"Chh, persetan dengan karma. Ini sudah tahun berapa pa? Kamu jangan percaya dengan yang begitu-begituan," ucap Almira lagi tak mau kalah.
"Hhhh terserah kamu saja. Aku hanya mengingatkan saja," balas Aditama lalu berlalu dari tempat itu.
***
Mendengar ucapan pedas dari Almira, air mata Gina kembali menetes. Sudah berkali-kali ia berusaha untuk melunakkan hati sang Ibu, namun, Almira masih saja tetap pada pendiriannya.
Bagi Almira, harta dan kehormatan adalah segalanya. Urusan cinta bisa datang belakangan.
"Mama memang tidak pernah berubah. Mama selalu saja memikirkan harta.. Harta.. Harta Dan harta," ucap Gina kesal.
"Terserah apa kata kamu. Yang jelas, mama tidak mau kamu berhubungan dengan laki-laki miskin tersebut," balas Almira tak peduli dengan perasaan anaknya.
"Mama jahat," teriak Gina lalu berlari masuk ke kamarnya.
Setibanya di kamar, Gina langsung menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang yang empuk tersebut. Gina menangis sejadi-jadinya. Ia tidak mengerti dengan apa yang ada di dalam otak sang mama.
"Bisa-bisanya mama sekejam itu padaku. Apa salahku ma? Apa?" gumam Gina terus menangis hingga ia terlelap dengan sendirinya.
Beberapa saat kemudian, di saat semua orang baru saja selesai dengan acara makan malamnya, Ardi pun datang dan mengetuk pintu rumah pujaan hatinya itu.
"Assalamualaikum," ucap seseorang laki-laki mengetuk pintu rumah tersebut.
'Itu pasti Ardi,' batin Gina dengan jantung yang berdetak dengan kencang.
Perasaannya mulai tidak enak saat sang mama berdiri dan pergi untuk membukakan pintu.
"Assalamualaikum Tante," sapa Ardi saat pintu tersebut telah dibukakan oleh Almira.
"Chhhh, walaikumsalam. Mau apa kamu kesini?" tanya Almira to the point.
Degh
Perasaan Ardi mulai tidak enak. Ia yang sudah tau akan watak Almira hanya bisa diam sembari menundukkan kepalanya.
"Eh, ada nak Ardi. Mari masuk dulu. Kita bicara di dalam," ucap Aditama datang dan menyuruh Ardi masuk ke dalam rumah mewah tersebut.
Raut tak suka terlihat jelas dari wajah cantik Almira. Ia menatap tajam ke arah dang suami yang telah memberi izin masuk untuk Ardi.
"Ayo nak Ardi, silahkan duduk dulu. Gina sedang membuatkan minum untuk kamu sebentar," ucap Aditama mempersilahkan Ardi duduk di ruang tamu rumah kekasihnya itu.
'Untung saja aku tidak jadi membawa bapak dan ibuku ke sini untuk melamar Gina. Jika sampai itu terjadi, aku yakin, Tante Almira pasti akan menghina ke dua orang tuaku,' batin Ardi menatap Almira sekilas.
Nampak sekali raut wajah tak suka dari Almira terhadap Ardi.
"Ardi, to the point saja, apa tujuan kamu sebenarnya datang ke rumah saya?" tanya Almira membuat Ardi tersadar dari lamunannya.
"Hmmmmm itu.. Saya.. Saya...," ucap Ardi terputus.
"Saya apa? Ayo jawab!?" bentak Almira memotong perkataan Ardi.
"Saya.. Saya mau melamar Gina untuk menjadi istri saya Tante, Om," ucap Ardi memberanikan dirinya.
"Apa? Supir angkot seperti kamu mau melamar anak saya? Haha.. Kamu gila ya? Mau dikasih makan apa anak saya nantinya?" ledek Almira membuat hati Ardi sakit.
"Apaan sih ma. Mama nggak boleh bicara seperti itu ma," tegur Gina yang datang dari arah dapur dengan memegang nampan yang berisi teh dan juga cemilan.
"Gina benar ma. Kamu tidak boleh bicara seperti itu. Apapun profesinya, kamu tidak boleh menghina seperti itu," tambah Aditama mengajari Almira.
"Tidak apa-apa kok Om. Apa yang di katakan Tante Almira itu benar. Saya hanyalah seorang supir angkot. Tapi saya benar-benar mencintai anak Om dan juga Tante. Saya janji, akan bertanggung jawab dan membahagiakan Gina," ucap Ardi semakin mantap untuk melamar Gina sebagai istrinya.
"Haha.. Kamu mau membahagiakan anak saya pakai apa? Pakai uang dari hasil narik angkot mu itu? Kamu pikir hanya dengan modal cinta, kamu bisa bikin Gina bahagia? Chhhh, jangan mimpi kamu. Sampai kapan pun, saya tidak akan merestui hubungan kamu dengan Gina anak saya. Kecuali, kecuali kamu memiliki banyak uang dan bisa membelikan Gina rumah beserta mobilnya," ujar Almira memutuskan harapan Ardi untuk bisa hidup berumah tangga dengan Gina.
"Ma," ucap Gina menatap wanita yang telah melahirkannya itu dengan mata yang berkaca-kaca.
Ia tak menyangka jika sang mama akan mengatakan hal seperti itu kepada Ardi.
"Apa!? Memang benarkan apa yang mama katakan. Dia mau kasih kamu makan pakai apa? Kamu itu dari kecil biasa hidup enak dan serba ada, nah sekarang kamu malah dilamar oleh seorang supir angkot yang kehidupannya pas-pasan. Memang kamu sanggup apa hidup susah serba kekurangan," ujar Almira semena-mena.
"Aku nggak masalah ma jika memang harus hidup susah bersama Ardi. Yang penting aku bahagia dengan pilihan ku," jawab Gina tetap memperjuangkan Ardi untuk menjadi suaminya.
"Hahaha.. Bahagia? Bahagia bagaimana? Uang saja dia tidak punya. Rumah tangga itu nggak akan bahagia kalau tidak ada uang. Ngerti kamu," balas Almira masih tidak mau memberikan restunya kepada Ardi.
"Ma sudah. Biarkan saja mereka menikah. Aku lihat Ardi itu anaknya baik dan bertanggung jawab. Lagian yang akan menjalani itu bukan kita, tapi Gina ma," tambah Aditama membela Gina.
"Kamu jangan bicara seenaknya ya pa. Yang melahirkan dan membesarkan Gina itu aku. Dan ingat, Gina itu anak gadisku satu-satunya. Aku lebih suka dia menikah dengan Niko dari pada dengan supir angkot ini," ucap Almira masih saja keras kepala.
Mendengar ucapan Almira, Ardi hanya bisa diam. Hatinya hancur dan perasaannya terlukai. Hanya karena ia seorang supir angkot, cintanya sulit untuk di perjuangkan.
"Baiklah. Kalau memang Tante tidak merestui hubungan saya dengan Gina. Tapi saya tetap cinta dan sayang kepada Gina. Saya akan memperjuangkan cinta saya Tante," ucap Ardi yang sedari tadi hanya diam menelan ucapan Almira mentah-mentah.
"Hhhhh, terserah kamu mau berjuang atau tidak. Yang terpenting, saya tidak akan pernah merestui Gina. Kecuali kamu sudah menjadi laki-laki kaya raya seperti Niko. Sudah kaya, tampan, dan berpendidikan tinggi. Jauh beda dengan kamu Ardi," celetuk Almira membanding-bandingkan Ardi dengan Niko, menantu idamannya.
"Baik, kita lihat saja nanti. Saya pasti bisa membangkitkan ekonomi saya dan membuat Gina bahagia," ujar Ardi dengan raut wajah kecewanya.
"Nak Ardi, maafkan istri om. Om tidak pernah melarang kamu berhubungan dengan Gina. Om hanya mau mengatakan titip Gina. Jaga dan sayangi dia. Om percaya kamu laki-laki baik. Dan Om juga percaya, kamu pasti bisa membahagiakan Gina, putri Om," ucap Aditama saat mengantar Ardi keluar dari rumah itu atas perintah Almira.
"Baik Om, terima kasih banyak. Saya janji akan menjaga Gina, putri Om," balas Ardi lalu mencium tangan Aditama dan pergi meninggalkan rumah Gina dengan raut wajah kekecewaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments