NovelToon NovelToon

Cinta Terhalang Ekonomi

Bab 1

"Gina, Mama tidak mau kamu dekat dengan supir itu lagi! Dia itu hanya seorang supir angkot. Mau makan pakai apa kamu nantinya? Dan ingat, apa nanti yang akan di katakan oleh keluarga besar kita jika mereka tau kamu menjalin hubungan dengan supir anglot Gina. Mama malu, mau ditaruh dimana muka mama ini?" hampir setiap hari Gina Oktari mendengar celotehan mamanya mengenai hubungannya dengan seorang laki-laki yang bernama Ardi.

Andri Putra adalah seorang laki-laki sederhana yang memiliki pekeejaan sebagai seorang supir angkutan kota di kota tempat mereka tinggal. Ia berasal dari sebuah keluarga sederhana. Jauh sekali jika di bandingkan dengan Gina yang sudah biasa hidup enak semenjak kecil. Tak hanya itu, semua keluarga besar Gina juga bukan orang sembarangan.

"Ma sudah. Setiap hari mama selalu berkata seperti itu. Jodoh, rezeki dan maut adalah urusan yang di atas. Jika nanti Gina berjodoh dengan Andri, itu artinya dialah jodoh untuk Gina. Mama selalu saja menilai seseorang dari segi ekonominya saja. Itu tidak baik ma," jawab Gina membuat mamanya semakin marah saja.

"Pintar ya kamu sekarang. Ingat Gina, kamu itu perempuan. Jika kamu laki-laki, terserah mau mencari wanita kaya ataupun miskin, yang terpenting ia bisa memasak dan juga cantik wajahnya. Jika kamu masih seperti ini, mama akan kirim kamu ke tempat kakak mu. Biarlah dia yang mendidik mu nanti," balas Almira, mamanya Gina.

"Aku nggak mau. Terserah mama mau bilang apa. Aku ini sudah besar. Sudah bisa memilih mana yang baik dan mana yabg buruk," ujar Gina lalu pergi meninggalkan meha makan tanpa menyentuh nasi yang sudah ada di dalam piringnya.

Begitulah setiap harinya. Semenjak Almira mengetahui hubungan Gina dengan Ardi, Almira selalu uring-uringan. Ia tak sudi jika anak nomor tiganya itu menjalin hubungan dengan seorang supir anngkot yang tidak memiliki masa depan.

"Mira, jangan terlalu keras kepada Gina. Dia itu masih remaja. Masih mencari jati dirinya. Gina benar, yang namanya jodoh, rezeki ataupun maut itu, tidak ada yang tau. Jika memang Ardi itu sudah menjadi jodohnya Gina, maka biarkan saja. Kita cukup mendukungnya dari belakang," ujar Aditama, papanya Gina.

Aditama adalah tipe ayah yang tidak banyak bicara. Ia selalu menyuport apapun keinginan sang anak, selagi itu tidak membawa dampak buruk untuk si anak tersebut.

"Papa bicara apa? Papa selalu belain Gina. Tidak salah jika dia selalu melawan dan tidak menurut kata orang tua. Lihat saja Putri, dia selalu menurut apa kata mama. Buktinya apa? Sekarang dia berhasil dan hidup bahagia bersama anak dan suaminya," jawab Almira yang yang selalu berlawanan dengan suaminya Aditama.

"Ma, Gina dan putri itu jauh berbeda. Meskipun dia sama-sama anak kita, tapi mereka memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda," ucap Aditama tak mau kalah.

"Sudah, papa diam saja. Papa tau apa mengurus anak? Mama yang mengandung dan melahirkan mereka?" ucap Almira tak mau kalah.

Sementara itu, Gina kini tengah bersiap-siap untuk pergi ke butik miliknya. Sebenarnya bukan miliknya, lebih tepatnya milik Almira.

"Gina," panggil Ardi yang kebetulan lewat menggunakan angkotny.

Gina pun melangkahkan kakinya dn masuk ke dalam angkot yang di kemudikan oleh Andri tersebut.

"Kebetulan sekali. Kamu sudah makan?" tanya Ardi kepada kekasihnya itu.

"Belum. Tadinya sih mau sarapan. Tapi mama keburu ngomel-ngomel seperti biasa," jawab Gina membuat Ardi semaiin berasa bersalah.

"Gina maafkan aku. Gara-gara aku, kamu selalu ribut dengan orang tua mu," jawab Ardi merasa bersalah.

"Sudah. Ini buka salah mu. Memang mama ku sifatnya seperti itu," jawab Gina menghela nafasnya kasar.

"Ya sudah, bagaimana kalau sekarang kita sarapan dulu. Kebetulan aku juga belum makan sama sekali," ajak Ardi sembari mengusap kepala wanita yang ia cintai itu.

"Boleh. Ayo," balas Gina tak menolak.

"Hmmmm, Gina, aku mau bicara satu hal sama kamu," ucap Ardi membuat Gina menghentikan makannya sejenak.

"Bicara apa? Katakan saja," jawab Gina menatap Ardi.

"Aku mau kita menikah. Bagaimana menurutmu?" balas Ardi membuat Gina terdiam sesaat. Ia tak menyangka jika Ardi akan melamarnya secepat ini.

"Gina aku tau, aku memang tidak sebanding dengan keluarga mu. Tapi aku amat sangat mencintaimu. Aku akan membawa kedua orang tuaku untuk melamar mu," tambah Ardi lagi.

"Ardi aku mau. Tapi bagaimana jika mamaku menolak lamaran mu?" jawab Gina balik bertanya.

"Aku tau mamamu pasti akan menolaknya. Yang terpenting, aku sudah melamar mu sebagaimana mestinya. Jika memang di tolak, maka aku akan tetap menikahi mu. Kita menikah secara siri saja," jawab ardi mantap.

"Kamu... Kamu.. Kamu yakin?" tanya Gina memastikan ucapan Ardi.

"Aku yakin. Benar-benar yakin. Gina aku janji akan membahagiakan mu dengan cara ku. Aku janji akan lebih giat lagi untuk bekerja," jawab Ardi mantap.

"Hhhhh, baiklah Ardi, aku bersedia. Kapan kamu akan datang ke rumahku?" tanya Gina bersedia menerima lamaran Ardi.

"Aku akan datang besok dengan orang tua ku. Di terima atau tidak di terima, aku akan tetap akan menikahimu Gina," jawab Ardi membuat Gina sangat senang sekali.

"Baiklah. Aku tunggu kedatangan mu di rumah. Aku akan bicara sama mama dan juga papaku. Aku akan memberitahukannya jika kamu akan datang melamarku," ucap Gina lalu mematiakan panggilan teleponnya.

.

.

"Ma, Pa," panggil Gina kepada ke dua orang tuanya yang sedang duduk santai di ruang keluarga sembari menonton acara kesayangannya.

"Ya, ada apa Gina?" tanya Almira menoleh ke arah anaknya itu.

"Hmmmmm, Ardi dan keluarganya mau datang ke rumah ini untuk melamarku. Boleh kan ma?" tanya Gina membuat Almira dan suaminya terkejut.

"Apa? Supir angkot itu mau melamar mu?" tanya Almira kaget.

"Iya ma. Bolehkan?" tanya Gina lagi.

"Haha.. Gina.. Gina.. Jangan mimpi deh. Memangnya dia punya apa untuk melamar mu? Hhhh gak ngaca sekali dia," kesal Almira mencela Ardi.

"Ma, tidak boleh berkata seperti itu. Ingat, jangan mencela orang. Tidak baik," ucap aditama menasehati istrinya.

"Lebih baik kamu diam saja pa. Aku lakuin ini demi kebaikan anak kita. Jangan pernah beri celah kepada orang miskin untuk masuk ke rumah ini," balas Almira selalu saja membantah apa yang dikatakan suaminya.

"Hhhhh, bukan begitu ma. Aku cuma mengingatkan. Jangan sampai nanti kita semua yang kena karma karena kata-kata mama itu," ucap Aditama masih berusaha mengingatkan istrinya.

"Chh, persetan dengan karma. Ini sudah tahun berapa pa? Kamu jangan percaya dengan yang begitu-begituan," ucap Almira lagi tak mau kalah.

"Hhhh terserah kamu saja. Aku hanya mengingatkan saja," balas Aditama lalu berlalu dari tempat itu.

Bab 2

"Chh, persetan dengan karma. Ini sudah tahun berapa pa? Kamu jangan percaya dengan yang begitu-begituan," ucap Almira lagi tak mau kalah.

"Hhhh terserah kamu saja. Aku hanya mengingatkan saja," balas Aditama lalu berlalu dari tempat itu.

***

Mendengar ucapan pedas dari Almira, air mata Gina kembali menetes. Sudah berkali-kali ia berusaha untuk melunakkan hati sang Ibu, namun, Almira masih saja tetap pada pendiriannya.

Bagi Almira, harta dan kehormatan adalah segalanya. Urusan cinta bisa datang belakangan.

"Mama memang tidak pernah berubah. Mama selalu saja memikirkan harta.. Harta.. Harta Dan harta," ucap Gina kesal.

"Terserah apa kata kamu. Yang jelas, mama tidak mau kamu berhubungan dengan laki-laki miskin tersebut," balas Almira tak peduli dengan perasaan anaknya.

"Mama jahat," teriak Gina lalu berlari masuk ke kamarnya.

Setibanya di kamar, Gina langsung menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang yang empuk tersebut. Gina menangis sejadi-jadinya. Ia tidak mengerti dengan apa yang ada di dalam otak sang mama.

"Bisa-bisanya mama sekejam itu padaku. Apa salahku ma? Apa?" gumam Gina terus menangis hingga ia terlelap dengan sendirinya.

Beberapa saat kemudian, di saat semua orang baru saja selesai dengan acara makan malamnya, Ardi pun datang dan mengetuk pintu rumah pujaan hatinya itu.

"Assalamualaikum," ucap seseorang laki-laki mengetuk pintu rumah tersebut.

'Itu pasti Ardi,' batin Gina dengan jantung yang berdetak dengan kencang.

Perasaannya mulai tidak enak saat sang mama berdiri dan pergi untuk membukakan pintu.

"Assalamualaikum Tante," sapa Ardi saat pintu tersebut telah dibukakan oleh Almira.

"Chhhh, walaikumsalam. Mau apa kamu kesini?" tanya Almira to the point.

Degh

Perasaan Ardi mulai tidak enak. Ia yang sudah tau akan watak Almira hanya bisa diam sembari menundukkan kepalanya.

"Eh, ada nak Ardi. Mari masuk dulu. Kita bicara di dalam," ucap Aditama datang dan menyuruh Ardi masuk ke dalam rumah mewah tersebut.

Raut tak suka terlihat jelas dari wajah cantik Almira. Ia menatap tajam ke arah dang suami yang telah memberi izin masuk untuk Ardi.

"Ayo nak Ardi, silahkan duduk dulu. Gina sedang membuatkan minum untuk kamu sebentar," ucap Aditama mempersilahkan Ardi duduk di ruang tamu rumah kekasihnya itu.

'Untung saja aku tidak jadi membawa bapak dan ibuku ke sini untuk melamar Gina. Jika sampai itu terjadi, aku yakin, Tante Almira pasti akan menghina ke dua orang tuaku,' batin Ardi menatap Almira sekilas.

Nampak sekali raut wajah tak suka dari Almira terhadap Ardi.

"Ardi, to the point saja, apa tujuan kamu sebenarnya datang ke rumah saya?" tanya Almira membuat Ardi tersadar dari lamunannya.

"Hmmmmm itu.. Saya.. Saya...," ucap Ardi terputus.

"Saya apa? Ayo jawab!?" bentak Almira memotong perkataan Ardi.

"Saya.. Saya mau melamar Gina untuk menjadi istri saya Tante, Om," ucap Ardi memberanikan dirinya.

"Apa? Supir angkot seperti kamu mau melamar anak saya? Haha.. Kamu gila ya? Mau dikasih makan apa anak saya nantinya?" ledek Almira membuat hati Ardi sakit.

"Apaan sih ma. Mama nggak boleh bicara seperti itu ma," tegur Gina yang datang dari arah dapur dengan memegang nampan yang berisi teh dan juga cemilan.

"Gina benar ma. Kamu tidak boleh bicara seperti itu. Apapun profesinya, kamu tidak boleh menghina seperti itu," tambah Aditama mengajari Almira.

"Tidak apa-apa kok Om. Apa yang di katakan Tante Almira itu benar. Saya hanyalah seorang supir angkot. Tapi saya benar-benar mencintai anak Om dan juga Tante. Saya janji, akan bertanggung jawab dan membahagiakan Gina," ucap Ardi semakin mantap untuk melamar Gina sebagai istrinya.

"Haha.. Kamu mau membahagiakan anak saya pakai apa? Pakai uang dari hasil narik angkot mu itu? Kamu pikir hanya dengan modal cinta, kamu bisa bikin Gina bahagia? Chhhh, jangan mimpi kamu. Sampai kapan pun, saya tidak akan merestui hubungan kamu dengan Gina anak saya. Kecuali, kecuali kamu memiliki banyak uang dan bisa membelikan Gina rumah beserta mobilnya," ujar Almira memutuskan harapan Ardi untuk bisa hidup berumah tangga dengan Gina.

"Ma," ucap Gina menatap wanita yang telah melahirkannya itu dengan mata yang berkaca-kaca.

Ia tak menyangka jika sang mama akan mengatakan hal seperti itu kepada Ardi.

"Apa!? Memang benarkan apa yang mama katakan. Dia mau kasih kamu makan pakai apa? Kamu itu dari kecil biasa hidup enak dan serba ada, nah sekarang kamu malah dilamar oleh seorang supir angkot yang kehidupannya pas-pasan. Memang kamu sanggup apa hidup susah serba kekurangan," ujar Almira semena-mena.

"Aku nggak masalah ma jika memang harus hidup susah bersama Ardi. Yang penting aku bahagia dengan pilihan ku," jawab Gina tetap memperjuangkan Ardi untuk menjadi suaminya.

"Hahaha.. Bahagia? Bahagia bagaimana? Uang saja dia tidak punya. Rumah tangga itu nggak akan bahagia kalau tidak ada uang. Ngerti kamu," balas Almira masih tidak mau memberikan restunya kepada Ardi.

"Ma sudah. Biarkan saja mereka menikah. Aku lihat Ardi itu anaknya baik dan bertanggung jawab. Lagian yang akan menjalani itu bukan kita, tapi Gina ma," tambah Aditama membela Gina.

"Kamu jangan bicara seenaknya ya pa. Yang melahirkan dan membesarkan Gina itu aku. Dan ingat, Gina itu anak gadisku satu-satunya. Aku lebih suka dia menikah dengan Niko dari pada dengan supir angkot ini," ucap Almira masih saja keras kepala.

Mendengar ucapan Almira, Ardi hanya bisa diam. Hatinya hancur dan perasaannya terlukai. Hanya karena ia seorang supir angkot, cintanya sulit untuk di perjuangkan.

"Baiklah. Kalau memang Tante tidak merestui hubungan saya dengan Gina. Tapi saya tetap cinta dan sayang kepada Gina. Saya akan memperjuangkan cinta saya Tante," ucap Ardi yang sedari tadi hanya diam menelan ucapan Almira mentah-mentah.

"Hhhhh, terserah kamu mau berjuang atau tidak. Yang terpenting, saya tidak akan pernah merestui Gina. Kecuali kamu sudah menjadi laki-laki kaya raya seperti Niko. Sudah kaya, tampan, dan berpendidikan tinggi. Jauh beda dengan kamu Ardi," celetuk Almira membanding-bandingkan Ardi dengan Niko, menantu idamannya.

"Baik, kita lihat saja nanti. Saya pasti bisa membangkitkan ekonomi saya dan membuat Gina bahagia," ujar Ardi dengan raut wajah kecewanya.

"Nak Ardi, maafkan istri om. Om tidak pernah melarang kamu berhubungan dengan Gina. Om hanya mau mengatakan titip Gina. Jaga dan sayangi dia. Om percaya kamu laki-laki baik. Dan Om juga percaya, kamu pasti bisa membahagiakan Gina, putri Om," ucap Aditama saat mengantar Ardi keluar dari rumah itu atas perintah Almira.

"Baik Om, terima kasih banyak. Saya janji akan menjaga Gina, putri Om," balas Ardi lalu mencium tangan Aditama dan pergi meninggalkan rumah Gina dengan raut wajah kekecewaan.

Bab 3

"Baik Om, terima kasih banyak. Saya janji akan menjaga Gina, putri Om," balas Ardi lalu mencium tangan Aditama dan pergi meninggalkan rumah Gina dengan raut wajah kekecewaan.

***

"Mama apa-apaan sih? Kalo mama memang nggak mau ngasih restu buat aku dan juga Ardi, setidaknya mama jangan ngehina anak orang dong.

Ingat ma, roda itu nggak selalu di atas. Bagaimana jika nanti mama ekonominya jatuh dan Ardi bangkit. Apa mama nggak malu?" ucap Gina yang tidak suka dengan kelakuan mamanya itu.

"Hahaha.. Ekonomi siapa yang jatuh? Mama? Kamu ini lucu sekali ya.. Bagaimana bisa Gina. Kita ini sudah kaya dari dulu. Harta kita itu tidak akan habis tujuh keturunan," sombong Almira kepada putrinya itu.

"Hhhhhh, belum tau ma. Tuhan itu maha adil," balas Gina lalu pergi meninggalkan mamanya itu.

"Hhhhh, anak zaman sekarang mana ngerti dengan semua ini. Yang ada dipikirannya cuma cinta.. Cinta.. Cinta.. Dan cinta.. Dia pikir bisa hidup apa hanya dengan bermodalkan cinta," oceh Almira menggeleng-gelengkan kepalanya.

Setelah mengantar Ardi hingga depan rumahnya, Aditama, laki-laki paruh baya itupun kembali masuk ke dalam rumahnya.

Aditama benar-benar sudah kewalahan sekali menghadapi sikap istrinya yang materialistis sekali.

"Chhhh, senang ya Pa, nganterin calon menantu mu sampe depan rumah," ledek Almira semakin membuat Aditama kesal.

Ingin sekali rasanya Aditama membungkam bahkan menampar mulut istrinya itu, namun sayang seribu sayang, Aditama tidak memiliki keberanian untuk itu. Bisa dikatakan Aditama adalah tipe suami yang takut pada istrinya.

Aditama tidak menghiraukan ucapan Almira. Ia hanya diam sembari berlalu ke kamar putrinya, Gina.

Tok

Tok

Tok

Aditama mengetuk pintu kamar putri tercintanya itu. Namun, Gina tidak mengeluarkan suara sedikitpun.

"Gina, kamu di dalam? Papa boleh masuk nak?" teriak Aditama dari balik pintu kamar Gina.

"Boleh Pa, masuk aja," jawab Gina dengan suara tersedu-sedu.

Setelah mendapat izin masuk dari Gina, Aditama pun langsung membuka pintu kamar anaknya itu. Hatinya sebagai Ayah terenyuh saat melihat sang putri menangis sesegukan di atas ranjang.

Aditama lalu mendekati Gina lalu mengusap kepala putri kesayangannya itu.

"Gina sayang, sudah ya menangis nya. Kita cari jalan keluarnya sama-sama. Sekarang, ayo bangun dan cuci muka mu," perintah Aditama yang mencoba menenangkan putrinya.

"Tapi Pa. Aku benar-benar kesal sama Mama.

Kenapa Mama tega melakukan ini kepadaku?" rengek Gina memeluk Papanya.

"Sudah.. Sudah.. Biarkan saja mama mu itu. Kamu cuci muka dulu sana. Kita bicarakan semua ini di balkon supaya Mama mu tidak dengar," ucap Aditama yang langsung di ikuti oleh Gina.

"Jadi gimana Pa? Gimana caranya supaya aku bisa menikah dengan Ardi Pa?" tanya Gina yang saat ini tengah bersantai dengan Aditama di balkon kamar putrinya.

"Hhhhhh, sebenarnya Papa punya solusinya, tapi Papa takut jika Mama mu akan marah nantinya," ucap Aditama membuat Gina penasaran.

"Solusi apa Pa?" tanya Gina penasaran.

"Solusi Papa itu, bagaimana jika kamu menikah tanpa sepengetahuan Mama mu saja. Papa akan menikahkan mu nanti, tapi jangan sampai Mama mu tau jika Papa yang menikahkan mu," jawab Aditama membuat senyuman lebar di wajah sang putri.

"Papa serius?" tanya Gina senang.

"Iya sayang, Papa serius. Papa akan lakukan apapun yang akan membuat mu bahagia. Tapi Papa mau tanya satu hal dulu sama kamu. Papa mau kamu menjawab pertanyaan Papa dengan jujur," jawab Aditama menatap putrinya itu dalam.

"Tanya apa Pa. Aku akan menjawabnya dengan jujur," balas Gina juga menatap Papanya itu.

"Hhhhh, apa kamu sudah yakin dengan keputusan kamu untuk menikah dengan Ardi? Apa kamu benar-benar mencintainya?" tanya Aditama ingin tau perasaan putrinya itu.

"Gina yakin Pa. Yakin sekali. Ardi adalah laki-laki yang baik. Kedua orang tuanya juga baik. Meskipun mereka kurang berada, tapi bagi Gina itu bukan suatu masalah yang besar," jawab Gina dengan sungguh-sungguh.

'Sepertinya Gina benar-benar mencintai Ardi. Apa boleh buat. Aku akan mengambil resiko sebesar apapun itu, asalkan anakku bahagia,' batin Aditama mencari kebenaran di mata Gina.

"Ya sudah. Kalau begitu Papa izinkan kamu menikah dengan Ardi. Tapi Papa harus bicara empat mata dulu sama Ardi. Kapan kamu bisa mempertemukan Papa dengannya?" ucap Aditama menaikkan satu alisnya.

"Bagaimana kalau besok Pa. Aku akan memberi tahukan Ardi nanti," jawab Gina tampak ceria kembali.

"Baiklah. Tapi ingat ya Gina, jangan sampai Mama mu tau dengan rencana dan pertemuan Papa dengan Ardi," Aditama kembali memperingatkan Gina agar rencana mereka tidak bocor ke telinga Almira.

"Siap Pa.. Makasih banyak ya Pa. Papa memang Papa terbaik untukku," balas Gina senang. Seketika ia memeluk erat laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu.

"Sama-sama sayang. Ya sudah, kalau begitu Papa pergi dulu. Ingat, kamu jangan bersedih lagi. Setiap masalah, pasti ada jalan keluarnya," pesan Aditama sebelum meninggalkan kamar putrinya itu.

Sementara itu, Ardi yang baru saja tiba di rumahnya di sambut manis oleh ke kdua orang tuanya yang penasaran dengan hasil lamaran tersebut.

"Ardi, bagaimana? Apa semuanya berjalan lancar?" tanya Maryam, Ibunya Ardi.

"Hhhhhhh, gagal Bu. Mamanya Gina menolak lamaran ku," jawab Ardi dengan raut wajah yang putus asa.

"Sudah.. Sudah.. Mungkin Gina bukan jodoh mu. Ibu yakin, jika kalian memang berjodoh, pasti kalian akan bersatu kembali. Sekarang kamu masuk dulu. Kita makan di dalam," balas Ibu Maryam juga ikut sedih karena melihat putranya seperti ini.

"Ibu sama Bapak makan duluan saja. Aku mau istirahat dulu," ucap Ardi yang tidak bernafsu untuk mengisi perutnya.

'Kasian sekali kamu nak. Gara-gara faktor ekonomi, mereka menolak lamaran mu,' batin Ibu Maryam yang sebenarnya sudah yakin jika lamaran anaknya akan di tolak oleh keluarga Gina yang berada itu.

"Ardi mana Bu? Kenapa dia tidak ikut makan bersama dengan kita? Bagaimana lamarannya? Apa semuanya lancar?" tanya Akbar, Ayahnya Ardi.

"Ardi ada di kamarnya Pak. Lamarannya di tolak oleh keluarga Gina. Kasihan sekali anak itu. Ibu yakin, mereka menolak lamaran Ardi karena Ardi hanya seorang supir angkot yang tidak memiliki apa-apa," jawab Ibu Maryam sembari menyalin nasi ke piring suaminya itu.

"Bapak sebenarnya juga sudah feeling Bu jika lamaran anak kita pasti di tolak.

Keluarga Gina itu terkenal sekali di kota ini. Mereka pasti tidak akan mau mengambil Ardi menjadi menantunya. Apalagi, Gina itu sama seperti Ardi, anak satu-satunya," balas Bapak Akbar lalu meminum segelas air putih yang ada di hadapannya.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan Pak? Kasihan Ardi. Ibu tidak sampai hati melihat anak mu itu," tanya Ibu Maryam berharap suaminya itu memiliki solusi untuk masalah ini.

"Hhhhhh, entahlah Bu. Bapak sendiri juga tidak tau. Kita serahkan saja semuanya kepada yang di atas. Jika mereka berjodoh, pasti semua akan ada jalannya," jawab Pak Akbar menghela nafasnya kasar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!