Awal malapetaka

Beberapa tahhn pun terlewati begitu saja, dan kedua bayi kembar itu kini telah menginjak usia 7 tahun. Wim memilih negara Indonesia untuk menjadi tempatnya bersembunyi bersama keluarga kecilnya.

Selama itu, keluarga mereka tak pernah sekali pun keluar dan berbaur dengan orang-orang sekitarnya. Semua keperluan yang dibutuhkan Wim dan keluarganya, diantarkan secara berkala oleh seorang suruhan yang telah di pekerjakan oleh Ziel.

Meskipun telah berada jauh dari tempat kelahirannya, Wim tetap bisa hidup dalam kekayaan yang telah ia kumpulkan selama bertahun-tahun.

Dan lagi-lagi itu semua berkat bantuan sang kakak iparnya, Ziel. Dia jugalah yang kini mengambil alih semua usaha Wim di Eropa, dan hasilnya dikirimkan ke Indonesia.

Ziel juga lah yang telah mengubah pemikiran Wim, sebelum membawa Mirelda masuk ke rumahnya untuk memusnahkan Alina.

Meskipun Wim belum mengatakan keputusan yang dipilihnya, namun Ziel tetap bersikeras mempersiapkan segala sesuatu untuk Wim dan keluarganya, bisa kabur dari sana.

Dan terbukti, semua usaha pria itu memang dibutuhkan dan sangat membantu Wim bersama Alice, serta kedua keponakannya.

Kini kedua anak kembar itu sedang asyik bermain bersama, namun bedanya mereka terpisah oleh sebuah pintu.

"Aku bosan berada di dalam kamar ini, Alana. Apa tidak bisa aku keluar dan bermain bersamamu di luar sana?"

"Sebenarnya aku juga sangat ingin bisa bermain bersamamu secara langsung dan tidak terhalang oleh pintu seperti ini, Alina. Tapi ayah dan ibu pasti akan memarahi kita berdua"

"Apa tidak bisa kamu membujuk ayah dan ibu untuk membiarkan aku keluar dari kamar ini? Aku benar-benar merasa sangat sesak dan juga bosan, di dalam sini Alana"

"Baiklah, akan aku coba"

"Terima kasih Alana. Kamu memang kakakku yang baik dan penuh pengertian"

"Sama-sama Alina"

Alana pun berjalan menuju ke arah kamar kedua orang tuanya untuk bisa melakukan apa yang disuruh oleh Alina.

Saat membuka pintu kamar Wim dan Alice, Alana mendapati keduanya masih berada di balik selimut dan juga terlihat sangat kelelahan, seperti habis melaukan sebuah pekerjaan berat.

"Astaga Alana, kamu membuat ibu terkejut nak! Ada apa kamu tiba-tiba masuk ke dalam kamar ayah dan ibu?" tanya Alice bingung.

"Tadi Alina mengeluh padaku bu. Kata Alina, dia merasa bosan dan juga sesak karna harus terus berada dalam kamarnya setiap saat. Alina menyuruhku untuk datang membujuk ayah dan ibu, supaya mau mengijinkannya keluar dari kamar. Apa boleh?"

"Tidak boleh! Harus berapa kali ayah katakan padamu, kalau Alina tidak boleh keluar dan harus terus berada dalam kamarnya? Apa kamu mau sesuatu yang buruk terjadi pada adikmu?" marah Wim.

"Tidak ayah"

"Lalu kenapa kamu masih saja bersikeras untuk membantunya keluar? Ini bukan kali pertama kamu seperti ini Alana, apa kamu senang terus dimarahi oleh ayah?"

"Tidak ayah, maafkan Alana. Alana berjanji kalau Alana tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi, dan ini akan menjadi yang terakhir kalinya" jawab Alana takut.

"Sudahlah Wim, kamu tidak perlu semarah itu pada Alana. Dia kan hanya sedang ingin mencoba untuk mewujudkan keinginan Alina, adiknya"

"Tapi ini bukan yang pertama kalinya mereka berdua meminta sesuatu yang mustahil untuk kita kabulkan. Aku sudah cape mendengarnya Alice, apa tidak bisa kita mengatakan yang sebenarnya saja pada mereka tentang Alina?"

"Tidak! Memberitahukan yang sebenarnya, hanya akan membuat hubungan mereka menjadi jauh. Alana pasti akan merasa takut berada dekat dengan Alina, aku tidak mau hal itu sampai terjadi"

"Kalau begitu lakukan sesuatu, supaya mereka tidak terus-terusan meminta hal yang sama berulang kali!"

"Kenapa tidak kita turuti saja keinginannya? Aku rasa tidak akan ada sesuatu yang buruk bisa terjadi, jika kita selalu mengawasi Alina saat dirinya berada diluar"

"Apa kamu sudah gila? Aku mohon jangan meminta sesuatu yang tidak akan bisa aku kabulkan, Alice. Cukup permintaanmu untuk tetap membiarkan anak itu hidup, yang aku kabulkan!"

"Aku hanya kasihan padanya, Wim. Apa kamu tidak merasa kasihan, melihatnya harus menghabiskan masa kecilnya dalam sebuah ruangan kecil itu, tanpa bisa bertemu orang lain bahkan keluarganua sendiri!"

"Kali ini keputusanku tidak akan bisa diubah Alice, dan jika kamu tetap mengeluarkannya dari sana, maka akan ku bunuh anak itu dengan kedua tanganku sendiri! Camkan itu!" ancam Wim tanpa kasihan.

Setelah itu, Wim memakai kembali pakaian yang telah dilepaskannya dan berjalan keluar dari kamar, meninggalkan Alice seorang diri bersama Alana yang masih berdiri ketakutan.

Melihat putri sulungnya ketakutan seperti itu, Alice hanya bisa meraih gadis itu masuk ke dalam pelukannya dan mengusap rambutnya penuh kasih sayang.

"Sabar yah sayang, ibu yakin suatu saat nanti Alina dan kamu bisa bermain diluar bersama dengan bebas. Alana mau kan bersabar hingga saat itu tiba?"

"Alana mau bu"

"Anak pintar. Kalau begitu, ayo kita pergi menemui Alina dan menghibur dirinya supaya tidak merasa sedih, karna tidak diizinkan keluar kamar oleh ayah"

Mendengar ajakan Alice, Alana seketika menjadi bersemangat kembali. Gadis kecil itu mengangguk-anggukan kepalanya berulang kali, sebagai tanda setuju.

Alice yang merasa gemas melihat tingkah Alana, segera menggendong putrinya itu dan berjalan ke arah kamar Alina berada.

"Alana? Apa kamu kah itu yang datang? Aaku bisa mendengar langkah kakimu" seru Alina dari dalam kamar, saat mendengar suara langkah kaki mendekat ke arah kamarnya.

"Iya Alina, tapi kali ini aku tidak sendiri. Ada ibu yang datang bersamaku untuk menemui dirimu"

"Ibu? Apa itu berarti keinginan kita terkabul, dan aku bisa keluar dari sini?"

"Maaf Alina, tapi ayahmu tidak memberikam ijin untukmu bisa keluat dari sana" jawab Alice dengan suara selembut mungkin.

"Ah, begitu. Aku sebenarnya sudah bisa menduga hal itu, hanya saja hati kecilku mau tidak mau terus berharap sesukanya. Ibu tidak perlu minta maaf, aku baik-baik saja"

"Alina, kamu yang sabar yah nak. Ibu janji kalau suatu saat nanti, kamu akan bisa keluat dari kamar itu dan bisa bertemu dengan Alana serta ayah dan ibu secara langsung"

"Iya bu. Terima kasih" jawab Alina dengan suara yang terdengar seperti hampir ingin menangis.

Alice yang mendengarnya turut ikut merasa sedih. Namun yang bisa dilakukannya hanya menangis, sambil menempelkan wajahnya ke atas pintu kamar putri bungsunya itu.

Tak ketinggalan, Alana pun turut memeluk tubuh sang ibu untuk memberikan sebagian kehangatan supaya bisa menghibur hati Alice yang tengah bersedih.

"Ya tuhan, apa yang harus aku lakukan pada kedua ibu dan anak itu? Kalau terus seperti ini, bisa-bisa suatu hari nanti mereka akan membuka pintu kamar Alina tanpa adanya ijin dariku!" gerutu Wim, yang tanpa sengaja ikut mendengar dan menyaksikan semua yang terjadi.

*****

Suatu hari, pria yang dipekerjakan oleh Ziel untuk selalu membawakan semua keperluan yang dibutuhkan Wim dan keluarganya, datang bersama dengan seorang anak pria yang umurnya, seumuran dengan si kembar.

Anak pria itu adalah seorang anak yatim piatu yang diangkatnya dari jalanan untuk bekerja padanya. Ini bukan kali pertamanya sang anak ikut datang ke rumah keluarga Wim.

Anak itu bahkan sering datang dan sesekali juga bermain bersama dengan Alana. Anak itu bernama, Albert. Albert adalah anak yang lincah dan penuh dengan rasa ingin tahu.

Albert memiliki rasa ingin tahu tentang siapa yanh berada di balik pintu sebuah kamar, yang biasa diajak bicara oleh Alana. Tapi setiap kali ditanya, Alana tak pernah ingin mengatakan hal itu pada Albert.

Hingga tiba hari dimana Albert akan segera bertemu dengan penghuni kamar itu, dan membuat hari itu menjadi hari yang tak akan pernah terlupakan oleh semua orang.

"Albert, tolong ambilkan keranjang buah diatas meja yang ada di dekat kamar ujung itu. Aku akan menunggumu di depan rumah" perintah pekerja pria itu.

"Baik pak"

Albert pun dengan patuh berjalan ke arah meja tersebut. Namun kunci yang tergantung di pintu kamar Alina, menarik perhatian Albert.

Dengan berani, ia memutar kunci itu supaya bisa membuka pintu dan melihat siapa yang ada di dalam kamar itu. Alina yang berada di dalam, merasa heran melihat pintu perlahan terbuka.

Ia pun menjadi siaga, sambil memegang sebuah vas bunga ditangannya. Dan saat melihat sosok Albert yang asing muncul disana, Alina langsung teringat akan ucapan Wim padanya.

Meskipun tidak pernah bertemu langsung, namun Alina mengetahui seperti apa rupa semua anggota keluargnya yang lain melalui sebuha foto. Dan dalam foto itu, tak ada wajah Albert.

Itu berarti Albert bukanlah keluarga dan ia adalah orang asing. Wim mengajarkan pada Alina, bahwa orang asing adalah musuhnya dan harus dijauhi atau dilawan saat mereka mendekatinya.

Oleh karna itu, Alina dengan cepat memburu maju ke arah Albert lalu memukul kepala bocah pria itu menggunakan vas kaca yang dipegangnya.

"Mati kamu! Mati! Dasar orang asing, berani sekali kamu masuk ke dalam kamarku! Mati kamu!" ucap Alina, sambil terus-menerus memukul kepala Albert hinhha mengeluarkan banyak darah.

"Hentikan, aku bukan orang jahat. Aku minta tolong, berhentilah memukulku! Tolong! Aku mohon tolong aku" teriak Albert sekuat tenaga.

"Diam kamu orang asing! Kata ayah jika orang asing sepertimu mendekat, aku harus melawan kalian! Akan ku bunuh kamu saat ini juga!"

"Ya tuhan, Alina! Apa yang kamu lakukan pada Albert nak? Cepat hentikan! Wim! Tolong cepatlah kemari Wim!" teriak Alice histeris.

Alina yang melihat sosok ibunya berteriak ketakutan, bukannya segera menghentikan aksinya, ia malah menjadi lebih bersemangat lagi.

Entah mengapa Alina merasa sangat puas, seolah dirinya baru saja menemukan sebuah permainan yang bisa membuatnya terbebas dari rasa bosan yang selama ini menguasai dirinya.

Gadis kecil itu bahkan terus memukul kepala Albert meskipun bocah itu sudah tak lagi bergerak. Ia bahkan menggigit lehernya, lalu tertawa puas sambil menengadah ke atas langit-langit rumah.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Addyu

Addyu

kasian, Alina di kurung di kamar, terus sekarang dia lakuin hal yang pasti bakalan kena marah Wim lagi, padahal kan Alina gak tau apa-apa

lanjut kakak

2022-10-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!