Bab 5

"Terserah kamu saja. Tapi yang terpenting, aku nggak akan memberikan restu ku jika Gina menikah dengan Niko. Aku nggak akan mau menikahkan mereka berdua," ucap Aditama lalu pergi meninggalkan Almira.

***

"Apa-apaan kamu Pa? Kamu nggak bisa ya ancam-ancam aku seperti itu," protes Almira saat mendengar perkataan suaminya itu.

"Aku nggak ngancem kamu ma. Aku bicara apa adanya. Aku nggak akan kasih restuku kepada Niko. Jika mama punya pilihan, aku juga punya pilihan. Aku ini kepala keluarga. Sudah sepatutnya kamu patuh sama aturan ku," jawab Aditama bukannya membuat Almira sadar, malah ia semakin menjadi-jadi.

"Ooooo, jadi mentang-mentang kamu kepala keluarga, aku harus tunduk gitu sama aturan mu. Dengar ya Pa, jika kepala keluarganya seperti kamu, maka istri boleh melawan. Mana ada kepala keluarga yang mengizinkan anaknya menikah dengan laki-laki miskin," ujar Almira tak mau mundur sedikitpun.

"Sudah Ma, sadar, tidak baik menghina orang. Kita ini tidak tau bagaimana hidup kita untuk kedepannya. Bisa jadi orang yang kita hina itu, di angkat derajatnya, dan bisa jadi kita berada di posisinya," ucap Aditama masih berusaha untuk menasehati istrinya.

"Itu tak akan mungkin terjadi," singkat Almira lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

Malam harinya, acara perjodohan yang berkedok makan malam keluarga itupun tiba.

Gina yang hendak pergi untuk menghindari acara tersebut seketika gagal karena rencananya itu telah di prediksi oleh Almira.

Akhirnya, mau tak mau, Gina terpaksa hadir dalam acara makan malam tersebut.

"Selamat datang di rumah kami Bu Jaya dan Pak Jaya, selamat datang Niko. Mari masuk, saya sudah menyiapkan makan malam spesial untuk menyambut kedatangan kalian semua," ucap Almira menyambut tamu istimewanya itu.

"Terima kasih Bu Almira. Tidak usah repot-repot," balas Bu Jaya lalu masuk ke dalam rumah mewah itu.

"Tidak ko Bu, tidak merepotkan sama sekali," ucap Almira sangat antusias sekali menjamu tamu yang dalam impiannya akan menjadi besannya sebentar lagi.

"Waaah, rumah Bu Almira bagus dan mewah sekali ya. Perabot dan interiornya elegan semua. Selera Bu Almira memang patut di acungi jempol," puji Bu Jaya benar-benar membuat Almira yang haus akan pujian itu terbang melambung.

"Ah, Bu Jaya ini bisa saja," ucap Almira yang bangga atas pujian yang diberikan untuknya itu.

Sementara para wanita sosialita itu tengah berbincang, Aditama hanya diam dan sesekali bicara dengan Pak Jaya, suaminya Bu Jaya.

Sebenarnya Pak Jaya banyak bertanya ini dan itu kepada Aditama, namun ia malas untuk menanggapinya karena sifat Pak Jaya yang sok tau dan juga sok kaya. Maka dari itu, Aditama lebih memilih bersifat dingin kepada keluarga Wijaya tersebut.

"Ayo, Bu Jaya, Pak Jaya, Niko, kita makan dulu. Sehabis makan, baru kita berbincang-bincang di ruang tamu," ucap Almira tampak sibuk menyuruh tamu-tamunya itu makan.

Almira benar-benar senang sekali saat undangan makan malamnya di terima oleh keluarga Wijaya.

Awal pertemuan mereka adalah saat acara arisan berlian ibu-ibu sosialita tersebut.

Disaat acara pelelangan berlian milik salah satu anggota sosialita tersebut, Bu Wijaya membeli salah satu berlian yang di harga awal lelangnya paling tinggi. Tak neko-neko, Bu Wijaya membeli berlian langka tersebut lebih mahal dari hasil harga lelang terakhirnya.

Semenjak kejadian itu, Almira berusaha keras mendekatkan dirinya kepada Bu Jaya dan keluarganya.

Saat tau Bu Jaya memiliki seorang putra tunggal yang bernama Niko, Almira getol sekali ingin menjodohkan Niko dengan putrinya Gina.

Bak gayung bersambut, ternyata Gina dan Niko sudah saling kenal satu sama lainnya.

Tak hanya itu, Niko ternyata juga menaruh hati kepada Gina, sang bunga mawar kampus.

Berkali-kali Niko menyatakan perasaannya kepada Gina. Namun gadis cantik itu selalu menolaknya mentah-mentah. Selain sudah memiliki kekasih, Niko yang sering bergonta-ganti wanita dan mendapatkan julukan casanova itupun membuat Gina semakin mantap untuk menolak cinta Niko.

"Oh ya Bu Almira, Gina mana ya? Kok dari tadi saya belum melihatnya." tanya Bu Jaya tak melihat adanya Gina di sekitar mereka.

"Gina ada, dia masih di kamar. Maklum anak gadis, jadi mandinya agak lama sedikit," jawab Almira yang sebenarnya juga menunggu kehadiran putrinya itu.

"Yang namanya anak gadis pasti selalu seperti itu. Bu Almira seperti tidak pernah gadis saja," canda Bu Jaya semakin memecah suasana di ruang makan itu.

Tak lama kemudian, Gina pun datang dengan menggunakan gaun selutut berwarna kuning.

Ia tampak anggun dan juga cantik sekali, sehingga membuat Niko tak berhenti menatapnya.

"Nah, ini Gina anak saya. Gina, kenalkan, ini Mama dan Papanya Niko," ucap Almira memperkenalkan Bu Jaya dan Pak Jaya kepada putri semata wayangnya itu.

"Hai Om, Tante. Kenalkan, nama saya Gina," ucap Gina memperkenalkan dirinya lalu duduk di kursinya.

"Wah, Gina, kamu cantik sekali," puji Bu Jaya menatap Gina dengan tatapan kagum.

"Terima kasih Tante atas pujiannya," jawab Gina sopan.

"Ya sudah, ayo kita makan dulu. Nanti keburu dingin lo," perintah Almira lagi.

Selama acara makan malam berlangsung, hanya Almira dan Bu Jaya yang selalu saja bercanda dan mengobrol satu sama lain. Sementara Aditama dan Wijaya lebih fokus kepada makanan yang ada di hadapannya.

Seperti tidak pernah makan makanan enak, Bu Jaya dan Pak Jaya menghabiskan semua makanan yang telah di sediakan oleh Almira.

"Wahhh, makanannya jadi habis semua ini," ucap Bu Jaya tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Tidak masalah Bu Jaya. Saya senang jika Ibu Jaya dan Pak Jaya menghabiskan makanan kami. Oh ya, bagaimana jika kita duduk di ruang tamu saja. Biar lebih enak gitu ngobrolnya," ucap Almira membawa tamu-tamunya itu menuju ruang keluarga.

Almira sudah mengatur semuanya. Setibanya di ruang tamu, Almira akan langsung membahas mengenai perjodohan antara Gina dan juga Niko.

"Ma aku masuk ke kamar dulu ya. Aku banyak tugas kuliah soalnya," pamit Gina yang sudah curiga dengan perjodohan berkedok makan malam itu.

"Ehh, jangan dulu. Kamu temani Niko duduk di taman. Kami akan bicara hal serius dulu sebentar. Nanti, Mama dan Mamanya Niko akan memanggil kalian," ucap Almira yang tidak mau rencananya itu berantakan.

"Tapi ma, tugasku banyak sekali. Aku tidak bisa," tolak Gina berharap Mamanya itu akan berubah pikiran.

"Hmmm, maaf Tante, Om. Gimana kalau saya bantu Gina mengerjakan tugasnya. Saya sama sekali tidak keberatan kok Tante, Om," ucap Niko mengajukan dirinya, dan membuat Gina muak.

"Ah, ide bagus tuh. Ya sudah, kalian ke kamar saja. Biar kami yang bicara disini," balas Almira setuju dengan pendapat Niko.

"Nggak bisa. Kamu apa-apaan sih Ma. Gina itu perempuan, dan Niko itu laki-laki. Mama jangan seenaknya seperti itu dong," protes Aditama yang sedari tadi hanya diam melihat kelakuan istrinya itu.

Terpopuler

Comments

Nanang Aja

Nanang Aja

iklannya lama banget

2025-01-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!