menit akhirnya Aluna sampai ke caffe. Setelah membayar taxi dia langsung melangkah masuk ke caffe.

“Sore Mbk Luna.” Ucap Nabila salah satu karyawan.

“Sore Mbak, Papa Mama dimana Mbak?” tanya Aluna.

“Bapak sama Ibu di atas Mbak.”

“Oh, yaudah makasih Mbak, mari.” Aluna langsung naik ke atas menyusul kedua orang tuanya.

“Mbak Aluna itu udah cantik, baik, sopan pula.” Ucap Arumi salah satu teman karyawan yang menyapa Aluna tadi.

“Iya, ya sama kita aja dia sopan banget.” Sahut Nasha.

“Hust! Udah lanjutin kerjanya tuh ada pelanggan dateng.” Ucap Sakha Karyawan lain.

**

“Ma Pa.” Panggil Aluna.

“Iya sayang.” Jawab Lidya dan Ferdy.

Aluna menghampiri orang tuanya dan mencium punggung tangan mereka satu persatu.

“Udah selesai ngerjain tugasnya?” tanya Lidya.

“Sudah Ma.” Jawab Aluna.

“Udah makan belum nak?” tanya Ferdy.

“Udah Pa, tadi makan terus ngerjain tugas, selesai mandi langsung ke sini.” Ucap Aluna

“Ya berati belum, kamu ini.” Ucap Ferdy.

Aluna hanya nyengir jawab ucapan Papanya.

“Yaudah sana kebawah pesen makan, jangan sampai telat makan.” Ucap Ferdy.

“Iya nanti Pa, Aluna masih kenyang.”

“Ma, nih anak kamu disuruh makan gak mau.” Ucap Ferdy.

“Anak Mama juga anak Papa kali Pa.” Ucap Lidya.

“Iya, tapi tuh suruh makan nanti sakit.” Ucap Ferdy.

Aluna senyum cengengesan menanggapi kelakuan Papa dan Mamanya.

“Eh! Kok malah cengengesan, sana turun makan dulu.” Ucap Lidya.

“Iya iya, Mamaku sayang.” Ucap Aluna langsung turun ke bawah.

“Mbak, Luna pesen kentang goreng satu sama jus alpukatnya satu ya.” Pinta Aluna kepada Arum.

“Siap Mbak! Mau diantar kemana Mbak?” tanya Arum.

“Ke rumah Bu Sri Mbak.” Ucap Aluna sambil cengengesan.

“Ke rumah Bu Sri Mbak? Rumahnya dimana mbak? Jauh gak?" Tanya karyawan itu bingung.

“Aduh Mbak, itu pesanannya di antar ke atas aja. Tadi aku becanda.” Ucap Aluna sambil ketawa ngakak menghadapi karyawan orang tuanya itu.

“Oh.. oke Mbak.” Jawab karyawan itu sambil cengengesan dan garuk kepalanya yang gak gatel.

Aluna hanya tertawa sambil geleng kepala lalu naik lagi ke atas.

“Udah?” tanya Lidya.

“Udah Ma, nanti diantar kesini.” Jawab Aluna.

“Bagus, gimana sekolahnya lancar?” tanya Papa Aluna.

“Alhamdulillah lancar Pa.” Jawab Aluna.

"Bagus, oiya kapan ujian kamu sayang?" Tanya Ferdy.

"Em, kalau gak salah bulan mei awal Pa. Tapi kalau ujian Sekolah bulan ini udah mulai deh kayaknya." Jawab Aluna.

Tok..

Tok..

Tok..

"Permisi Pak Bu, mau antar pesanan Mbak Luna." Ucap Arum.

"Masuk." Titah Lidya dan diiringi suara pintu yang dibuka Arum.

"Taruh di meja sana aja Mbak nanti Luna makan disana." Titah Aluna kepada Arum sambil menunjukkan meja di dekat pintu masuk.

Tanpa menunggu lama Arum sudah selesai menaruh pesanan Aluna dan pamit keluar. Sedangkan Aluna tanpa menunggu pesanannya dingin dia langsung meluncur ke meja tempat makanan itu dan langsung dimakan.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, caffe sudah waktunya tutup, Aluna dan kedua orang tuanya segera turun ke lantai satu, berpamitan dengan karyawannya dan langsung meluncur pulang ke rumah.

Sambungan Telepon

Seperti biasa sepulang sekolah Aluna langsung makan dan mengerjakan tugas. Karena tahun ini dia akan mengadapi Ujian Nasional maka tugas pun makin menumpuk.

Hari ini Aluna tidak mempunyai niat untuk menyusul orang tuanya ke caffe. Karena hari ini tugas banyak dia merasa kecapean. Lelah batin ciye elah.

Dreet..

Drett..

Dreett..

Suara getaran hp Aluna. Aluna yang habis menunaikan sholat isya dia langsung menghampiri meja belajarnya.

"Nomor baru? Siapa?" Batin Aluna.

"Angkat gak ya?" Ucap Aluna masih di dalam hati.

Tiba-tiba hpnya berhenti bergetar.

"Ah, sudah mati yaudah bagus kalau gitu." Ucap Aluna dalam hati.

Drett..

Dreett..

Dreett..

Tiba-tiba hp Aluna bergetar lagi.

"Siapa sih? Mungkin penting kali ya? Tapi nanti kalau penipu gimana?" Ucap Aluna ragu karena memang akhir akhir ini banyak telfon kasus penipuan.

"Tapi kalau gak diangkat penasaran. Yaudah deh angkat aja." Ucap Alana lalu menggeser tanda hijau di layar hpnya ke atas dan menaruh hp ke telinganya.

"Halo, Assalamu'alaikum." Ucap Aluna.

Sedetik dua detik tidak ada jawaban, senyap.

"Halo Assalamu'alaikum ini siapa ya?" Ucap Aluna lagi.

Dan diseberang masih sepi senyap tidak ada jawaban. Sampai Aluna memastikan sekali lagi dan masih senyap akhirnya panggilan itu di akhiri.

"Ih! Dasar aneh telpon kok gak ada suaranya." Gerutu Aluna.

Saat Aluna sedang fokus belajar lagi tiba-tiba hp Aluna bergetar lagi tanda ada telfon masuk. Tapi ketika di angkat masih tidak ada jawaban akhirnya di matikan Aluna lagi. Dan sekali lagi hp Aluna bergetar dan di lihat dari panggilan nomor yang sama.

"Halo! Pak Buk Mas Dek! Ini siapa sih ganggu orang terus kalau gak niat telpon gak usah telpon. Ganggu orang aja!" Ucap Aluna dan langsung mematikan sambungan telpon.

Setelah Aluna marah marah, tidak ada lagi telpon dari nomor itu.

Tapi..

Ting.

Tanda pesan masuk. Aluna lalu menggeser layar hpnya dan memencet logo hijau aplikasi pesan di hpnya. Ketika aplikasi di buka betapa terkejutnya Aluna, ternyata yang mengirim pesan nomor tadi yang terus mengganggunya. Aluna memutar bola mata malas.

[Selamat malam,]

[Malam. Ini siapa ya? Ada kepentingan apa?] Balas Aluna kesal.

[Apa benar ini nomor hp dari saudara Sarah? Sarah ayudia?] Balas orang tersebut.

"Dih! Ditanya malah balik nanya dasar sableng!" Ucap Aluna.

[Bukan.] Balas Aluna singkat.

[Oh, bukan ya mohon maaf.] Balas orang misterius itu.

[Ya.]

[Kalau boleh tahu ini nomor atas nama siapa ya? Mohon maaf tadi mengganggu.]

"Lah emang ngeganggu banget sampe sekarang juga." Gerutu Aluna.

[Luna.]

[Oh Luna, Salam kenal.] Balas orang itu lagi.

"Idih modus! Bilang aja kalau mau kenalan." Oceh Aluna merasa kesal.

Aluna mengabaikan pesan dari orang misterius tadi, karena menganggap pesan dari orang misterius itu tidak penting.

**

Matahari mulai menampakan diri, Aluna mengerjapkan matanya karena terkena sinar matahari dari celah jendelanya yang ditutup tidak sempurna.

Ting..

"Emh, siapa sih pagi pagi udah chat?" Ucap Aluna sembari mata terpecam meraba atas mejanya untuk menemukan hpnya.

Setelah ketemu Aluna langsung menyalakan hp dan melihat pesan yang masuk.

[Selamat pagi Luna.] Tulis pesan itu.

Ketika Aluna melihat nomornya ternyata nomor kemarin yang menghubunginya.

"Ish! Si sableng pagi pagi udah gangguin orang aja." Ucap Aluna kesal, lalu dia melihat jam ternyata sudah jam 5 pagi.

"Astagfirullah! Udah jam lima aku belum subuh lagi." Aluna langsung loncat dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk wudhu dan melaksanakan sholat subuh.

Setekah sholat Aluna langsung merapikan tempat tidur, memasukkan buku yang akan dibawa ke sekolah sesuai jadwalnya, dan cek tugas tugasnya. Setelah itu dia turun sarapan, lalu kembali ke kamar untuk mandi dan bersiap untuk sekolah.

Jam menunjukkan pukul setengah tujuh. Aluna pamit dengan kedua orang tuanya dan langsung berangkat sekolah dengan taxi online.

Ting..

Diperjalanan menuju sekolah tiba-tiba Aluna mendapatkan pesan lagi.

[Luna, selamat pagi, jangan lupa sarapan.]

"Ish! Si sableng ngapain sih chat aku terus." Ucap Aluna.

[Hati-hati dijalan, jangan tidur kalau naik taxi.] Pesan dari prang itu masuk lagi.

"Kok dia tahu sih aku naik taxi. Jangan-jangan dia lagi ngikutin aku." Ucap Aluna dalam hati.

Sambil clingak clinguk lihat ke belakang Aluna memastikan ada mobil yang mengikutinya atau tidak. Ternyata tidak. Tapi tunggu! Dibelakang ada mobil yang dari tadi seperti mengikuti mobil yang ditumpangi Aluna. Tadi tidak kelihatan karena mobil itu di belakang mobil lain yang ada pas di belakang mobil yang sedang ditumpangi Aluna.

"Apa jangan-jangan dia di dalam mobil itu ya?" Ucap Aluna dalam hati.

[Jangan cari aku, nanti kamu suka.] Chat masuk lagi.

"Ish! Sableng!" Ucap Aluna kesal.

Beberapa menit kemudian Aluna sampai di depan sekolahnya, sebelum masuk dia memastikan mobil yang sudah mengikutinya ada atau tidak dan ternyata tidak.

"Huuuhh! Syukurlah." Ucap Aluna pelan.

"Dor!" Tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk pundak Aluna.

"Astagfirullah! innalillahi!" Ucap Aluna.

"Hahahahahaha." Ara tertawa terbahak bahak.

"Ih! Kamu ini ya suka banget ngagetin orang." Ucap Aluna kesal.

"Hahaha lagian kamu pagi pagi clingak clinguk di depan gerbang. Lagi cari siapa sih?" Tanya Ara.

"Lagi cari orang sableng!" Ucap Aluna sembari berjalan masuk ke dalam sekolah meninggalkan Ara.

"Orang sableng? Siapa?" Ara clingak clinguk mencari orang yang dimaksud Aluna.

"Gak ad..." Ketika Ara menoleh ke arah Aluna, Aluna sudah tidak ada di tempat. Dia melihat Aluna sudah masuk ke dalam sekolah.

"ALUNAAAAAA!" Teriak Ara sambil berlari mengejar Aluna.

Aluna yang melihat ke arah Ara segera berlari saat temannya itu mengejarnya.

**

Ketika sampai di dalam kelas Ara langsung minta penjelasan Aluna.

"Heh, Lun. Si siapa or-orang yang kam kamu maksud tadi?" Ucap Ara terengah-engah karena habis berlari.

"Siapa?" Tanya Aluna.

"Tadi, orang sableng yang kamu maksud." Ucap Ara yang sudah duduk dan mengatur nafasnya.

"Oh, itu gak tahu." Ucap Aluna asal.

"Kok gak tahu sih?" Ucap Ara kesal.

"Ya emang aku gak tahu Ra." Ucap Alana.

"Terus kenapa kamu bisa bilang begitu?" Tanya Ara.

"Iya, kemarin ada yang telfon aku berkali-kali tapi pas diangkat gak ada yang jawab." Ucap Aluna.

"Siapa?" Tanya Ara.

"Gak tahu, nomor gak di kenal." Jawab Aluna.

"Terus yang kamu maksud orang sableng itu.." Ucap Ara belum selesai.

"Iya, dia orang yang aku maksud tapi gak tahu siapa, kemarin telpon mulu, terus chat, tadi pagi chat lagi sampai aku berangkat ke sekolah pun dia masih chat. Dan kamu tahu?" Ucap Aluna.

"Enggak. Kan kamu belum kasih tau." Ucap Ara.

"Iya ya." Ucap Aluna sambil garuk kepalanya yang gak gatal.

"Terus lanjut dong." Pinta Ara.

"Tadi sampek mana?" Tanya Aluna.

"Ish! Kamu nih pelupa. Tadi kamu ceritanya nyampe orang itu chat kamu sampai kamu berangkat sekolah dia juga masih chat." Tutur Ara.

"Oiya, hehe. Iya dia chat katanya aku gak boleh tidur sama clingak clinguk di taxi. Nah kenapa dia bisa tahu kalau aku naik taxi, terus dia bilang aku gak boleh clingak clinguk nyariin dia nanti takut aku suka sama dia. Noh gimana tuh, aneh kan? Kenapa dia tau semua yang aku lakuin? Apa mungkin dia ngikutin aku? Aku takut Ra. Aku takut nanti dia macem-macem mana aku gak tau orangnya yang gimana lagi." Ucap Aluna.

"Waduh! Gawat Lun." Ucap Ara.

"Gawat kenapa?" Tanya Aluna.

"Ya gawat aja, nanti kalau tiba-tiba di jalan dia ngehadang kamu gimana? Terus dia culik kamu? Terus kamu dibawa ke tempat yang asing, terus terus kamu di.." Ucap Ara belum selesai.

"Stop Ra! Jangan diterusin. Kamu tuh jangan nakut nakutin dong." Ucap Aluna.

"Ya maaf Lun." Ucap Ara.

Si Sableng Itu

Aluna dan Ara menyudahi pembahasan sosok misterius itu.

**

[Ma, Luna hari ini pulang pagi tapi gak langsung pulang soalnya mau ngerjain tugas penelian di tempat Z sama temen temen.] Aluna mengirim pesan untuk berpamitan dengan sang Mama.

Jam pelajaran terakhir sudah selesai. Aluna dan teman satu kelompoknya berencana pergi untuk penelitian. Berhubung tempat penelitian mereka yang dituju sama dengan kelompok kenzo maka, mereka berenam berangkat bersama.

"Eh kita naik apa nih?" Tanya Ara.

"Iya kita naik apa?" Zita teman satu kelompok kenzo.

"Gimana kalau kita naik taxi?" Usul Aluna.

"Kok naik taxi sih, lama tau." Ucap Nadin juga teman satu kelompok dengan Kenzo.

"Terus naik apa? Jalan kaki? Naik pesawat?" Ucap Aluna kesal.

"Gimana kalau kita naik motor?" Ucap Kenzo.

"Iya tuh, naik motor aja." Ucap Nadin bersemangat.

"Jangan ngaco kamu Ken. Kita banyak yang gak bisa naik motor, terus yang dipakai motor siapa kita kan banyak." Ucap Aluna.

"Gini deh siapa yang hari ini bawa motor sendiri selain aku?" Ucap Kenzo.

"Kamu bawa motor Ken?" Tanya Ara.

Kenzo menanggapi dengan anggukan.

"Yuk siapa yang bawa motor?" Ucap Kenzo.

"Aku." Ucap Nadin.

"Oke. Berarti yang bawa sepeda hari ini aku sama Nadin." Ucap Kenzo.

"Kalau yang bawa cuma dua mana bisa Ken. Kita kan berenam, masa harus bonceng 3 kan gak mungkin." Ucap Zita.

"Iya ya, kita kan enam berarti kita butuh 3 motor." Ucap Kenzo.

"Terus gimana?" Tanya Nadin.

"Gue. Gue bawa motor" Ucap seseorang di belakang Aluna. Ya dia shaka.

"Kenapa gak dari tadi sih Ka." Ucap Nadin malas.

"Oke berarti kita udah punya 3 motor, Ayo siapa yang mau bonceng siapa?" Ucap Kenzo.

"Aku sama kamu ya Din." Ucap Zita.

"Oke." Jawab Nadin.

"Eh kalian mau bonceng siapa?" Tanya Kenzo kepada Aluna dan Ara.

"Aku bonceng kamu Ken." Ucap Ara

Aluna yang baru mau ngomong gitu langsung melongo.

"Oke, Aluna kamu sama Shaka ya." Ucap Kenzo.

"Yaudah deh oke." Ucap Aluna.

Mengetahui Aluna akan satu motor sama dia, Shaka menyunggingkan senyum samar. Ya, Shaka terkenal dengan sikap diemnya. Dia jarang ngomong dan lebih banyak menghabiskan waktu sendiri dibanding bersama teman-temannya.

**

Mereka berangkat bersama. Tapi ditengah jalan mereka nyasar. Akhirnya karena nyasar mereka putar balik, dan Shaka yang memimpin perjalanan karena Aluna yang membaca Google Maps. Perjalanan memakan waktu hampir 2 jam, karena waktu mereka dihabiskan di jalan yang membuat mereka nyasar. Untung hari ini mereka pulang pagi karena guru-guru sedang ada rapat.

Setelah mereka sampai, mereka melakukan penilitian dan mencatat hasil penelitian. Kurang lebih mereka memerlukan waktu 3 jam. Setelah itu mereka pulang. Karena rumah Aluna sama rumah Shaka satu arah, maka Aluna diantar sampai rumah oleh Shaka.

"Makasih ya Shak." Ucap Aluna setiba di depan rumahnya.

Shaka hanya menganggukkan kepala dan tersenyum.

Setelah Shaka melajukan motornya, Aluna berjalan masuk ke dalam rumah.

"Cie.. Siapa tuh yang nganterin?" Ucap Lidya dari arah ruang keluarga.

"Mamah?" Ucap Aluna.

"Kok gak dijawab siapa yang tadi?" Ucap Lidya.

"Oh, tadi temen Aluna Ma." Ucap Aluna.

"Temen apa temen?" Ledek Lidya.

"Temen Ma." Ucap Aluna.

"Tapi kok tatapannya beda?" Ucap Lidya menggoda.

"Ish Mama mana ada, udah ah Luna mau mandi gerah." Ucap Aluna berlalu.

Setelah mandi Aluna sholat ashar karena sampai rumah sudah jam 3 sore lebih. Untung tadi dia melihat mushola di dekat tempat penilitiannya dan menutuskan untuk sholat dhuhur di sana.

"Ma." Panggil Aluna.

"Iya sayang. Mama disini." Ucap Lidya dari arah ruang keluarga.

Aluna langsung berjalan menuju ke ruang keluarga.

"Kamu gak makan?" Tanya Lidya.

"Nanti Ma, masih kenyang." Ucap Aluna.

"Emang habis makan dimana?" Tanya Lidya.

"Tadi pas waktu pulang dari penelitian Luna dan teman-teman mampir makan di warung bakso pinggir jalan." Ucap Aluna.

"Oh, yaudah. Gimana tadi penelitiannya? Lancar." Tanya Lidya.

"Alhamdulillah lancar kok Ma." Jawab Aluna.

"Oiya, yang nganterin kamu tadi siapa?" Tanya Lidya.

"Oh, tadi Shaka namanya Ma, teman satu kelas dan satu kelompok juga sama Luna." Jawab Aluna sambil nyemil jajan di dalam toples yang dia peluk.

"Oh, udah punya pacar?" Tanya Lidya lagi.

"Gak tahu Ma, dia itu terkenal pendiam di sekolah Ma, mungkin sudah. Emang kenapa?" Tanya Aluna.

"Gak papa, hati-hati ya. Kelihatannya dia punya something deh ke kamu." Ucap Lidya.

"Something? Mama ada ada aja." Ucap Aluna tertawa.

"Ya, dari tatapan matanya ke kamu sih gitu." Ucap Lidya.

"Mama nih ada ada aja." Ucap Aluna masih tertawa.

"Ah udah deh kamu dibilangin Mama gak percaya yaudah." Ucap Lidya lalu berdiri dan berjalan menjauh dari Aluna.

"Loh Ma mau kemana kok pergi?" Ucap Aluna.

"Mau ke dapur bikin bolu. Kamu juga gitu dikasih tahu gak percaya." Ucap Lidya lalu pergi.

Aluna yang melihat kelakuan Mama nya langsung ketawa lagi.

Ting.

[Hai Luna.] Isi chat masuk.

"Orang ini lagi." Ucap Aluna menggerutu.

[Luna, chat aku balas dong.]

[Luna]

[Luuunaaaaa]

"Orang ini apa-apaan sih chat orang gak di balas kok nge chat terus." Ucap Aluna kesal.

"Siapa Sayang?" Tanya Lidya sembari duduk di sebelah Aluna.

"Sayang, itu hp kamu chat terus kok gak di baca sih?" Ucap Lidya lagi.

"Gak Ma, gak penting." Ucap Aluna.

"Emang siapa yang ngechat kamu?" Tanya Lidya lagi.

"Gak tahu Mah udah sekitar dua tiga hari chat terus." Tutur Aluna.

"Kamu gak kenal?"

"Ya nggak lah Ma, kalau aku kenal juga tadi waktu Mama tanya siapa udah aku jawab." Ujar Aluna kesal.

"Hehe, iya sih. Coba Mama lihat." Ucap Lidya minta hp anaknya.

Aluna langsung memberikannya.

"Ini sih dia pengen kenalan sama kamu Lun." Ucap Lidya.

"Biarin Ma masa bodo, aku takut dia seperti mengintai aku terus. Nanti kalau tiba-tiba dia ngehadang aku di jalan gimana? Kan serem Ma." Ucap Aluna.

"Hahaha.. Kamu ada-ada aja ya nggak mungkin lah. Coba lihat dia itu cuma pengen kenalan. Terus kenapa dia selalu tahu kegiatan kamu mungkin dia ngikutin kamu." Ucap Lidya.

"Tuh kan Mama aja bilang gitu." Ucap Aluna.

"Maksud Mama, mungkin dia ngikutin kamu itu dia pengen tahu kamu itu setiap harinya ngapain. Ya bisa di bilang fans lah." Ucap Lidya.

"Coba kamu respon dia, kalau dia udah kelewat batas baru jauhin dia." Ucap Lidya.

"Nih gih, balas dia tanya kamu tadi di antar pacarmu ya? Bilang gitu dia." Ucap Lidya sambil menyodorkan hp Aluna.

"Pacar? Kok pacar sih kan temen Mah." Ucap Aluna.

"Ya mana Mama tau, dia yang bilang gitu." Ucap Lidya.

"Tapi kenapa pemikiran dia sama dengan pemikiran Mama? Kan aku gak punya pacar orang dia temen." Ucap Aluna kesal. Karena memang dia gak suka Shaka, dia gak pacaran sama Shaka.

"Ya mana Mama tahu. Kan itu menurut pandangan dia. Tapi emang tatapan si Shaka tadi kayak suka sama kamu Lun." Ucap Lidya.

"Aish Mama. Tau ah pacar mulu." Ucap Aluna sambil berlalu meninggalkan Lidya.

Lidya yang melihat tingkah anaknya hanya tersenyum dan menggeleng.

**

[Luna, kok cuma diread aja?]

[Apa?] Balas Aluna. Dia mencoba melakukan apa yang disarankan Mamanya tadi.

[Nah, gitu dong di balas. Tadi kamu diantar siapa? Pacar kamu?] Tanya orang itu.

[Bukan, temen.] Balas Aluna.

[Oh, kirain pacar. Kamu lagi ngapain?]

[Duduk.]

[Cuek amat sih, jangan cuek cuek nanti suka.] Dengan emoticon senyum.

[Idiih PD amat, kenal aja enggak ngomongin suka.] Balas Aluna.

[Oh, jadi pengen kenalan. Oke, namaku Kafka. Bisa juga di panggil sayang.] Balas Kafka menggoda.

[Gak tanya.]

[Kan tadi kamu minta kenalan.]

[Mana ada? Ngaco.]

[Haha, yaudah iya gak papa. Oiya besok kalau berangkat sekolah hati-hati jangan clingukan apa lagi tidur di taxi.]

[Kamu ini siapa sih kok tahu semua yang aku lakuin? Kamu ******* ya?] Balas Aluna.

[Iya ******* hatimu.]

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!