Setelah sampai di kelas, Ara langsung menyambut Aluna.
"Lun, kok tumben sateng siang?" Ucap Ara.
"Iya, gara-gara si sableng taxi yang aku pesan di suruh pergi." Ucap Aluna.
"Terus kamu berangkat naik apa dong?" Tanya Ara.
"Dianterin." Jawab Aluna.
"Sama Om Fredy? Tumben." Tanya Ara.
"Bukan, tapi si Sableng." Ucap Aluna yang sedang membuka buku pelajarannya karena guru yang mengajar dijam itu sudah datang.
"Apa!" Ucap Ara yang sontak langsung menjadi pusat perhatian.
"Ara, kenapa?" Tanya Bu Mayang.
"Ah, enggak Bu." Jawab Ara.
"Oh ya sudah. Tolong jangan berisik ya. Pelajaran akan segera kita mulai." Ucap Bu Mayang.
"Ish! Kamu kenapa sih pakek teriak segala?" Ucap Aluna.
"Aku kaget Lun. Jadi tadi kamu diatar sama cowok itu?" Aluna menjawab dengan anggukan. "Jadi sekarang kamu tahu wajah dia?" Aluna mengangguk lagi. "Ganteng orangnya?" Aluna mengangguk lagi. "Wah wah wah. Jadi trending topic nih." Ucap Ara yang mulai tidak terkontrol.
"Ara! Apa yang trending topic?" Tanya Bu Mayang.
"Em.. anu Bu musik Kpop." Jawab Ara nyengir.
"Kamu jangan berani beraninya membahas hal lain di jam pelajaran saya. Sekali lagi kamu gak fokus dengerin apa yang saya ajarkan. Kamu akan saya suruh berdiri diluar kelas sampai jam pelajaran saya habis." Ucap Bu Mayang.
"I iya Bu Mayang, maaf." Ucap Ara.
"Sukurin." Imbuh Aluna.
"Ish!" Sahut Ara.
Setelah 1 jam pelajaran Bu Mayang, dan 1 jam pelajaran Pak Wahyu. Akhirnya jam istirahat tiba. Ara dan Aluna menuju kantin. Karena Alana sudah dibawakan bekal, jadi tinggalah Ara yang antri memesan makanan di Bu Kantin. Setelah 5 menit, Ara menghampiri Aluna di tempat duduk favorit mereka.
"Eh Lun, kok kamu bisa di antar dia sih? Mama Papa mu tahu?" Tanya Ara sembari duduk di samping Alana.
"Gak lah." Jawab Aluna yang baru saja menelan makanan yang ada di mulutnya.
"Terus? Ceritain dong." Pinta Ara.
Aluna yang sudah tahu sifat temannya kalau dia gak langsung cerita, dia akan selalu dihantui dengan pertanyaan pertanyaan nyeleneh temannya itu. Akhirnya Aluna langsung ceritain semua kejadian tadi dari awal sampai akhir.
"Oh, jadi gitu." Ucap Ara yang di jawab dengan anggukan Aluna.
"Ehem! Boleh aku duduk di sini? Soalnya bangku yang lain udah penuh." Ucap seseorang di samping Aluna dan Ara. Mereka berdua langsung menoleh pada sosok seseorang yang berdiri di samping mereka.
"Oh, boleh kok Shak." Ucap Ara. Aluna yang mendengar persetujuan Ara melotot.
"Makasih." Ucap Shaka.
Mereka makan bertiga di meja yang sama, setelah selesai mereka kembali lagi ke kelas. Melihat mereka bertiga bersama, seluruh siswa yang ada di sekitar mereka melihat dan berbisik tentang mereka. Ara yang menyadari gelagat aneh dari siwa-siwi lain langsung berbisik ke Aluna.
"Eh, Lun." Panggil Ara.
"Apa Ra?" Tanya Aluna.
"Kok anak-anak pada ngeliatin kita sih?" Aluna langsung melihat ke sekelilingnya. "Apa ada yang salah dari kita ya?" Aluna hanya mengangkat bahu.
Setelah sampai di kelas, Aluna dan Ara langsung mengikuti jam pelajaran sampai waktu jam pulang.
***
Sepulang sekolah Aluna Mandi dan Makan. Malam hari setelah Aluna mengerjakan kewajibannya dia makan malam bersama kedua orang tuanya. Ketika kembali ke kamar untuk belajar tiba-tiba hp Aluna berbunyi.
Ting..
Aluna segera menggeser layar hpnya untuk membuka notif dari aplikasi hijau. Dia kira yang chat si Kafka ternyata nomor baru.
[Heh! Cewek gatel!] Isi pesan di aplikasi itu.
"Hah? Siapa lagi ini? Kenapa manggil cewek gatel? Apa jangan-jangan cowoknya Kafka kali ya." Batin Aluna.
[Maaf, siapa ya?] Balas Aluna.
[Haha, dasar cewek gatel.] Balas orang ity dengan emoticon tertawa.
[Maaf, Mas Mbak saya tidak mengenal anda jadi mohon dijaga ketikannya.] Balas Aluna yang mulai kesal.
[Eh! Kamu jauhin Shaka. Jangan deket deket dia! Ngerti!]
"Oh, jadi pacarnya si Shaka. La terus apa hubungannya sama aku? Aneh deket juga enggak." Gerutu Aluna
[Oh, jadi kamu ceweknya si Shaka?] Balas Aluna.
[Iya. Jadi mulai detik ini kamu jangan deket deket sama Shaka. Dasar cewek gatel.]
[Eh Mbak. Asal kamu tahu ya aku gak pernah deket deket sama Shaka. Apalagi gatel sama dia.]
[Alah alesan. Buktinya kamu pernah di boncengin Shaka.]
"Ha? Dibonceng? Kapan? Perasaan cuma sekali itu pun pas tugas kelompok." Batin Aluna.
[Yang kamu maksud kapan?]
[Alah gak usah ngeles deh. Kamu kemarin diboncengin Shaka pakek pegang pegang lagi.]
[Eh mbak kemarin itu aku diboncengin lagi mau pergi penelitian. Aku bonceng dia juga terpaksa. Lagian siapa yang pegang pegang Shaka perasaan aku enggak. Kalo nuduh itu jangan sembarangan.] Memang benar Aluna satu motor dengan Shaka tapi dia tidak pernah pegang-pegang Shaka, dia bahkan berpegangan tas Shaka.
[Kok kamu nyolot? Aku lihat dengan mata aku sendiri kalo kamu itu peluk-peluk Shaka.]
[Duh gusti! Mbak Aku dibonceng dia itu pegangan jok belakang sama tasnya bukan pegangan Shaka. Lagian kita pergi juga bareng bareng. Amit-amit kali mbak. Aku gak suka sama Shaka.]
[Dasar cewek gatel ngakunya aja nggak suka tapi peluk-peluk.]
[Duh terserah kamu deh. Kalo gak percaya tanya aja cowokmu apa aku bener peluk peluk dia sesuai dengan apa yang kamu tuduh? Dasar Aneh!] Setelah membalas chat itu Aluna langsung blokir nomor baru itu.
"Dasar cewek aneh main nuduh tapi ngasal. Mana mungkin aku suka sama Shaka orang modelannya aja begitu." Ucap Aluna.
Ting..
"Siapa lagi sih." Aluna malas membuka chat dia fikir nomor tadi ternyata dari si Sableng.
[Hai cantik.]
[Apa?]
[Cueknya lagi PMS ya.]
[Kepo.]
[Jangan galak galak.]
[Terserah aku lah.]
[Biar gak galak aku beliin something buat kamu.]
[Apaa? Jangan aneh-aneh.]
[Enggak aneh kok, aku kirimnya juga atas nama kamu. Bentar lagi pesanannya juga nyampek, gih ke depan.]
"Pesanan?" Aluna memincingkan sebelah matanya. Lalu turun, saat menuruni tangga ada bel bunyi tanda ada tamu. Aluna mempercepat langkahnya takut yang datang Kafka.
Ceklek..
"Malam, atas nama mbak Luna?" Ucap kurir berjaket dan helm hijau.
"Iya Mas, saya sendiri." Jawab Aluna.
"Ini mbak pesanannya." Kurir itu menyodorkan 2 plastik putih berukuran besar.
"Oh iya Mas." Aluna menerima barang itu.
"Tanda tangannya Mbak." Kurir itu menyodorkan buku kecil dan polpen.
"Makasih mbak, permisi." Ucap kurir itu setelah Aluna tanda tangan.
"Iya." Aluna langsung pergi ke kamar dan membuka pesanan yang dia terima. Untung kedua orang tuanya belum pulang, kalau sudah pulang pasti dia akan di sidang habis-habisan karena beli banyak makanan. Kalaupun jujur pasti dia akan dapat berbagai macam pertanyaan lagi.
Setelah terbuka Aluna terkejut, karena di dalamnya berisi coklat silper ratu yang besar, martabak manis, seblak, mie ngacoan, es boba, ice cream, dan masih banyak lagi jajanan yang bikin mood Aluna membaik.
Ting..
[Sudah dibuka?] Chat dari Kafka.
[Udah, makasih ya.] Ucap Aluna.
[Iya, sama-sama. Jangan lupa dihabisin ya.] Dengan emoticon senyum bermata love.
[Iya gak semua. Sisanya besok-besok lagi. Ya kali sebanyak gini aku makan sendiri.] Balas Aluna.
[Biar makin kayak bola wkwkwkwk.] Dengan emoticon tertawa terpingkal.
[Oh. Gak jadi deh makanannya aku kasihin ke tetangga aja.] Balas Aluna.
[Loh, kenapa?] Tanya Kafka.
[Takut nanti kayak bola.] Balas Aluna.
[Wkwkwkwk. Cie cemberut.] Ledek Kafka.
[Gak kok.]
[Yaudah dihabisin ya, besok kalau udah habis aku pesenin lagi. Yang penting jangan cuek nanti cepet tua.]
Tanpa balas chat dari Kafka. Aluna langsung menyerbu makanan yang sudah ada di depan mata. Bodoamat kalau timbangan makin nganan yang penting moodnya bisa membaik lagi. Kafka seperti dukun yang bisa menebak mood Luna lagi ancur gara-gara pacar Shaka tadi.
Setelah makan dan kenyang. Aluna bebersih dan tidur. "Akhirnya masalah tadi terlupakan dengan pertolongan seblak dan kawan-kawan." Batin Aluna sambil tersenyum lega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments