Cinta Terhalang Ekonomi
"Gina, Mama tidak mau kamu dekat dengan supir itu lagi! Dia itu hanya seorang supir angkot. Mau makan pakai apa kamu nantinya? Dan ingat, apa nanti yang akan di katakan oleh keluarga besar kita jika mereka tau kamu menjalin hubungan dengan supir anglot Gina. Mama malu, mau ditaruh dimana muka mama ini?" hampir setiap hari Gina Oktari mendengar celotehan mamanya mengenai hubungannya dengan seorang laki-laki yang bernama Ardi.
Andri Putra adalah seorang laki-laki sederhana yang memiliki pekeejaan sebagai seorang supir angkutan kota di kota tempat mereka tinggal. Ia berasal dari sebuah keluarga sederhana. Jauh sekali jika di bandingkan dengan Gina yang sudah biasa hidup enak semenjak kecil. Tak hanya itu, semua keluarga besar Gina juga bukan orang sembarangan.
"Ma sudah. Setiap hari mama selalu berkata seperti itu. Jodoh, rezeki dan maut adalah urusan yang di atas. Jika nanti Gina berjodoh dengan Andri, itu artinya dialah jodoh untuk Gina. Mama selalu saja menilai seseorang dari segi ekonominya saja. Itu tidak baik ma," jawab Gina membuat mamanya semakin marah saja.
"Pintar ya kamu sekarang. Ingat Gina, kamu itu perempuan. Jika kamu laki-laki, terserah mau mencari wanita kaya ataupun miskin, yang terpenting ia bisa memasak dan juga cantik wajahnya. Jika kamu masih seperti ini, mama akan kirim kamu ke tempat kakak mu. Biarlah dia yang mendidik mu nanti," balas Almira, mamanya Gina.
"Aku nggak mau. Terserah mama mau bilang apa. Aku ini sudah besar. Sudah bisa memilih mana yang baik dan mana yabg buruk," ujar Gina lalu pergi meninggalkan meha makan tanpa menyentuh nasi yang sudah ada di dalam piringnya.
Begitulah setiap harinya. Semenjak Almira mengetahui hubungan Gina dengan Ardi, Almira selalu uring-uringan. Ia tak sudi jika anak nomor tiganya itu menjalin hubungan dengan seorang supir anngkot yang tidak memiliki masa depan.
"Mira, jangan terlalu keras kepada Gina. Dia itu masih remaja. Masih mencari jati dirinya. Gina benar, yang namanya jodoh, rezeki ataupun maut itu, tidak ada yang tau. Jika memang Ardi itu sudah menjadi jodohnya Gina, maka biarkan saja. Kita cukup mendukungnya dari belakang," ujar Aditama, papanya Gina.
Aditama adalah tipe ayah yang tidak banyak bicara. Ia selalu menyuport apapun keinginan sang anak, selagi itu tidak membawa dampak buruk untuk si anak tersebut.
"Papa bicara apa? Papa selalu belain Gina. Tidak salah jika dia selalu melawan dan tidak menurut kata orang tua. Lihat saja Putri, dia selalu menurut apa kata mama. Buktinya apa? Sekarang dia berhasil dan hidup bahagia bersama anak dan suaminya," jawab Almira yang yang selalu berlawanan dengan suaminya Aditama.
"Ma, Gina dan putri itu jauh berbeda. Meskipun dia sama-sama anak kita, tapi mereka memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda," ucap Aditama tak mau kalah.
"Sudah, papa diam saja. Papa tau apa mengurus anak? Mama yang mengandung dan melahirkan mereka?" ucap Almira tak mau kalah.
Sementara itu, Gina kini tengah bersiap-siap untuk pergi ke butik miliknya. Sebenarnya bukan miliknya, lebih tepatnya milik Almira.
"Gina," panggil Ardi yang kebetulan lewat menggunakan angkotny.
Gina pun melangkahkan kakinya dn masuk ke dalam angkot yang di kemudikan oleh Andri tersebut.
"Kebetulan sekali. Kamu sudah makan?" tanya Ardi kepada kekasihnya itu.
"Belum. Tadinya sih mau sarapan. Tapi mama keburu ngomel-ngomel seperti biasa," jawab Gina membuat Ardi semaiin berasa bersalah.
"Gina maafkan aku. Gara-gara aku, kamu selalu ribut dengan orang tua mu," jawab Ardi merasa bersalah.
"Sudah. Ini buka salah mu. Memang mama ku sifatnya seperti itu," jawab Gina menghela nafasnya kasar.
"Ya sudah, bagaimana kalau sekarang kita sarapan dulu. Kebetulan aku juga belum makan sama sekali," ajak Ardi sembari mengusap kepala wanita yang ia cintai itu.
"Boleh. Ayo," balas Gina tak menolak.
"Hmmmm, Gina, aku mau bicara satu hal sama kamu," ucap Ardi membuat Gina menghentikan makannya sejenak.
"Bicara apa? Katakan saja," jawab Gina menatap Ardi.
"Aku mau kita menikah. Bagaimana menurutmu?" balas Ardi membuat Gina terdiam sesaat. Ia tak menyangka jika Ardi akan melamarnya secepat ini.
"Gina aku tau, aku memang tidak sebanding dengan keluarga mu. Tapi aku amat sangat mencintaimu. Aku akan membawa kedua orang tuaku untuk melamar mu," tambah Ardi lagi.
"Ardi aku mau. Tapi bagaimana jika mamaku menolak lamaran mu?" jawab Gina balik bertanya.
"Aku tau mamamu pasti akan menolaknya. Yang terpenting, aku sudah melamar mu sebagaimana mestinya. Jika memang di tolak, maka aku akan tetap menikahi mu. Kita menikah secara siri saja," jawab ardi mantap.
"Kamu... Kamu.. Kamu yakin?" tanya Gina memastikan ucapan Ardi.
"Aku yakin. Benar-benar yakin. Gina aku janji akan membahagiakan mu dengan cara ku. Aku janji akan lebih giat lagi untuk bekerja," jawab Ardi mantap.
"Hhhhh, baiklah Ardi, aku bersedia. Kapan kamu akan datang ke rumahku?" tanya Gina bersedia menerima lamaran Ardi.
"Aku akan datang besok dengan orang tua ku. Di terima atau tidak di terima, aku akan tetap akan menikahimu Gina," jawab Ardi membuat Gina sangat senang sekali.
"Baiklah. Aku tunggu kedatangan mu di rumah. Aku akan bicara sama mama dan juga papaku. Aku akan memberitahukannya jika kamu akan datang melamarku," ucap Gina lalu mematiakan panggilan teleponnya.
.
.
"Ma, Pa," panggil Gina kepada ke dua orang tuanya yang sedang duduk santai di ruang keluarga sembari menonton acara kesayangannya.
"Ya, ada apa Gina?" tanya Almira menoleh ke arah anaknya itu.
"Hmmmmm, Ardi dan keluarganya mau datang ke rumah ini untuk melamarku. Boleh kan ma?" tanya Gina membuat Almira dan suaminya terkejut.
"Apa? Supir angkot itu mau melamar mu?" tanya Almira kaget.
"Iya ma. Bolehkan?" tanya Gina lagi.
"Haha.. Gina.. Gina.. Jangan mimpi deh. Memangnya dia punya apa untuk melamar mu? Hhhh gak ngaca sekali dia," kesal Almira mencela Ardi.
"Ma, tidak boleh berkata seperti itu. Ingat, jangan mencela orang. Tidak baik," ucap aditama menasehati istrinya.
"Lebih baik kamu diam saja pa. Aku lakuin ini demi kebaikan anak kita. Jangan pernah beri celah kepada orang miskin untuk masuk ke rumah ini," balas Almira selalu saja membantah apa yang dikatakan suaminya.
"Hhhhh, bukan begitu ma. Aku cuma mengingatkan. Jangan sampai nanti kita semua yang kena karma karena kata-kata mama itu," ucap Aditama masih berusaha mengingatkan istrinya.
"Chh, persetan dengan karma. Ini sudah tahun berapa pa? Kamu jangan percaya dengan yang begitu-begituan," ucap Almira lagi tak mau kalah.
"Hhhh terserah kamu saja. Aku hanya mengingatkan saja," balas Aditama lalu berlalu dari tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments