HEARTBREAK

HEARTBREAK

CHAPTER 1

Jika aku mampu mencintaimu dengan benar kisah kita tidak akan seperti ini.

Saat itu aku hanya remaja yang tidak tahu bagaimana cara menyikapi hal yang sering disebut orang dengan julukan cinta.

Yang ku lakukan adalah sesuatu hal buruk, saat itu aku benar-benar seseorang yang payah. Seharusnya waktu mampu mengajarkanku bagaimana aku harus menyikapi cinta. Namun sayang semua terlambat aku sudah terlanjur membuat kesalahan begitu banyak.

Oleh karena itu biar aku kembali dengan membawa harapan.

Biarkan aku memulai semuanya dari awal, aku akan melakukannya dengan benar kali ini. Tolong berikan aku banyak waktu.

Aku mohon

🐻🐻🐻🐻🐻

Jam telah menunjukkan pukul 22.30 tapi seorang gadis masih saja sibuk membuat minuman untuk para pelanggan.

"Evelyne.. Lo pulang aja,bukannya besok lo ada kelas" ucap sang bos.

"Nanti aja gak masalah, masih ada pelanggan nggak enak kalau main tutup aja"

"Biar gue sendiri aja yang tutup kafe"

"Nggak bisa gitu dong, kita harus tutup kafe sama-sama, lagipula kita pulang barengkan? Atau gue naik taksi aja ntar"

"Oh iya, kita pulang bareng, suka lupa gue"

"Kebiasaan" Evelyne menghela nafas kasar, jujur saja dia lelah.

"Btw, kuliah Lo gimana?" Tanya Edzard.

"Sejauh ini lancar, tapi biasalah gue harus mengumpulkan biaya lebih banyak lagi, gue pengen cepet-cepet lulus jadi kayanya gue harus mempersiapkan segala macem sebelum nantinya gue akan mulai bimbingan skripsi. Jadi sebagai bos yang baik hati sudah seharusnya Lo naikin gaji gue" Evelyne kemudian terkekeh geli.

"Ngelunjak lo jadi pegawai, gue pecat mampus lo"

"Semoga aja gue cepet lulus. Ntar gue nyari kerja di tempat baru, bosen gue lihat Lo"

"Ngeselin niih anak, EVELYNE"teriak Edzard yang membuat Evelyne menutup telinganya.Teriakan Edzard berakhir kala suara bel terdengar yang berarti seorang pembeli memanggil mereka.

🐻🐻🐻

"Apa apaan kamu ini Vin, setiap hari kerjaannya cuma balapan liar, mabuk mabukan, bikin ulah terus. Percuma Vin papa kuliahkan kamu sampai ke luar negeri, tapi apa? Kamu malah di drop out. Bagaimana mungkin papa nyerahin perusahaan papa ke kamu. Sebagai satu-satunya anak papa sudah seharusnya kamu ini perjuangkan semuanya dengan baik. Karena kamu adalah satu-satunya harapan papa"

"Sudahlah anda tidak perlu berpura-pura peduli dengan saya, urusi saja wanita anda"

Plak

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Azelvin. "Kamu itu benar benar anak kurang ajar. Sebenarnya apa yang membuat mu seperti ini nak?"

"Haha lucu sekali, anda masih bertanya? Kalau anda ingin tahu, ini semua karena kesalahan anda sendiri" Azelvin tertawa sumbang.

"Omong kosong apa yang kamu ucapkan Vin. Dari kamu kecil sampai sekarangpun kamu gak pernah merasakan rasanya menjadi orang miskin. Fasilitas yang papa kasih sudah cukup kamunya saja yang tidak bisa memanfaatkan dengan baik"

"Tapi anda juga lupa, kalau saya juga tidak pernah merasakan sesosok ayah disisi saya" talak, ucapan Azelvin benar-benar menjadi sebuah tamparan keras bagi seseorang yang ada dihadapannya ini.

"Asal kamu tahu papa itu kerja buat kamu, buat keluarga kita, supaya kamu jadi orang yang sukses nantinya. Papa peduli sama kamu, papa gak mau kamu jadi orang yang gak jelas luntang-lantung di jalanan"

"Untuk saya? Untuk keluarga kita? Apakah wanita itu juga keluarga kita? Bahkan anda tidak peduli kepada mama saya, anda tidak pernah peduli dengan keadaan mama saya"

"Kamu salah Vin, meskipun papa nggak cinta sama mama kamu, tapi papa peduli dengan mamamu nak"

"Ooh... jadi selama ini tidak ada sedikit cintapun yang anda berikan pada mama saya, dan apa tadi? Peduli ya? Oooh dengan anda selalu bersama wanita lain itu berarti anda peduli dengan mama saya, apa seperti itu?"

"Apakah selama ini fasilitas dan semua yang mamamu butuhkan masih kurang?"

"Anda tidak peduli dengan perasaan mama saya, jika anda mencintai wanita itu maka nikahi dia dan ceraikan mama saya"

Azelvin pergi dari hadapan papanya, dia sudah muak dengan papanya. Bagaimana bisa papanya bersama dengan wanita lain setiap saat, tanpa memperdulikan mamanya yang kini tengah meringkuk di rumah sakit jiwa, karena gangguan psikologis.

Azelvin kini ke sebuah kafe yang biasa dia kunjungi, tak lupa dia memakai topi dan masker untuk menutupi wajahnya, bukan karena dia artis, tetapi ada hal lain yang mengharuskan dia merahasiakan identitasnya, entah bagaimana caranya.

Azelvin duduk di salah satu kursi yang telah di sediakan, dia menempati meja yang berada di paling pojok, sudah satu bulan ini dia sering ketempat ini, hanya untuk melihat sosok yang ia rindukan. tak lama seseorang yang dia tunggu datang.

"Mau pesan seperti biasanya mas" tanya seorang pelayan sembari tersenyum manis.

Azelvin tidak bersuara namun hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

🖤🖤🖤🖤

"Edzard bantuin bikin bubble tea dong"

"Baru kali ini gue nemuin pegawai ngasih perintah ke bosnya"

"Kan gue minta tolong"

"Emang ada minta tolong kaya gitu?"

"Ada kok"

"Nggak cuma Lo doang kayaknya. Eh btw, ini kafe udah mau tutup kenapa masih ada pelanggan lagi?"

"Rejeki nih, cuma satu kok. Pelanggan yang baru-baru ini sering kesini, cuma sebentar mungkin udah malam gini"

"Pelanggan yang mana?

"Pelanggan yang selalu nutupin wajahnya, mungkin aja dia nggak mau identitasnya terbongkar atau ada sesuatu yang terjadi dengan wajahnya jadi harus ditutupi. Tapi kayaknya dia artis deh, kelihatan banget dari matanya kalau dia ganteng."

"Masasih? tapi gue juga mikir kaya gitu. Gantengan gue kemana-mana"

"Alaaah kaya bisa mikir aja lo, iyain aja"

"Kurang ajar, udah cepet bikin pesenannya" tanpa menanggapi ucapan Edzard, aku segera membuat pesanan pelanggan itu.

"Silahkan dinikmati hidangannya" ucapku dengan sopan kepada pelanggan itu. Aku merasa dia menatap dengan tatapan aneh. Tapi aku tidak terlalu memikirkan hal itu, karena aku sudah menghadapi berbagai macam kriteria pelanggan. Tanpa banyak berpikir karena akan lebih baik jika aku segera kembali kebagian dapur.

"Edzard, ini udah jam segini, mau tutup jam berapa?"

"Nunggu pelanggan satu itu, lagian kenapa dia nggak pulang-pulang sih, udah kaya bang Toyib aja"

"Sabarlah, mendingan beres-beres dulu, nanti kalau pelanggan itu udah pergi, tinggal tutup kafe" saran ku yang diterima Edzard.

Aku segera membersihkan dapur sementara Edzard nampak mencatat bahan yang perlu dibeli lagi, setelah selesai aku mulai membersihkan tempat para pelanggan dari mulai membersihkan meja, tetapi aku merasa pelanggan yang ku tebak adalah seorang aktor itu kini tengah memperhatikanku. Aku melihat kearahnya dan tersenyum, mungkin dia memperhatikanku karena merasa tidak nyaman. Bagaimana tidak? dia sedang menikmati hidangannya dan aku malah sudah membersihkan ruangan ini, meskipun jarak kami cukup jauh. Tapi tetap sajakan bisa mengganggu kenyamanan.

Edzard kenapa tidak membantu? Dasar dia itu menyebalkan, tapi bagaimanapun juga dia adalah sumber keuanganku.

Tak lama kemudian pelanggan itu pergi, aku segera merapikan meja itu, namun pandangan mataku tak luput dari sebuah amplop coklat yang berisikan uang di dalamnya. Aku berlari keluar kafe, tetapi pelanggan itu sudah tidak ada. Apa sebaiknya aku simpan uang ini dulu? mungkin besok dia kemari.

"Wiih wiiih wiiih, duit saha noh?" Tanya Edzard yang tiba-tiba datang entah darimana dengan mengambil amplop itu dari tangan ku.

"Duit pelanggan, kenapa? Mau lo embat?"

"Kirain punya lo, bisalah gue ngutang"

"Sa ae Lo kutil, duit sebajibun masih mau ngutang?"

"Udah nih, duitnya lo aja yang simpen, oh ya besok lo jaga kafe sendiri ya? Soalnya gue ada urusan penting"

"Iya deh, orang penting mah sibuk"

Aku merasa beruntung karena mengenal Edzard, dia benar benar orang yang baik. Aku berhutang banyak padanya, dia membantu biaya kuliahku, biaya pengobatan adikku, dan masih banyak lagi hal yang dia lakukan untuk membantuku, aku berjanji akan membayar semua kebaikannya.

"Udah yuk, gue anterin pulang, bengong mulu gue tau kok gue ganteng, baik hati, gak sombong, rajin menabung dan taat beribadah"

Jalanan nampak sepi, suara motor Edzard memenuhi pendengaranku, malam ini tampak sepi, angin semilir menerpa menyapa kulit, hawa dingin mulai terasa, ku eratkan pelukanku pada Edzard. Akhirnya kami sampai juga di depan rumahku.

"Makasih udah di anterin"

"Gue tidur sini ya, males pulang... jauh, di rumah juga sepi"

"Gue takut...."

"Nggak kok gue gak bakalan ngapa-ngapain lo, janji deh"

"Gue takut gue yang ngapa-ngapain lo"

Hanya sekedar lelucon tak berkelas yang ku lontarkan asal itu ternyata dapat membuat kami tertawa.

"Yaudah cepet sana masuk"

Edzard memang seringkali ke rumahku, terkadang dia juga tidur di rumahku. Aku mengizinkannya karena dia yang membeli rumah ini, meskipun rumah ini sederhana tetapi ini sangat berarti bagiku. Rumah ini hanya memiliki satu kamar, satu kamar mandi, satu dapur, satu ruang tamu, dan satu lagi ruangan tempatku bersantai, di ruangan tempatku bersantai ada satu televisi dan juga ada sofa biasanya Edzard tidur disana.

"Lo kenapa nggak masuk?" tanya Edzard

"Gue mau bersihin teras dulu nih, kotor" jawab ki

"Besok pagi-pagi kan bisa, malem-malem nyapu, ntar kalau ada mbak Kunti mampus lo"

"Udah sana lo tidur duluan deh, nakut-nakutin orang aja"

"Gue ngantuk bhaaay"

Aku melanjutkan menyapu teras karena sungguh aku tak sanggup melihat sesuatu yang kotor.

Aku merasa ada yang memperhatikanku atau mungkin ini hanya perasaanku saja?

Bulu kudukku berdiri aku merasa was-was, yang ku tahu larangan menyapu malam-malam adalah mitos.

"Kok cepet? lo nyapu lantai apa liatin lantai?" Tanya Edzard terheran dengan kedatanganku.

"Gue merinding soalnya"

"Di bilangin gak percaya, siapa suruh? rasain lo" aku memberikannya pukulan kecil yang membuatnya meringis, bukan karena sakit dia hanya ingin mengejekku saja, selanjutnya ia menertawakan kebodohan ku.

"Udahlah males gue ngomong sama lo,gue mau tidur"

" Evelyne" panggil Edzard dengan canggung.

"Apaan?"

"Good night"

"Night to"

🐼🐼🐼🐼

Aku benar-benar muak dengan sikap orang tua itu yang notabene nya adalah papaku, memutuskan untuk pergi ke kafe bukanlah hal buruk untuk saat ini, lagi pula aku ingin mengobati rindu. Seperti biasa aku tidak akan lupa untuk menutup wajahku, agar dia tidak tahu identitasku.

"Mau pesan seperti biasanya mas" tanyanya sembari tersenyum manis, senyum itu benar benar menjadi candu untukku. Aku tak menyangka dia bahkan hafal dengan apa yang aku pesan, atau karena aku sering kesini dan memesan hal yang sama.

Aku hanya menjawabnya dengan anggukan. Kemudian punggung itu menjauhiku. Memeluknya? Ide gila itu muncul. Ya aku ingin melakukannya, namun sial aku sungguh tak bisa.

Pesananku sampai dan aku menikmatinya sekarang. Disini tidak ada lagi pelanggan lain hanya aku yang tersisa. Aku melihatnya bersih bersih, dia terlihat kelelahan, setiap pergerakannya tidak ada yang terlewatkan dari penglihatanku.

Kurasa aku sudah lama disini, aku harus segera pergi karena kasihan dia tidak mungkin pulang dan menutup kafe ini jika aku belum pergi. Aku meninggalkan amplop yang berisikan sejumlah uang, karena aku yakin dia membutuhkan uang sekarang.

Aku meninggalkan kafe dan memacu kendaraanku ke sebuah gang gelap dekat kafe itu karena aku masih ingin melihatnya, benar saja... seperti dugaan ku dia keluar kafe yang ku yakini mencariku untuk mengembalikan uang tersebut.

Aku terus memperhatikannya dari jauh, namun lelaki biadab itu mengganggu penglihatanku , rasanya ingin ku lemparkan sesuatu tepat di kepala si sialan itu.

Aku bahkan mengikuti sampai kerumahnya, dan rasa kesalku bertambah, karena lelaki itu menginap di rumahnya, sungguh sialan sekali.

Aaaah sialan....

Kenapa dia bersih-bersih? Apa tidak lelah? Tapi ini kesempatan untukku agar bisa melihatnya lebih lama lagi, aku mulai maju perlahan mendekat, tapi kurasa dia sadar jika sedang diintai, karena aku dapat melihat bagaimana dia menelusuri pandangannya dan terbirit memasuki rumahnya, lucu sekali. Padahal aku masih ingin melihatnya, tapi tak apa masih ada hari esok, biar dia beristirahat.

Aku berjalan mendekat ke rumahnya dan mengintip dari jendela kamarnya. Dia benar-benar terlihat cantik bahkan saat dia tertidur. Ada sedikit rasa lega, karena lelaki itu tidak tidur di kamarnya.

🐻🐻🐻🐻

Sinar mentari membangunkan ku dari tidur. Pagi ini cuacanya cerah dan menambah semangatku.

"Edzard bangun, gue mau berangkat kuliah niih. Lo mau gue kunciin? Bangun woooi!!!!!"

"Iya ini udah bangun"

"Ish... katanya bangun tapi masih mejem itu mata"

"Iya niiih udahkan"

"Mandi sana terus sarapan"

"Males mandi, cuci muka ajadeh"

"Jorok"

"Mandinya ntar di rumah aja, gue nggak bawa baju ganti"

"Terserah"

Benar saja, Edzard hanya mencuci wajahnya dan tidak mandi.

"Makasih"

"Kurang ikhlas makasihnya, udah di anterin juga"

"Terimakasih tuan tampan"

"Naaah gitu, maaf nanti pulangnya nggak bisa jemput"

"Gampang lah"

"Yaudah kuliah yang benar, gue balik ya"

"Hati hati"

"Sayaaaaaang" ucap seseorang yang kini merangkulku.

"Berisik, nggak malu apa dilihatin orang banyak?"

"Ish Evelyne nggak seru, sebenernya lo ada hubungan apa sama Edzard?"

"Apa ya? Gue juga ngak tau, bisa di bilang dia bos gue, temen gue, apa ya...."

"Deket banget, udah kaya idung sama upil"

"Enak aja lo, lagian dia juga udah punya pacar, kayanya sih nggak tau juga gue, Grace gimana tugas Lo"

"Ish bawaannya badmood kalau bahas tugas, mending bahas yang lain, oh ya btw nanti temenin gue ya?"

"Sibuk"

"Idiih sama sahabat sendiri jutek amat"

"Edzard sibuk, gue harus jagain kafe sendiri"

"Bentar doang kok, gak lama"

"Iya, kemana?"

"Mall, gue mau beli kado buat my sweet heart"

"Yang punya pacar bebas"

"Makanya cari pacar dong"

"Gak ada yang suka sama gue"

"Siapa yang bilang?"

"Guelaaah"

"Niih ya, gue kasih tau, Edzard itu suka sama Lo, gue bisa jamin 99,99% . Lo pikir aja, mana ada orang yang mau nganterin kemana mana, baik, suka bantuin, terus siap kapan aja, kalau itu orang gak punya rasa menurut Lo apa?"

"Ngaco Lo, dia itu sahabat gue"

"Kan sekarang, nggak tau kalau besok"

"Udah yuk, keburu dosen dateng"

"Lo duluan aja, flashdisk gue ketinggalan di mobil"

"Dasar ceroboh, yaudah gue duluan"

Aku melangkahkan kakiku menuju ke kelas.

Belum sempat aku duduk, pandangan ku terpaku pada sebuah kotak yang berada di atas meja yang biasa ku tempati.

" Khem ini punya siapa ya?" Tanyaku yang tidak mendapat respon sesuai harapan.

"Gak tau gue baru berangkat"

"Gue berangkat paling awal sih, tapi udah ada kotak itu di meja lo"

"Beneran ngak ada yang tahu ini punya siapa" tak ada suara dari mereka, mereka hanya menggelengkan kepalanya.

Aku membuka kotak tersebut yang berisikan sebuah gelang dan terdapat juga sticky note yang bertuliskan.

"Awali pagi mu dengan senyuman dan bersemangatlah hari ini, kamu tak akan sendirian, aku akan menemanimu nanti"

Apa maksudnya? Aku benar-benar tidak paham dengan itu. apakah ini semacam........?? Aaaa sudahlah. saya tidak tahu ini milik siapa dan produk bagi siapa.

❤️❤️❤️❤️

Kini Evelyne tengah kebosanan karena menunggu Grace yang tak kunjung membeli barang.

"Aah lo lama banget elaaah. Gue harus buka kafe, cepet dong"

"Makanya lo bantuin gue"

"Lo dari tadi cuma muter-muterin mall, dan lo juga belum nentuin mau beli apakan?"

"Guekan bingung"

"Gini deh sekarang lo mau ngasih kado pacar lo apa?"

"Gue bingung rekomendasiin kek"

"Sepatu"

"Gue udah pernah beliin dia sepatu"

"Jam tangan"

"Udah juga"

"Jaket"

"Udah"

"Tudung"

"Udah"

"Sweter"

"Udah"

"Kayanya lo udah beliin banyak barang buat pacar lo"

"Emang iya"

"Jangan-jangan di rumah pacar lo isinya barang mempersembahkan lo semua"

"Ya nggak juga lah, emang pacar gue miskin apa?"

"Tau deh bingung gue, lo beliin mall aja sekalian,belum pernahkan?"

"Ngaco lo, duit gue mana cukup"

"Gimana kalau kue aja?"

"Udah sering, niiih ya.. gue tuh pengen ngasih yang berkesan, yang gak bisa habis, biar ada kenangan gitu"

"Pake kenangan-kenangan segala udah kaya mau......"

"Apa haaah mau apa?" Bentak Grace

"Gak jadi"

"Cepet bantuin mikir kek"

"Gimana kalo baju couple aja"

"Bukan ide buruk, yuk kita cari"

Evelyne tengah membantu memilih baju untuk sahabatnya tercinta itu. Evelyne sedikit kesal dengan ulah sahabatnya itu, tadi Grace sudah berjanji untuk tidak berlama-lama, tapi pada akhirnya tetap saja.

Evelyne jadi tahu sebentar lagi untuk seorang perempuan berbelanja itu bisa memakan waktu berjam-jam, kini ia menyesal karena menuruti kemauan sahabatnya untuk menemani berbelanja, yang membuat mati kebosanan. Dan terlambat membuka kafe, entah bagaimana reaksi Edzard jika tahu apa yang dilakukan Evelyne.

Hay hay

Jangan lupa vote dan komen

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!