Twins But Different

Twins But Different

Kelahiran si kembar

Disebuah kota di pinggiran Eropa, hiduplah sepasang suami istri yang hidup dalam kekayaan dan serba berkecukupan. Pasangan itu bernama Alice dan Win, yang usianya masih cukup muda.

Meskipun adalah keluarga yang kaya, namun karna tinggal dipinggiran Eropa, membuat keduanya hidup dalam keterbatasan akan pengetahuan dan kemajuan teknologi. Oleh karna itu juga, keduanya dikelilingi dengan berbagai mitos dan kepercayaan yang masih sangat kental, yang tak bisa dijelaskan nalar.

Alice, sang istri, kini tengah mengandung anak mereka yang diperkirakan akan lahir dalam waktu dekat, karna perut wanita itu terlihat semakin membesar.

"Alice, kenapa perutmu terlihat lebih besar dibandingkan dengan ukuran perut wanita hamil pada umumnya?" tanya Wim, terlihat penasaran.

"Entahlah. Tapi menurut dugaanku dan para wanita lain, kemungkinan anak yang ada di dalam kandunganku, adalah anak kembar"

"Anak kembar? Maksudmu sekarang kamu sedang mengandung dua orang orang bayi sekaligus?"

"Iya, sayang. Itu artinya, kemungkinan kita akan langsung memiliki dua orang anak dan bukan hanya satu. Bagaimana, apa kamu bahagia mendengar kabar ini?"

"Tentu saja aku bahagia! Aku berjanji akan bekerja lebih giat lagi untuk menghidupimu dan juga anak-anak kita"

"Terima kasih, sayang. Aku sangat mencintai dirimu, dan merasa berutung bisa memilikimu disisiku" ucap Alice, sambil membelai lembut wajah sang suami.

Pasangan suami istri itu pun mulai larut dalam kemesraan, hingga berlanjut dengan rintihan-rintihan kenikmatan yang berasal dari dalam mulut Alice.

Namun mengingat sang istri yang masih dalam keadaan hamil besar, Wim harus bisa menahan keinginannya untuk berakhir di atas ranjang. Karna meskipun hal itu tak dilarang, tapi dengan kondisi perut Alice yang dua kali lebih besar ukurannya, membuat hal itu menjadi sulit untuk dilakukan.

"Hah, hah, hah. Apakah kamu bisa berhenti sekarang Wim, aku merasa sangat kesulitan untuk bernafas"

"Tentu sayang. Maafkan aku karna sudah membuatmu harus berada dalam posisi yang sulit, aku janji akan lebih menahan diri lagi" jawab Wim, menghentikan aktifitasnya.

"Tapi apa kamu sudah memberitahu wanita yang ahli dalam membantu persalinan untuk bersiap membantu diriku dalam waktu dekat ini? Mintalah padanya untuk tidak menerima permintaan dari orang lain dalam seminggu ini, dan hanya fokus menanti waktuku"

"Aku sudah melakukannya Alice. Aku bahkan sudah membayar penuh wanita itu dengan bayaran dua kali lipat dari yang biasa di dapatkan olehnya"

"Kalau begitu, tampaknya semua hal telah selesai dipersiapkan. Kita hanya tinggal menunggu mereka berdua hadir saja"

"Rasanya aku sudah tidak sabar lagi untuk melihat wajah kedua anak kita Alice, apakah kamu tidak tahu pastinya kapan mereka akan segera lahir?"

"Aku tidak tahu, Wim. Mungkin saja bisa saat ini juga, karna aku mulai merasakan sakit di perutku" jawab Alice, sambil memengangi perutnya dengan ekspresi menahan sakit.

"Alice, kamu tidak sedang bercanda kan? Aku akan segera menyuruh orang untuk pergi memanggil wanita itu untuk membantumu melahirkan, tunggu sebentar yah"

"Cepatlah Wim, aku sudah tidak tahan lagi. Rasanya sangat sakit sekali"

Wim pun berlari ke arah belakang rumahnya sambil berteriak memanggil-manggil nama para pekerja yang sedang beristirahat setelah selesai bekerja.

Tak butuh waktu lama, pekerja yang diberi tugas oleh Wim, segera kembali bersama dengan seorang wanita tua paruh baya yang penampilannya terlihat sangat tenang, dan penuh wibawa.

Wanita itu pun dengan cepat memberikan arahan-arahan pada Alice untuk melancarkan proses melahirkannya. Dari gerak-geriknya, wanita itu terlihat sangat berpengalaman dalam menangani wanita melahirkan.

Disaat Alice tengah merintih kesakitan dan berusaha sekuat tenaga melahirkan anaknya, Wim berada di luar ruangan menunggu sang istri dengan perasaan cemas.

"Bayi perempuan" teriak wanita tua, setelah berhasil menggendong seorang bayi perempuan yang tampak sangat cantik di kedua tangannya.

"Ta, tapi kenapa perutku masih terasa sakit seolah masih ada yang ingin keluar?"

"Astaga! Ternyata benar dugaan kita selama ini Alice, kamu mengandung dua orang anak kembar. Tunggulah sebentar, aku akan segera membantumu mengeluarkannya"

"Cepatlah, aku sudah tidak tahan lagi dengan rasa sakit ini" mohon Alice disela-sela rintihannya.

Wanita itu pun dengan cepat membaringkan bayi dalam pelukannya yang masih penuh berlumar darah, pada sebuah ranjang kecil disamping tempat Alice berbaring.

Namun dibandingkan dengan sang kakak, bayi terakhir itu seolah tak ingin keluar dan bertahan sekuat tenaga dalam rahim ibunya, membuat Alice menjadi semakin kewalahan dibuatnya.

Alice yang semakin lemas, secara perlahan mulai kehilangan kesadarannya, meskipun namanya diteriakkan berulang kali ia tetap menutup kedua matanya. Untungnya, sesaat sebeluk kehilangan kesadarannya Alice berhasi melahirkan putri kedunya.

"Bagaimana, apakah anak-anakku sudah berhasil kamu bantu keluarkan dari rahim Alice?" tanya Wim, sambil berjalan masuk ke dalam kamar.

"Sudah tuan Wim. Tapi ada suatu kabar buruk yang harus tuan ketahui tentang salah satu anak tuan"

"Apa itu?"

"Lihatlah anak ini tuan, ia adalah anak terakhir yang dilahirkan oleh Alice sebelum pingsan"

Bayi itu adalah bayi kecil yang baru dilahirkan pada umumnya, namun tampilan tubuhnya agak sedikit berbeda. Kulit bayi itu berwarna seputih salju, hingga hampir tak ada warna kemerahannya sama sekali.

Selain itu, matanya yang berbulu mata lentik juga memilik warna senada dengan warna kulitnya, jauh berbeda dengan tampilan fisik bayi lain yang lahir lebih dulu darinya.

Wim menatap bayi itu dengan sedih, firasat buruk pun segera menghampiri dirinya. Entah apa yang harus dilakukannya sekarang, dan akan sehancur apa perasaan Alice saat melihat bayinya itu.

"Katakan pendapatmu tentang tampilan anakku Mirelda. Kamu pastinya lebih tahu apa arti dari semua itu"

"Maafkan aku tuan, tapi menurut apa yang telah ku pelajari selama ini, arti dari tampilan anak tuan saat ini, adalah sebuah bentuk kutukan dari seseorang yang ditujukan untuk tuan dan juga Alice" jawab wanita tua, yang ternyata bernama Mirelda.

"Kutukan? Kutukan apa maksudmu?"

"Kutukan Vampire tuan. Aku curiga, Alice tanpa sengaja sudah meminum air yang telah dibubui dengan kutukan itu, selama dirinya sedang mengandung. Sebab itu kutukan tersebut mengenai anak tuan"

"Tapi kenapa hanya salah seorang anakku saja yang terkena kutukan, sedang yang lain terlihat sangat sempurna seperti bayi pada umumnya?"

"Aku rasa, karna orang yang memberikan kutukan mengira kalau Alice hanya sedang mengandung seorang anak saja. Itulah yang membuatnya hanya menyiapkan minuman dengan kutukan untuk satu anak saja"

"Yang benar saja! Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang Mirelda, aku tidak mungkin bisa membuangnya begitu saja!"

"Masih ada dua cara lagi untuk membuktikan apakah benar anak ini telah terkena kutukan vampire atau tidak tuan"

"Apa itu? Aku pasti dengan senang hati akan melakukannya!" jawan Wim antusias.

"Membiarkan anak ini terkena sinar matahari, dan jika kulitnya seperti terbakar, maka apa yang kita curigai adalah benar. Selain itu, kita bisa menunggu hingga giginya tumbuh dan melihat apakah bentuknya sama seperti gigi milik vampire"

"Baiklah Mirelda, aku akan melakukan apa yang kamu katakan barusan supaya lebih memastikan lagi identitas anak ini".

"Aku pasti akan membantu tuan dengan senang hati" ucap Mirelda menunduk hormat ke arah Wim.

*****

Punggung Alice jatuh lemas setelah melihat wujud sang putri keduanya, ia tidak pernah membayangkan kalau dirinya akan terkena kutukan Vampir yang bertahun-tahun telah hilang dari tempat mereka.

"Wim, kenapa ini terjadi pada anak kita? Apa yang harus aku lakukan sekarang, apa aku harus rela membuangnya menjadi santapan hewan buas di hutan?"

"Alice tenanglah, kita tidak akan melakukan hal kejam itu pada anak kita"

"Tapi sekarang anak kita adalah perwujudan seorang vampire Wim. Dan jika orang lain sampai mengetahui hal ini, kita semua akan diusir pergi dari tempat ini"

"Kita akan berusaha menyembunyikannya, Alice. Lagipula belum tentu putri kita adalah seorang vampire, kita harus membuktikanya jauh lebih lanjut lagi"

Mirelda yang sedari tadi telah bersiap diposisi yang dekat dengan jendela, dengan cepat menyibakkan kain yang menutup disana. Ia sengaja membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam, dan mengenai langsung kulit sang bayi.

Pada menit-menit pertama, keadaan sang bayi masih tampak baik-baik saja, namun setelah hampir 5 menit terkena cahaya matahari, sanga anak mulai menunjukan responnya.

Seolah merasakan sakit yang teramat sangat, sang bayi mulai menangis keras dan bergerak perlahan dengan gelisah. Wim yang melihat hal itu, segera mengisyaratkan pada Mirelda untuk menutup kembali jendelanya.

"Tidak, aku mohon tidak. Kamu harus bisa baik-baik saja nak, supaya kamu bisa tetap hidup bersama dengan bunda, ayah dan juga kakakmu" pinta Alice mulai terisak.

Namun takdir berkata lain, kulit anaknya yang terkena cahaya matahari barusan, langsung berubah merah dan mengeluarkan asap seolah sedang dibakar tubuhnya.

Seketika itu juga hilang lah semua harapan Alice untuk bisa hidup bahagia. Karna tidak mungkin ia bisa menjalani kehidupannya dengan baik jika ia dengan sadar harus mau membuang putrinya sendiri.

"Alice"

"Tidak Wim, aku tidak akan memberikan anak ini padamu untuk dibuang begitu saja! Aku akan tetap hidup dan merawatnya dengan baik, sebagai bukti bahwa dia sama seperti anak lain pada umumnya"

"Aku tahu kamu bisa melakukan semua itu, tapi kita tidak akan memutuskannya nasibnya saat ini juga, karna masih ada satu hal lagi yang harus kita pastikan"

"Berarti kita harus menunggu selama satu tahun lagi, sampai hari itu tiba?"

"Betul Alice. Tapi aku ingin kamu berjanji, jika terbukti dalam tubuh anak ini terdapat kutukan yang kita duga, kamu harus mau menyerahkannya untuk dibuang dan menjadi santapan para hewan buas"

"Ba_baiklah"

"Alice jangan gugup seperti itu jawabanmu. Apa kamu lebih memilih untuk melihat kalian sekeluarga diusir oleh warga dari tempat ini, dari pada mengorbankan satu nyawa untuk kebahagiaan semua orang?"

"Aku bingung Mirelda. Keduanya adalah sama-sama anakku, aku tidak mungkin tega melakukan hal kejam seperti itu!

Dengan berlinang air mata, Alice membawa anak dalam dekapannya pergi dari ruanga itu meninggalkan sosok Wim berdua dengan Mirelda. Keduanya pun hanya bisa terdiam membisu membiarkan Alice melakukan apa yang ingin dilakukannya.

"Sekarang bagaimana tuan? Tuan pasti tahu apa akibatnya jika membiarkan anak itu tetap hidup, itu hanya akan membawa bencana bagi kita semua"

"Kamu tenang saja, aku sendiri lah yang akan membujuk Alice. Tapi tunggu hingga anak itu sudah memiliki giginya, barulah kita kembali memutuskan apa yang harus dilakukan dengannya"

"Baik tuan" jawan Mirelda patuh.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Addyu

Addyu

hai, baru baca ep 1 aja udh suka, tulisannya rapih, semangat yah,

jika berkenan, mampir juga yah ke novelku ALESHA dan ANANTARA ^_^

2022-10-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!