Rasanya sangat menyenangkan seperti ini, berada dalam satu tempat dengan mu, hanya kita tidak ada orang lain. Tidak percuma aku memberikan uang ku kepada mereka, agar mereka tidak datang ke kafe ini. Uang adalah hal mudah untukku, lagi pula si Jackson Aleston itu tidak memiliki keturunan lain selain aku, jadi tidak masalah aku berbuat seperti ini.
Setiap detik ini akan ku ingat selalu, detik demi detik ini tidak akan ku lewatkan, bahkan aku tak sanggup berkedip. Sebenarnya aku tidak tega melihatnya yang lelah dan bimbang, mungkin dia takut karena kafe ini sepi.
Aku sudah melakukan ini 4 kali seingatku. Yang pertama saat ada Edzard lalu yang kudapatkan adalah melihat kemesraan antara keduanya, tertawa bersama,bercanda gurau, itu membuat ku ingin menggantikan posisi Edzard. Dan aku tidak melakukannya lagi jika ada Edzard, oleh karena itu aku hanya melakukannya ketika Edzard tidak berjaga di kafe sehingga hanya ada Evelyne dan aku, ya........ Hanya kita.
Kemudian Evelyne berbicara dengan orang diseberang sana melalui via telepon, kurasa itu Edzard. Aku mendengarkan semuanya dengan jelas, apa-apaan Edzard itu, berani beraninya dia menggoda Evelyne dengan gombalannya yang tak berkelas dan menjijikkan. Awas kau Edzard aku akan melakukan perhitungan dengan mu, kau harus tau Evelyne itu milikku, hanya milikku,apa yang menjadi milikku akan tetap menjadi milikku dan akan terus seperti itu,siapapun tidak berhak mengambilnya dari ku.
"Edzard sialan" gumamku
Evelyne pergi kebelakang kurasa dia pergi ke dapur. Aku meninggalkan amplop berisikan uang dan juga baju yang dia inginkan tadi sewaktu dia pergi dengan teman sialannya itu. Bisa bisanya temannya itu membuat Evelyne menunggu lama dan hampir mati karena kebosanan. Ngomong-ngomong soal itu, tadi aku tidak sengaja bertemu Evelyne di mall, betapa senangnya hatiku, benar kata orang 'jodoh nggak akan kemana'. Dia terlihat sedang memilihkan barang untuk temannya, dan dia juga melihat baju, dari tatapannya aku melihat dia menginginkan baju ini. Tapi dia tidak membelinya, bukankah aku sudah memberinya uang dalam amplop kemarin, apa mungkin Evelyne ragu untuk memakai uang dariku? Aaah.... Bisa saja dia berpikiran aku akan menggambilnya. Setelah Evelyne pergi dari sana, aku membeli baju yang dia inginkan, dan ternyata itu baju couple. Aaah..... Gadis itu benar-benar membuatku gila. Jika dia membeli baju couple untuk siapa yang satu lagi? Tidak mungkin bukan dia akan memakai semuanya? Edzard? Atau aku? Persepektif yang gila.
Setelah meletakkan amplop dan baju itu aku pergi dari kafe itu untuk bertemu dengan para sahabat ku.
🏍️🏍️🏍️🏍️🏍️
Akhirnya aku sampai di rumah Ezra.
"Wooooi" ucapku dan duduk di sofa sebelah Axel dan mengambil makanan yang berada di tangannya.
"Idih main comot-comot aja lo, beli sendiri kek" ucap Axel dan mengambil lagi makanannya dari tanganku.
"Itu makanan juga bukan lo yang beli, paling lo ngambil punya Ezra"
"Ya terserah gue dong"
"Ya berarti terserah gue juga dong"
"Udah siih, makanan pake berebut, ntar gue beliin sepabriknya, Lo vin masuk rumah orang bukannya permisi atau ketok pintu lah minimal, atau gimana gitu, ini malah wooi" ucap Ezra menghentikan perdebatanku dengan Ezra yang unfaedah.
"Ya ya ya"
"Ooh iya, vin ntar ada balapan lo ikut nggak? gengnya Alvero nantangin"
"Heran gue gengnya Alvero kenapa dah? Dari SMP sampe sekarang nantangin kita mulu" Azelvin tampak tak senang dengan apa yang dia katakan.
"Kita?" Tanya Axel
"Ya, gue doang"
"Lo ikut nggak?"
"Jam berapa, jam 11"
"Tumben biasanya juga jam 12 malam"
"Mungkin Alvero mau tanding ulang kalau kalah" ucap Axel yang menjawab rasa penasaran ku, sebenarnya tidak berpengaruh juga jika dimajukan satu jam, aku yakin aku akan mengalahkan Alvero lagi untuk kesekian kalinya.
"Nggak usah ikut balapan vin, udah kuliah juga masih kaya bocah SMA SMP" larang Ezra.
"Tumben lo ngelarang gue, biasanya lo oke-oke aja Zra"
"Ya terserah lo aja deh tapi gue nggak ikut"jawab Ezra.
"Kenapa?" Tanya Azelvin heran dengan sikap Ezra.
"Vin lo harus tau, sekarang nih Ezra jadi kang bucin" Axel menggoda Ezra.
"Lo pacaran sama siapa?"
"Rahasia dong"jawab Ezra yang jawabannya membuat Axel penasaran, berbeda denganku yang tidak memikirkan hal itu, bagiku melihat Ezra bahagia itu sudah cukup.
"Eeh lo tau Evelynekan?"
"Ya jelas tau lah, diakan salah satu korban kita? Emang ada apa?" tanya Ezra.
"Menurut lo, gue kedia gimana?" Tanya ku yang mungkin sulit di pahami oleh kedua orang di hadapan ku.
"Yang jelas dong kalau ngomong" ucap Ezra kesal.
"Udah jelas lo aja yang nggak paham, lo ngerti maksud guekan xel?"
"Gue?" Tanya Axel sembari mengarahkan telunjuknya ke dirinya sendiri.
"Nggak noh cicak terbang" ucapku kesal. Punya temen dua pada eror semua.
"Lo mau pulang dulu, atau disini nunggu jam 11"
"Gue pulang dulu deh"
"Tumben lo, biasanya lo paling males kalau disuruh ke rumah, bokap lo nggak lagi di rumah?" Tanya Ezra.
"Gue pulang ke apartemen gue"
"Gue ngikut lo ya vin" ucap Axel memohon padaku.
"Nggak"
"Please masa gue di rumah Ezra sendiri, Ezrakan mau pergi sama pacarnya"
"Bodoamat emang gue pikirin"
"Jahat banget lo sama gue"
"Lo disini nggak papa kok xel, ntar kalau ada maling di rumah gue, Lo gebukin dah"
"Nggak deh lo pikir gue satpam di rumah lo apa? Mending gue jalan sama cewek gue"
"Cewek lo yang mana nih" ucapku mengejek Axel.
"Mira lah, cewek guekan cuma satu"
"Iya satu, cadangannya seribu" candaku dan berlari kerena Axel menendang bokongku.
Aku segera melajukan kendaraanku menuju apartemenku.
🏍️🏍️🏍️
Di tengah jalan aku melihatnya berjalan sendirian di tepi jalan, dia baru saja keluar dari minimarket sembari membawa bag jinjing ditangannya.
Apakah ini saatnya?
Apa aku harus menunjukkan diriku?
Sebenarnya aku juga tidak tahu kenapa saat aku bertemu dengannya aku ingin merahasiakan identitasku. Entahlah aku hanya merasa jika aku harus.
Aku mengikutinya dari belakang, mungkin dia sadar karena aku mengikutinya, dia menoleh kebelakang. Harusnya aku sadar kalau suara motor ku tidak bisa dibilang pelan. Dia berhenti dan melihat ke arah ku, aku turun dari motor.
"Maaf anda kenapa mengikuti saya" tanyanya was was. Aku melepaskan helm full face ku.
Dia terlihat ketakutan dan memegangi kepalanya, apa yang terjadi padanya? Aku mendekat ke arahnya, dia terlihat semakin ketakutan bahkan sampai berteriak histeris.
"Heeei... lo kenapa?" Tanyaku khawatir dengan memegang pundaknya, aku berusaha menenangkannya tapi dia semakin ketakutan dan mencoba berlari menjauh dariku, aku mengejarnya kemudian memeluknya dari belakang, tentu saja dia berontak, aku semakin mengeratkan pelukanku, tak lama kemudian dia tidak berontak lagi, ku kira dia tak apa tapi ternyata dia pingsan.
Aku semakin dibuat khawatir, tanpa pikir panjang menggendongnya, aku menempatkannya di kursi taman. Aku kemudian memesan taksi online, masa bodoh dengan motor ku sekarang, aku segera menggendongnya ke taksi.
"Lebih cepat lagi pak, teman saya pingsan"
"Maaf dek, saya tidak bisa melebihi batas rata-rata kecepatan yang aman untuk berkendara"
"Tapi jalanan sepi"
"Tidak bisa, tetap saja kita harus mengutamakan keselamatan"
"Percepat laju mobil ini atau ku bunuh kau" ancamku untuk sopir itu karena aku dibuat naik pitam olehnya, aku sangat menghawatirkan Evelyne sekarang. Sesampainya di rumah sakit, aku membayar taksi itu dan segera memasuki rumah sakit.
Evelyne dibawa ke sebuah ruangan untuk segera ditangani oleh dokter.
"Maaf mas bisa tunggu di luar"
"Tidak bisakah saya masuk ke dalam"
"Maaf mas dokter sedang memeriksa keadaan pasien"
Aku menuruti saja kata perawat itu.
Tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan Evelyne.
"Bagaimana keadaan teman saya dok" khawatirku padanya.
"Pasien baik-baik saja,bisa saja dia pingsan karena kelelahan, kamu bisa melihat keadaan pasien sekarang, kalau pasien sudah sadar saya akan memeriksa keadaannya lebih lanjut" jelas dokter mengenai keadaan Evelyne. Benarkah Evelyne kelelahan? Tapi bisa saja iya, karena bekerja di kafe tadi.
Aku masuk ke ruangan Evelyne, dan melihatnya yang tidak sadarkan diri. Aku mengusap dan mencium lembut tangannya. Andai aku bisa melakukan ini saat dia sadar.
"Aaah aku lupa ini sudah jam setengah sebelas, bagaimana ini? Apa aku harus meninggalkan Evelyne, ahhh tidak-tidak, aku akan menunggunya dan membatalkan balapan malam ini" sekarang sudah jam setengah 11 sebenarnya tidak masalah jika aku tidak mengikuti balapan itu lagi pula aku yakin aku akan memenangkan balapan itu lagi, hanya saja akan terjadi pertengkaran antara kawan-kawan ku dengan gengnya Alvero jika aku tidak datang.
Eeungh
Evelyne sudah sadar, dan dia memegangi kepalanya.
"Lo kenapa? lo baik baik ajakan, ada yang sakit" dia melihat ke arahku dan berteriak histeris seperti tadi lagi.
"Dokter dokter"
Dan tak lama kemudian dokter datang dan menyuruhku keluar. Aku berada di ambang pintu dan melihat Evelyne yang terus berteriak histeris seperti itu, ada apa dengan Evelyne?
"Suster panggilkan dokter Kris"
"Baik dok" tak lama setelah itu dokter yang mungkin namanya Kris itu datang dan menenangkan Evelyne, Evelyne tidak lagi berteriak dia sudah sedikit tenang sekarang.
Drrreeet drrreeet dret.....
Handphone ku berdering, aku menjauh dari ruangan itu dan duduk di kursi yang lumayan dekat dengan ruangan Evelyne berada.
"Iya halo"
"Waaah gila lo vin, udah jam segini lo belum dateng juga, balapannya hampir mulai nih tinggal nunggu lo aja"
"Gue gak bisa"
"Gimana sih, kok lo nggak bilang dari tadi, kalau ginikan Alvero bakal ngangap lo takut, kalau........" Celoteh Axel dari sebrang sana, aku mematikan teleponnya saat dokter keluar.
"Dokter bagaimana keadaan pasien?"
"Kamu keluarganya?"
"Bukan saya temannya"
"Saya tidak bisa memberi tahu kamu tentang keadaan pasien"
"Tapi dok, bagaimana kalau saya kasih dokter uang dan dokter kasih tau saya keadaan pasien"
"Maaf sekali lagi tidak bisa, lebih baik kamu pulang"
"Tidak saya akan mengantarkan teman saya pulang"
"Tidak perlu, kamu akan menghadapi keadaan pasien, lebih baik kamu pulang, jika kamu mengkhawatirkan temanmu kamu harus sesuai permintaan"
"Lalu bagaimana dia pulang"
"Saya yang akan mengantarnya"
"Memang dokter tahu rumahnya?"
"Tentu saja"
"Bagaimana dokter bisa tahu?"
"Itu tidak penting, lebih baik kamu pulang segera"
Aku meninggalkan Evelyne dan pergi dari rumah sakit itu, jika dokter itu tidak memberi tahuku maka aku akan mencari tahu sendiri keadaan Evelyne.
🐻🐻🐻
Aku sudah sampai di rumah sekarang, rasanya lelah sekali. Aku berada di kasurku di suatu saat, aku mengingat sesuatu. Aku mengambil kotak yang kutemukan di mejaku saat kuliah tadi, dan juga mengambil baju yang di kafe tadi.
"Sebenarnya apa isi kotak ini?" Aku membukanya dan ternyata isinya adalah sebuah gelang dari kayu, sederhana tapi cantik, dan aroman dari gelangnya membuat tenang, dan ternyata ada sticky note lagi
Pakailah ini untukmu Evelyne
"Apa ini untukku?"
"Tapi dari siapa?"
Aku membuka baju yang di kafe. Ternyata juga ada sticky note lag i.
Jangan buruk tentang ku
Dan pakailah baju ini.
Uang itu dan yang kemarin untukmu,
Jangan lupa untuk mengembalikannya.
Tunggu dulu, berarti orang yang memberiku gelang, baju dan uang adalah orang yang sama. Dan orang itu adalah pelanggan misterius yang sering ke kafe, sebenarnya siapa orang itu?
" Aaaah membuat pikiran jadi pusing, lebih baik membeli krim, dan juga beberapa bahan untuk sarapan besok"
Aku pergi ke minimarket yang tidak jauh dari rumahku.
Mengapa jalanan sepi, padahal kupikir ini belum terlalu malam.
Setelah membeli beberapa kebutuhanku untuk besok aku kembali ke rumahku, di tengah jalan, aku merasa seseorang tengah mengikutiku, karena aku mendengar suara motor, aku melihat ke belakang dan ternyata benar ada orang yang mengikutiku
Dia berhenti sembari melihat ke arah ku, dia turun dari motor. aku tidak asing dengan motor itu.
"Maaf anda mengapa mengikuti saya"tanyaku ragu. Dia melepaskan helm full face yang menutupi wajahnya.
Dia? Apa dia sudah kembali? Apa dia akan menyakiti ku lagi? Apa yang akan dia lakukan padaku lagi?
"Aaaaahhcc" ringisku kesakitan sembari memegang kepalaku. Memory buruk itu muncul di pikiranku.
Dia mendekat ke arahku, aku semakin ketakutan.
"Heeei lo kenapa?" Tanyanya khawatir dengan memegang pundakku, hal itu semakin membuatku takut, aku berlari menjauh darinya, tapi dia memelukku dari belakang, aku berontak sialnya kekuatanku tidak sebanding dengannya, dia semakin mengeratkan pelukannya, aku benar-benar semakin ketakutan dan rasanya kepalaku semakin sakit, aku bahkan tidak bisa bernafas sekarang, darah dalam tubuhku terasa tidak bisa mengalir dan detik berikutnya aku tidak tahu apa yang terjadi.
🐥🐥🐥🐥
Aku terbangun, rasanya sakit di kepala tidak berhenti menyerang. Aku sadar kini tengah di rumah sakit, tapi siapa yang membawaku kesini....
"Lo kenapa lo baik baik ajakan, ada yang sakit ?" Tanyanya yang masih samar kudengarkan.
Aku merasa sangat takut sekarang, aku tidak bisa mengendalikan diriku, aku tak sadar apa yang kulakukan mungkin saja aku berteriak histeris seperti biasanya. Namun yang jelas rasa sakit menyerang kepalaku.
Akhirnya dokter Kris datang. Aku senang dengan itu, Dokter Kris menenangkan ku.
Aku melihat dia keluar dari ruangan, agak lega rasanya.
Dokter Kris memintaku untuk menghirup dan menghembuskan nafas dengan teratur, aku sudah mulai merasa tenang sekarang.
Dokter Kris keluar dari ruangan, aku bisa mendengarkan suara dokter Kris yang sedang berbicara dengan seseorang di luar sana, tapi aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas.
"Evelyne bagaimana keadaanmu sekarang? Apa kau sudah merasa tenang?"
"Lebih baik dari pada tadi"
"Apakah orang tadi yang kau maksud?"
"Iya benar, orang itu yang sudah membuat ku seperti ini"
"Kapan terakhir kali kau ketakutan seperti tadi?"
"Beberapa bulan yang lalu, aku melihat beberapa siswa SMA yang kurasa mereka brandalan" ucapku mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu, aku tidak hanya merasa ketakutan ketika melihatnya, tapi aku juga merasa takut saat melihat anak brandalan ataupun preman.
"Evelyne kau tidak bisa seperti ini terus, kurasa kau harus sering bertemu dengannya"
"Bagaimana maksudmu? Aku harus bertemu dengannya? Aku saja ketakutan saat berdekatan dengannya, kejadian kejadian buruk itu muncul ketika aku berada di dekatnya" ucapku emosi.
"Tenanglah Evelyne, itu hanya saran dariku jika kau ingin sembuh, dengarkan aku jika kau sering berdekatan dengannya kamu akan mulai terbiasa dengan itu, dan traumamu bisa sembuh"
"Aku tidak bisa melakukannya, aku tidak sanggup"
"Oke baiklah, ayo aku antar pulang?"
"Iya" ucapku dan mengikutinya dari belakang dengan perlahan.
Akankah Evelyne mengikuti saran dari Dokter Kris?
Atau mungkin tidak?
Dokter Kris wu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Partiah Yake
semangat
2022-10-18
1