Jika aku mampu mencintaimu dengan benar kisah kita tidak akan seperti ini.
Saat itu aku hanya remaja yang tidak tahu bagaimana cara menyikapi hal yang sering disebut orang dengan julukan cinta.
Yang ku lakukan adalah sesuatu hal buruk, saat itu aku benar-benar seseorang yang payah. Seharusnya waktu mampu mengajarkanku bagaimana aku harus menyikapi cinta. Namun sayang semua terlambat aku sudah terlanjur membuat kesalahan begitu banyak.
Oleh karena itu biar aku kembali dengan membawa harapan.
Biarkan aku memulai semuanya dari awal, aku akan melakukannya dengan benar kali ini. Tolong berikan aku banyak waktu.
Aku mohon
🐻🐻🐻🐻🐻
Jam telah menunjukkan pukul 22.30 tapi seorang gadis masih saja sibuk membuat minuman untuk para pelanggan.
"Evelyne.. Lo pulang aja,bukannya besok lo ada kelas" ucap sang bos.
"Nanti aja gak masalah, masih ada pelanggan nggak enak kalau main tutup aja"
"Biar gue sendiri aja yang tutup kafe"
"Nggak bisa gitu dong, kita harus tutup kafe sama-sama, lagipula kita pulang barengkan? Atau gue naik taksi aja ntar"
"Oh iya, kita pulang bareng, suka lupa gue"
"Kebiasaan" Evelyne menghela nafas kasar, jujur saja dia lelah.
"Btw, kuliah Lo gimana?" Tanya Edzard.
"Sejauh ini lancar, tapi biasalah gue harus mengumpulkan biaya lebih banyak lagi, gue pengen cepet-cepet lulus jadi kayanya gue harus mempersiapkan segala macem sebelum nantinya gue akan mulai bimbingan skripsi. Jadi sebagai bos yang baik hati sudah seharusnya Lo naikin gaji gue" Evelyne kemudian terkekeh geli.
"Ngelunjak lo jadi pegawai, gue pecat mampus lo"
"Semoga aja gue cepet lulus. Ntar gue nyari kerja di tempat baru, bosen gue lihat Lo"
"Ngeselin niih anak, EVELYNE"teriak Edzard yang membuat Evelyne menutup telinganya.Teriakan Edzard berakhir kala suara bel terdengar yang berarti seorang pembeli memanggil mereka.
🐻🐻🐻
"Apa apaan kamu ini Vin, setiap hari kerjaannya cuma balapan liar, mabuk mabukan, bikin ulah terus. Percuma Vin papa kuliahkan kamu sampai ke luar negeri, tapi apa? Kamu malah di drop out. Bagaimana mungkin papa nyerahin perusahaan papa ke kamu. Sebagai satu-satunya anak papa sudah seharusnya kamu ini perjuangkan semuanya dengan baik. Karena kamu adalah satu-satunya harapan papa"
"Sudahlah anda tidak perlu berpura-pura peduli dengan saya, urusi saja wanita anda"
Plak
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Azelvin. "Kamu itu benar benar anak kurang ajar. Sebenarnya apa yang membuat mu seperti ini nak?"
"Haha lucu sekali, anda masih bertanya? Kalau anda ingin tahu, ini semua karena kesalahan anda sendiri" Azelvin tertawa sumbang.
"Omong kosong apa yang kamu ucapkan Vin. Dari kamu kecil sampai sekarangpun kamu gak pernah merasakan rasanya menjadi orang miskin. Fasilitas yang papa kasih sudah cukup kamunya saja yang tidak bisa memanfaatkan dengan baik"
"Tapi anda juga lupa, kalau saya juga tidak pernah merasakan sesosok ayah disisi saya" talak, ucapan Azelvin benar-benar menjadi sebuah tamparan keras bagi seseorang yang ada dihadapannya ini.
"Asal kamu tahu papa itu kerja buat kamu, buat keluarga kita, supaya kamu jadi orang yang sukses nantinya. Papa peduli sama kamu, papa gak mau kamu jadi orang yang gak jelas luntang-lantung di jalanan"
"Untuk saya? Untuk keluarga kita? Apakah wanita itu juga keluarga kita? Bahkan anda tidak peduli kepada mama saya, anda tidak pernah peduli dengan keadaan mama saya"
"Kamu salah Vin, meskipun papa nggak cinta sama mama kamu, tapi papa peduli dengan mamamu nak"
"Ooh... jadi selama ini tidak ada sedikit cintapun yang anda berikan pada mama saya, dan apa tadi? Peduli ya? Oooh dengan anda selalu bersama wanita lain itu berarti anda peduli dengan mama saya, apa seperti itu?"
"Apakah selama ini fasilitas dan semua yang mamamu butuhkan masih kurang?"
"Anda tidak peduli dengan perasaan mama saya, jika anda mencintai wanita itu maka nikahi dia dan ceraikan mama saya"
Azelvin pergi dari hadapan papanya, dia sudah muak dengan papanya. Bagaimana bisa papanya bersama dengan wanita lain setiap saat, tanpa memperdulikan mamanya yang kini tengah meringkuk di rumah sakit jiwa, karena gangguan psikologis.
Azelvin kini ke sebuah kafe yang biasa dia kunjungi, tak lupa dia memakai topi dan masker untuk menutupi wajahnya, bukan karena dia artis, tetapi ada hal lain yang mengharuskan dia merahasiakan identitasnya, entah bagaimana caranya.
Azelvin duduk di salah satu kursi yang telah di sediakan, dia menempati meja yang berada di paling pojok, sudah satu bulan ini dia sering ketempat ini, hanya untuk melihat sosok yang ia rindukan. tak lama seseorang yang dia tunggu datang.
"Mau pesan seperti biasanya mas" tanya seorang pelayan sembari tersenyum manis.
Azelvin tidak bersuara namun hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
🖤🖤🖤🖤
"Edzard bantuin bikin bubble tea dong"
"Baru kali ini gue nemuin pegawai ngasih perintah ke bosnya"
"Kan gue minta tolong"
"Emang ada minta tolong kaya gitu?"
"Ada kok"
"Nggak cuma Lo doang kayaknya. Eh btw, ini kafe udah mau tutup kenapa masih ada pelanggan lagi?"
"Rejeki nih, cuma satu kok. Pelanggan yang baru-baru ini sering kesini, cuma sebentar mungkin udah malam gini"
"Pelanggan yang mana?
"Pelanggan yang selalu nutupin wajahnya, mungkin aja dia nggak mau identitasnya terbongkar atau ada sesuatu yang terjadi dengan wajahnya jadi harus ditutupi. Tapi kayaknya dia artis deh, kelihatan banget dari matanya kalau dia ganteng."
"Masasih? tapi gue juga mikir kaya gitu. Gantengan gue kemana-mana"
"Alaaah kaya bisa mikir aja lo, iyain aja"
"Kurang ajar, udah cepet bikin pesenannya" tanpa menanggapi ucapan Edzard, aku segera membuat pesanan pelanggan itu.
"Silahkan dinikmati hidangannya" ucapku dengan sopan kepada pelanggan itu. Aku merasa dia menatap dengan tatapan aneh. Tapi aku tidak terlalu memikirkan hal itu, karena aku sudah menghadapi berbagai macam kriteria pelanggan. Tanpa banyak berpikir karena akan lebih baik jika aku segera kembali kebagian dapur.
"Edzard, ini udah jam segini, mau tutup jam berapa?"
"Nunggu pelanggan satu itu, lagian kenapa dia nggak pulang-pulang sih, udah kaya bang Toyib aja"
"Sabarlah, mendingan beres-beres dulu, nanti kalau pelanggan itu udah pergi, tinggal tutup kafe" saran ku yang diterima Edzard.
Aku segera membersihkan dapur sementara Edzard nampak mencatat bahan yang perlu dibeli lagi, setelah selesai aku mulai membersihkan tempat para pelanggan dari mulai membersihkan meja, tetapi aku merasa pelanggan yang ku tebak adalah seorang aktor itu kini tengah memperhatikanku. Aku melihat kearahnya dan tersenyum, mungkin dia memperhatikanku karena merasa tidak nyaman. Bagaimana tidak? dia sedang menikmati hidangannya dan aku malah sudah membersihkan ruangan ini, meskipun jarak kami cukup jauh. Tapi tetap sajakan bisa mengganggu kenyamanan.
Edzard kenapa tidak membantu? Dasar dia itu menyebalkan, tapi bagaimanapun juga dia adalah sumber keuanganku.
Tak lama kemudian pelanggan itu pergi, aku segera merapikan meja itu, namun pandangan mataku tak luput dari sebuah amplop coklat yang berisikan uang di dalamnya. Aku berlari keluar kafe, tetapi pelanggan itu sudah tidak ada. Apa sebaiknya aku simpan uang ini dulu? mungkin besok dia kemari.
"Wiih wiiih wiiih, duit saha noh?" Tanya Edzard yang tiba-tiba datang entah darimana dengan mengambil amplop itu dari tangan ku.
"Duit pelanggan, kenapa? Mau lo embat?"
"Kirain punya lo, bisalah gue ngutang"
"Sa ae Lo kutil, duit sebajibun masih mau ngutang?"
"Udah nih, duitnya lo aja yang simpen, oh ya besok lo jaga kafe sendiri ya? Soalnya gue ada urusan penting"
"Iya deh, orang penting mah sibuk"
Aku merasa beruntung karena mengenal Edzard, dia benar benar orang yang baik. Aku berhutang banyak padanya, dia membantu biaya kuliahku, biaya pengobatan adikku, dan masih banyak lagi hal yang dia lakukan untuk membantuku, aku berjanji akan membayar semua kebaikannya.
"Udah yuk, gue anterin pulang, bengong mulu gue tau kok gue ganteng, baik hati, gak sombong, rajin menabung dan taat beribadah"
Jalanan nampak sepi, suara motor Edzard memenuhi pendengaranku, malam ini tampak sepi, angin semilir menerpa menyapa kulit, hawa dingin mulai terasa, ku eratkan pelukanku pada Edzard. Akhirnya kami sampai juga di depan rumahku.
"Makasih udah di anterin"
"Gue tidur sini ya, males pulang... jauh, di rumah juga sepi"
"Gue takut...."
"Nggak kok gue gak bakalan ngapa-ngapain lo, janji deh"
"Gue takut gue yang ngapa-ngapain lo"
Hanya sekedar lelucon tak berkelas yang ku lontarkan asal itu ternyata dapat membuat kami tertawa.
"Yaudah cepet sana masuk"
Edzard memang seringkali ke rumahku, terkadang dia juga tidur di rumahku. Aku mengizinkannya karena dia yang membeli rumah ini, meskipun rumah ini sederhana tetapi ini sangat berarti bagiku. Rumah ini hanya memiliki satu kamar, satu kamar mandi, satu dapur, satu ruang tamu, dan satu lagi ruangan tempatku bersantai, di ruangan tempatku bersantai ada satu televisi dan juga ada sofa biasanya Edzard tidur disana.
"Lo kenapa nggak masuk?" tanya Edzard
"Gue mau bersihin teras dulu nih, kotor" jawab ki
"Besok pagi-pagi kan bisa, malem-malem nyapu, ntar kalau ada mbak Kunti mampus lo"
"Udah sana lo tidur duluan deh, nakut-nakutin orang aja"
"Gue ngantuk bhaaay"
Aku melanjutkan menyapu teras karena sungguh aku tak sanggup melihat sesuatu yang kotor.
Aku merasa ada yang memperhatikanku atau mungkin ini hanya perasaanku saja?
Bulu kudukku berdiri aku merasa was-was, yang ku tahu larangan menyapu malam-malam adalah mitos.
"Kok cepet? lo nyapu lantai apa liatin lantai?" Tanya Edzard terheran dengan kedatanganku.
"Gue merinding soalnya"
"Di bilangin gak percaya, siapa suruh? rasain lo" aku memberikannya pukulan kecil yang membuatnya meringis, bukan karena sakit dia hanya ingin mengejekku saja, selanjutnya ia menertawakan kebodohan ku.
"Udahlah males gue ngomong sama lo,gue mau tidur"
" Evelyne" panggil Edzard dengan canggung.
"Apaan?"
"Good night"
"Night to"
🐼🐼🐼🐼
Aku benar-benar muak dengan sikap orang tua itu yang notabene nya adalah papaku, memutuskan untuk pergi ke kafe bukanlah hal buruk untuk saat ini, lagi pula aku ingin mengobati rindu. Seperti biasa aku tidak akan lupa untuk menutup wajahku, agar dia tidak tahu identitasku.
"Mau pesan seperti biasanya mas" tanyanya sembari tersenyum manis, senyum itu benar benar menjadi candu untukku. Aku tak menyangka dia bahkan hafal dengan apa yang aku pesan, atau karena aku sering kesini dan memesan hal yang sama.
Aku hanya menjawabnya dengan anggukan. Kemudian punggung itu menjauhiku. Memeluknya? Ide gila itu muncul. Ya aku ingin melakukannya, namun sial aku sungguh tak bisa.
Pesananku sampai dan aku menikmatinya sekarang. Disini tidak ada lagi pelanggan lain hanya aku yang tersisa. Aku melihatnya bersih bersih, dia terlihat kelelahan, setiap pergerakannya tidak ada yang terlewatkan dari penglihatanku.
Kurasa aku sudah lama disini, aku harus segera pergi karena kasihan dia tidak mungkin pulang dan menutup kafe ini jika aku belum pergi. Aku meninggalkan amplop yang berisikan sejumlah uang, karena aku yakin dia membutuhkan uang sekarang.
Aku meninggalkan kafe dan memacu kendaraanku ke sebuah gang gelap dekat kafe itu karena aku masih ingin melihatnya, benar saja... seperti dugaan ku dia keluar kafe yang ku yakini mencariku untuk mengembalikan uang tersebut.
Aku terus memperhatikannya dari jauh, namun lelaki biadab itu mengganggu penglihatanku , rasanya ingin ku lemparkan sesuatu tepat di kepala si sialan itu.
Aku bahkan mengikuti sampai kerumahnya, dan rasa kesalku bertambah, karena lelaki itu menginap di rumahnya, sungguh sialan sekali.
Aaaah sialan....
Kenapa dia bersih-bersih? Apa tidak lelah? Tapi ini kesempatan untukku agar bisa melihatnya lebih lama lagi, aku mulai maju perlahan mendekat, tapi kurasa dia sadar jika sedang diintai, karena aku dapat melihat bagaimana dia menelusuri pandangannya dan terbirit memasuki rumahnya, lucu sekali. Padahal aku masih ingin melihatnya, tapi tak apa masih ada hari esok, biar dia beristirahat.
Aku berjalan mendekat ke rumahnya dan mengintip dari jendela kamarnya. Dia benar-benar terlihat cantik bahkan saat dia tertidur. Ada sedikit rasa lega, karena lelaki itu tidak tidur di kamarnya.
🐻🐻🐻🐻
Sinar mentari membangunkan ku dari tidur. Pagi ini cuacanya cerah dan menambah semangatku.
"Edzard bangun, gue mau berangkat kuliah niih. Lo mau gue kunciin? Bangun woooi!!!!!"
"Iya ini udah bangun"
"Ish... katanya bangun tapi masih mejem itu mata"
"Iya niiih udahkan"
"Mandi sana terus sarapan"
"Males mandi, cuci muka ajadeh"
"Jorok"
"Mandinya ntar di rumah aja, gue nggak bawa baju ganti"
"Terserah"
Benar saja, Edzard hanya mencuci wajahnya dan tidak mandi.
"Makasih"
"Kurang ikhlas makasihnya, udah di anterin juga"
"Terimakasih tuan tampan"
"Naaah gitu, maaf nanti pulangnya nggak bisa jemput"
"Gampang lah"
"Yaudah kuliah yang benar, gue balik ya"
"Hati hati"
"Sayaaaaaang" ucap seseorang yang kini merangkulku.
"Berisik, nggak malu apa dilihatin orang banyak?"
"Ish Evelyne nggak seru, sebenernya lo ada hubungan apa sama Edzard?"
"Apa ya? Gue juga ngak tau, bisa di bilang dia bos gue, temen gue, apa ya...."
"Deket banget, udah kaya idung sama upil"
"Enak aja lo, lagian dia juga udah punya pacar, kayanya sih nggak tau juga gue, Grace gimana tugas Lo"
"Ish bawaannya badmood kalau bahas tugas, mending bahas yang lain, oh ya btw nanti temenin gue ya?"
"Sibuk"
"Idiih sama sahabat sendiri jutek amat"
"Edzard sibuk, gue harus jagain kafe sendiri"
"Bentar doang kok, gak lama"
"Iya, kemana?"
"Mall, gue mau beli kado buat my sweet heart"
"Yang punya pacar bebas"
"Makanya cari pacar dong"
"Gak ada yang suka sama gue"
"Siapa yang bilang?"
"Guelaaah"
"Niih ya, gue kasih tau, Edzard itu suka sama Lo, gue bisa jamin 99,99% . Lo pikir aja, mana ada orang yang mau nganterin kemana mana, baik, suka bantuin, terus siap kapan aja, kalau itu orang gak punya rasa menurut Lo apa?"
"Ngaco Lo, dia itu sahabat gue"
"Kan sekarang, nggak tau kalau besok"
"Udah yuk, keburu dosen dateng"
"Lo duluan aja, flashdisk gue ketinggalan di mobil"
"Dasar ceroboh, yaudah gue duluan"
Aku melangkahkan kakiku menuju ke kelas.
Belum sempat aku duduk, pandangan ku terpaku pada sebuah kotak yang berada di atas meja yang biasa ku tempati.
" Khem ini punya siapa ya?" Tanyaku yang tidak mendapat respon sesuai harapan.
"Gak tau gue baru berangkat"
"Gue berangkat paling awal sih, tapi udah ada kotak itu di meja lo"
"Beneran ngak ada yang tahu ini punya siapa" tak ada suara dari mereka, mereka hanya menggelengkan kepalanya.
Aku membuka kotak tersebut yang berisikan sebuah gelang dan terdapat juga sticky note yang bertuliskan.
"Awali pagi mu dengan senyuman dan bersemangatlah hari ini, kamu tak akan sendirian, aku akan menemanimu nanti"
Apa maksudnya? Aku benar-benar tidak paham dengan itu. apakah ini semacam........?? Aaaa sudahlah. saya tidak tahu ini milik siapa dan produk bagi siapa.
❤️❤️❤️❤️
Kini Evelyne tengah kebosanan karena menunggu Grace yang tak kunjung membeli barang.
"Aah lo lama banget elaaah. Gue harus buka kafe, cepet dong"
"Makanya lo bantuin gue"
"Lo dari tadi cuma muter-muterin mall, dan lo juga belum nentuin mau beli apakan?"
"Guekan bingung"
"Gini deh sekarang lo mau ngasih kado pacar lo apa?"
"Gue bingung rekomendasiin kek"
"Sepatu"
"Gue udah pernah beliin dia sepatu"
"Jam tangan"
"Udah juga"
"Jaket"
"Udah"
"Tudung"
"Udah"
"Sweter"
"Udah"
"Kayanya lo udah beliin banyak barang buat pacar lo"
"Emang iya"
"Jangan-jangan di rumah pacar lo isinya barang mempersembahkan lo semua"
"Ya nggak juga lah, emang pacar gue miskin apa?"
"Tau deh bingung gue, lo beliin mall aja sekalian,belum pernahkan?"
"Ngaco lo, duit gue mana cukup"
"Gimana kalau kue aja?"
"Udah sering, niiih ya.. gue tuh pengen ngasih yang berkesan, yang gak bisa habis, biar ada kenangan gitu"
"Pake kenangan-kenangan segala udah kaya mau......"
"Apa haaah mau apa?" Bentak Grace
"Gak jadi"
"Cepet bantuin mikir kek"
"Gimana kalo baju couple aja"
"Bukan ide buruk, yuk kita cari"
Evelyne tengah membantu memilih baju untuk sahabatnya tercinta itu. Evelyne sedikit kesal dengan ulah sahabatnya itu, tadi Grace sudah berjanji untuk tidak berlama-lama, tapi pada akhirnya tetap saja.
Evelyne jadi tahu sebentar lagi untuk seorang perempuan berbelanja itu bisa memakan waktu berjam-jam, kini ia menyesal karena menuruti kemauan sahabatnya untuk menemani berbelanja, yang membuat mati kebosanan. Dan terlambat membuka kafe, entah bagaimana reaksi Edzard jika tahu apa yang dilakukan Evelyne.
Hay hay
Jangan lupa vote dan komen
Disinilah Evelyne sekarang, berada di kafe seorang diri, sudah setengah jam yang lalu dia membuka kafe tapi sama sekali belum ada tanda-tanda datangnya pelanggan. Apa ini karena dia terlambat buka kafe? sehingga pelanggannya mengira kafe ini tutup. Entahlah tapi sungguh rasanya Evelyne benar-benar ingin mengumpat pada Grace sialan, karena dia harus menuruti kemauan orang sinting bin ribet yang sialnya adalah sahabatnya.
Jika benar tidak ada pelanggan hari ini dia akan merasa sangat bersalah kepada Edzard, meskipun dia tahu Edzard tidak akan mempermasalahkan hal ini, tapikan Edzard sudah memberikan kepercayaan padanya.
Bosan? Ya... Evelyne merasa bosan karena tidak melakukan apapun sekarang. Apa yang harus dia lakukan? Apa yang harus dia katakan pada Edzard? Seseorang tolonglah si manusia lemah itu.
Seorang pelanggan memasuki kafe, betapa bahagianya Evelyne sekarang, kini Evelyne tengah menunjukkan senyumnya kepada si pelanggan tersebut.
"Mau pesan seperti biasanya mas?" Tanya Evelyne dengan ramah sembari tersenyum manis tanpa dia sadari dapat membuat jantung seseorang dihadapannya berdetak kencang.
Si pelanggan hanya menganggukkan kepalanya. Evelyne bersegera membuat pesanan dari pelanggan itu.
Kafe yang biasanya ramai dan tiba tiba hanya seorang pelanggan yang datang, hanya karena terlambat membuka kafe, apakah masuk akal?
Tentu saja tidak.
Lalu apa penyebab? Siapa pelakunya?
"Ini silahkan dinikmati" Evelyne dan membawa pesanan Azelvin.
Evelyne segera duduk di tempat kasir yg letaknya tidak jauh dari tempat dimana Azelvin duduk. Setiap gerakan dari Evelyne tidak lepas dari pantauan mata Azelvin. Bahkan helaan nafas dari Evelyne dengan perasaan tercampur aduk antara bosan dan khawatir, itu Azelvin pantau. Azelvin tau ada sesuatu hal yang dipikirkan oleh Evelyne tetapi Azelvin tidak tau apa itu? Terlihat jelas di mimik wajahnya yang tengah bimbang dan kebingungan.
"Apa gue kembaliin duitnya sekarang? Tapikan dia lagi makan, ntar makannya jadi keganggu, huuuuffhh.......... Nanti aja deh pas dia bayar pesanannya gue kembaliin uangnya" ucap Evelyne dalam hati.
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam demi jam berlalu tapi tidak bosan-bosannya Azelvin memperhatikan Evelyne, yang sekarang benar benar begitu bosan, dan di serang hawa kantuk.
I can't believe
Gidaryeossdeon ireon neukkim
Naman duetgo sipeun geunyeoneun naui mellodi
Haru Jongil go on and on and ooh
Tteonaji anhge geunyeol nae gyeote
Bunyi ringtone handphone Evelyne.
Evelyne segera menerima panggilan telepon yan ternyata dari Edzard.
*Yang tampilan tulisan berformat Italic / huruf miring ➡️ Edzard*
"Halo Ed"
"Evelyne gimana?"
"Gimana apannya"
"Kafe, rame ngak? Lo kesulitan ngak? Butuh bantuan?"
"Gimana ya.... Kafe sepi banget gak kaya biasanya"
"Syukurlah"
"Kok syukur"
"Yaaaa... Karena.....emmm... Udah dulu ya..
Oh ya ini gue udah otw ke kafe"
"Berapa lama lagi lo nyampe sini"
"Ya mana gue tau unta"
"Santai dong, guekan cuma nanya. Di kira- kira dong"
"Eem dua puluh menit mungkin"
"Cepet banget, lama gak papa kok gak masal...."
"Ngak deh ntar lo rindu sama gue. Rindukan berat"
"Seberat apa?"
"Seberat gue ngelihat lo dengan dia"
"Bisa aja lo, gombal dasar" Evelyne tersenyum tipis.
"Bukan gombalan itu.... Oh ya mau nitip sesuatu nggak?"
"Nitip apa ya?.... Nggak deh, yang terpenting lo nyampe sini selamat udah itu aja"
"Oh ya bahan-bahan di kafe, yang habis apa aja? Gue lupa, tapi kemarin gue udah sempet catet sih, Lo tinggal cari aja catatan itu gue lupa tarok dimana"
"Siap bos"
"Kok bos"
"Iyalah lo kan bos gue"
"Sayang aja lah"
"Idiih ogah"
"Ooh gitu,,, awas ya nant....."
"Iya-iya sayang, puas?" Evelyne terkekeh kecil.
"Oke daaah"
Apakah pantas Evelyne dan Edzard ini hanya dianggap sebagai hubungan bos dan karyawan? teman? Sahabat?
Evelyne merasa beruntung menggenal dan telah di pertemukan orang sebaik Edzard. Evelyne kemudian meninggalkan tempat kasir, mulai mencari letak catatan yang dimaksud Edzard.
Sementara disisi lain ada hati yang tersakiti melihat bagaimana ekspresi senang Evelyne yang sedang menerima panggilan dari Edzard. Melihat Evelyne yang tertawa karena gombalan dari Edzard yang menurut Azelvin tak berkelas dan menjijikkan, membuat hatinya panas seperti terbakar. Azelvin sudah tidak tahan lagi. Azelvin meninggalkan sesuatu barang dan sebuah sticky note.
Saat Evelyne sudah menemukan catatan itu, dia kembali ke meja kasir, tapi pelanggan tadi sudah pergi, sebenarnya pelanggan itu tidak membayar juga tidak masalah, karena Evelyne bisa saja mengurangi uang dalam amplop itu sejumlah dengan harga minuman yang dipesannya, tapi bagaimana dia mengembalikan uang itu.
"Sial...... Gue belum ngembaliin uangnya. Aaaaah... Semoga aja dia besok kesini lagi" ucap Evelyne yang menghampiri meja Azelvin duduk tadi.
"Lagi?" ucap Evelyne yang melihat amplop itu dan dugaannya benar. Amplop itu berisikan uang bahkan dia rasa jumlahnya lebih banyak, tapi kali ini bukan hanya itu Evelyne juga mendapati barang lain yang tertinggal atau mungkin sengaja ditinggal.
"Inikan? Bukannya ini baju yang pengen gue beli tadi ya?" Pikirnya, tapi baju yang ingin dia beli tadi adalah baju couple dan yang ada ditangannya hanya sebuah baju, jadi Evelyne menyimpulkan bahwa ini hanya ketidaksengajaan, mungkin saja uang dan baju ini benar-benar tertinggal, karena orang tadi ceroboh, masuk akal memang tapi jika dilihat dari sisi yang berbeda bisa jadi tidak masuk akal.
Flashback
"Cepetan dong, Lo milih baju udah kaya bangun rumah aja lama amat" ucap Evelyne kesal.
"Sabar kek, niih ya gue kasih tau, kalau mau ngasih hadiah sama kesayangan itu harus yang istimewa, yang bagus"
"Alaah lebay, ntar kalau pu....."
"Pu apaan? Putus waah doa lo"
"Gue gak doain"
"Serah deh, niih menurut lo bagusan yang ini atau ini" Grace memberinya dua pilihan yang menurutnya dari kedua pilihan itu tidak ada yang bagus karena menurutnya, baju itu alay. Bewarna putih dengan gambar setengah hati dan warna hijau muda menyala.
"Eem.... Nah ini nih cantik" Evelyne memilih baju lain. Perpaduan warna antara biru tua dan hitam tapi di dominasi warna hitam, dengan motif sederhana berupa tulisan 'you' pada bagian depan. Cantik...
"Guekan nanyanya antara yang warna putih ini sama yang hijau ini"
"Lo nanya gue jawab, gue ngak suka dua duanya. Yang putih itu alay, kalau yang warna hijau itu warnanya terlalu terang, kalau lo pake baju itu pasti jadi pusat perhatian"
"Bodolah gue pilih yang putih aja deh, cantik"
"Cantik apaan kaya gitu"
"Lo kalau pengen yang itu beli aja, mumpung masih disini kan"
"Mau sih, tapi ada barang lebih penting yang bisa gue beli, jadi lain kali aja"
"Kebiasaan, manjain diri sendiri sesekali tuh dibutuhkan juga"
"Udahlah lagian juga gue gak pengen pengen banget kok"
Flashback off
"Beneran ketinggalan atau sengaja ditinggal? Kalau sengaja ditinggal kenapa dia niat banget sih, sampai ngikutin gue ke mall, emang dia siapa? Perasaan gue nggak kenal sama orang itu" Cukup lama Evelyne terdiam dalam lamunannya, berusaha mencari alasan yang logis.
"Evelyne" ucap seseorang mengejutkannya.
"Anjing" umpat Evelyne.
"Anjing teriak anjing" ejek Edzard.
"Ahhh.... Lu Ed"
"Ini kafe gak ada pelanggan sama sekali"
"Ada kok, ya cuma satu sih, tapi dia ninggalin duit segepok niih"
"Ya tapikan itu duitnya dia, bukan hak kita vel. Siapa tau besok dicariin, gimana?"
"Tapi lo harus tau niih, orang yang punya duit ini itu pelanggan yang misterius itu"
"Maksud lo pelanggan gak jelas yang berusaha nutupin identitas itukan?"
"He'em iya"
"Berarti dia udah ninggalin uang gak cuma sekali dong, gue pikir gak mungkin kalau ketinggalan"
"Dan yang lebih bikin gue heran lagi, dia nggak cuma ninggalin uang doang tapi juga baju yang gue pengen waktu di mall tadi"
"Mungkin dia penggemar atau mungkin pengagum rahasia lo"
"Ada ada aja lo Ed, yakali, emang gue siapa?"
"Atau lo punya masalah sama dia, atau mungkin lo bikin dia sakit hati"
"Masa sih? Gak mungkinlah, gue orangnya baik, ramah,kalem gak mungkin dong? Lagipula mana ada orang mau ngasih uang ke orang yang udah bikin sakit hati"
"Kenapa ya? setiap lo doang yang jaga kafe, kafe jadi sepi, mungkin yang datang kesini itu fans gue semua"
"Eh tapi pernah kok ada lo tapi kafe sepi, nggak perlu percaya diri berlebihan seperti itu"
"Iya juga ya, yang lebih nggak masuk akal lagi, kenapa setiap sepi pasti ada pelanggan yang misterius itu, dia siapa sih sebenarnya?" Tanya Evelyne heran.
"Ya mana gue tahu" Edzard menjawab seadanya.
"Vel lo harus hati-hati sama dia, kayanya dia punya maksud lain"
"Apa gue tanya aja langsung kedia, mungkin besok dia kesini lagi"
"Jangan cari gara-gara lo, mending gue aja yang tanya kedia, dan mulai sekarang kalau gue nggak ada mending tutup kafe ajadeh"
"Nggak usah, lagian juga dia nggak berbahaya, buktinya gue baik-baik ajakan? Diakan udah kesini berkali-kali dan enggak terjadi hal yang burukkan? Pake segala tutup kafe, bisa rugi dong gue"
"Bukan enggak terjadi tapi belum, seenggaknya kita harus jaga-jaga, kita enggak pernah tahu apa isi kepala seseorang. Bisa aja dia baru nyususn rencana jahat. Kali ini nurut apa kata gue. Kafe juga punya gue kenapa lo yang sewot"
"Tapikan ntar gue jadi......"
"Tetep gue bayar, gimana?"
"Oke deal"
"Dasar cewek matre"
"Bukan matre tapi realistis"
"Oh iya besok lo bisa ikut gue nggak?"
"Kemana?"
"Ada deh?"
"Ngapain?"
"Ada deh, tinggal ikut aja kenapa sih?"
"Nggak bisa, sibuk gue"
"Sibuk ngapain emang"
"Guekan harus kuliah"
"Setelah kuliah dong"
"Kerja"
"Lo kerja dimana emang?"
"Sok lemot, gue kerja ditempat lo disini, perasaan udah bertahun tahun kerja disini juga"
"Iya iya gitu aja ngambek, ikut gue ya besok"
"Tapi tetep digajikan"
"Hemb"
"Oh iya Ed, lo mau dengerin cerita gue nggak?"
"Sibuk"
"Mcek dasar"
"Cerita aja"
"Jadituh tadi gue nemenin Grace ke mall beliin kado buat pacarnya, dan gue nunggu dia milih barang lama banget, kata dia.... dia udah ngasih banyak kado buat pacarnya. Emang harus ya ngasih kado buat pacar, wajar?"
"Niiih dengerin, kalau seseorang sudah merasakan cinta, rasanya tuh dia pengen ngasih sesuatu yang terbaik untuk orang yang dia cintai, dan dia bakal melakukan apapun agar orang yang dicintai bahagia, jadi menurut gue wajar wajar aja sih, selama Grace nggak keberatan"
"Lo pernah jatuh cinta nggak?"
"Pernahlah sampe sekarang malah"
"Siapa?"
"Adik kelas gue, waktu itu dia kelas 10 dan gue kelas 12, tapi gue sadar kalau gue cinta sama dia ketika gue udah kuliah di luar negeri, dan gue kangen banget sama dia,dia itu cantik, baik hati, lucu, unik, istimewalah pokoknya"
"Seangkatan sama gue dong, kelas apa dia"
"Xipa 1"
"Sekelas sama gue, siapa? Elsa?"
"Nggak"
"Tapi dia cantik"
"Nggak ah jelek dia mah"
"Elsa jelek gue apaan?"
"Lo kebangetan jelek berarti"
"Kenapa lo nggak nyatain perasaan lo sama dia, lo kan baik, kaya, pinter, dan ganteng lah, gue yakin pasti dia mau sama Lo"
"Itu aja belum cukup Vel. Tapi gimana Lo bisa yakin dia mau sama gue?"
"Iya, kalau seandainya dia nggak mau sama Lo, gue janji bakalan bantuin lo buat dapetin dia gimana? Tapi gue yakin tanpa bantuan guepun Lo pasti bisa dapetin dia"
"Kenapa Lo bisa seyakin itu"
"Lo tuh sosok yang bisa bikin nyaman. Biasanya cewek jatuh hati kalau bisa bikin dia nyaman. Selain itu Lo juga punya nilai plus lain, Lo perhatian dan pengertian. Gue rasa semua yang Lo miliki cukup untuk membuat seseorang jatuh hati" Edzard hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Eveline. "Kenapa cuma senyum? Jadi kapan mulai geraknya. Keburu dimiliki orang loh"
"Nggak sekarang, lain kali aja. Gue nggak mau hubungan gue jadi renggang karena gue suka sama dia, jadi pelindung saat dia dalam bahaya, jadi sandaran saat dia sedih, jadi penghiburnya saat dia frustasi, jadi penyemangatnya saat dia putus asa, dan selalu ada buat dia udah bikin gue seneng"
"Waaah idaman banget lo"
"Udah yuk ada pelanggan tuh"
"Eeem oke"
Akhirnya kafe ramai dan kini mereka berdua sibuk dengan para pelanggan. Sebenarnya Evelyne masih penasaran dengan seseorang yang dimaksud oleh Edzard. Sementara Edzard masih bertahan dalam cinta yang dia tutup rapat-rapat.
Rasanya sangat menyenangkan seperti ini, berada dalam satu tempat dengan mu, hanya kita tidak ada orang lain. Tidak percuma aku memberikan uang ku kepada mereka, agar mereka tidak datang ke kafe ini. Uang adalah hal mudah untukku, lagi pula si Jackson Aleston itu tidak memiliki keturunan lain selain aku, jadi tidak masalah aku berbuat seperti ini.
Setiap detik ini akan ku ingat selalu, detik demi detik ini tidak akan ku lewatkan, bahkan aku tak sanggup berkedip. Sebenarnya aku tidak tega melihatnya yang lelah dan bimbang, mungkin dia takut karena kafe ini sepi.
Aku sudah melakukan ini 4 kali seingatku. Yang pertama saat ada Edzard lalu yang kudapatkan adalah melihat kemesraan antara keduanya, tertawa bersama,bercanda gurau, itu membuat ku ingin menggantikan posisi Edzard. Dan aku tidak melakukannya lagi jika ada Edzard, oleh karena itu aku hanya melakukannya ketika Edzard tidak berjaga di kafe sehingga hanya ada Evelyne dan aku, ya........ Hanya kita.
Kemudian Evelyne berbicara dengan orang diseberang sana melalui via telepon, kurasa itu Edzard. Aku mendengarkan semuanya dengan jelas, apa-apaan Edzard itu, berani beraninya dia menggoda Evelyne dengan gombalannya yang tak berkelas dan menjijikkan. Awas kau Edzard aku akan melakukan perhitungan dengan mu, kau harus tau Evelyne itu milikku, hanya milikku,apa yang menjadi milikku akan tetap menjadi milikku dan akan terus seperti itu,siapapun tidak berhak mengambilnya dari ku.
"Edzard sialan" gumamku
Evelyne pergi kebelakang kurasa dia pergi ke dapur. Aku meninggalkan amplop berisikan uang dan juga baju yang dia inginkan tadi sewaktu dia pergi dengan teman sialannya itu. Bisa bisanya temannya itu membuat Evelyne menunggu lama dan hampir mati karena kebosanan. Ngomong-ngomong soal itu, tadi aku tidak sengaja bertemu Evelyne di mall, betapa senangnya hatiku, benar kata orang 'jodoh nggak akan kemana'. Dia terlihat sedang memilihkan barang untuk temannya, dan dia juga melihat baju, dari tatapannya aku melihat dia menginginkan baju ini. Tapi dia tidak membelinya, bukankah aku sudah memberinya uang dalam amplop kemarin, apa mungkin Evelyne ragu untuk memakai uang dariku? Aaah.... Bisa saja dia berpikiran aku akan menggambilnya. Setelah Evelyne pergi dari sana, aku membeli baju yang dia inginkan, dan ternyata itu baju couple. Aaah..... Gadis itu benar-benar membuatku gila. Jika dia membeli baju couple untuk siapa yang satu lagi? Tidak mungkin bukan dia akan memakai semuanya? Edzard? Atau aku? Persepektif yang gila.
Setelah meletakkan amplop dan baju itu aku pergi dari kafe itu untuk bertemu dengan para sahabat ku.
🏍️🏍️🏍️🏍️🏍️
Akhirnya aku sampai di rumah Ezra.
"Wooooi" ucapku dan duduk di sofa sebelah Axel dan mengambil makanan yang berada di tangannya.
"Idih main comot-comot aja lo, beli sendiri kek" ucap Axel dan mengambil lagi makanannya dari tanganku.
"Itu makanan juga bukan lo yang beli, paling lo ngambil punya Ezra"
"Ya terserah gue dong"
"Ya berarti terserah gue juga dong"
"Udah siih, makanan pake berebut, ntar gue beliin sepabriknya, Lo vin masuk rumah orang bukannya permisi atau ketok pintu lah minimal, atau gimana gitu, ini malah wooi" ucap Ezra menghentikan perdebatanku dengan Ezra yang unfaedah.
"Ya ya ya"
"Ooh iya, vin ntar ada balapan lo ikut nggak? gengnya Alvero nantangin"
"Heran gue gengnya Alvero kenapa dah? Dari SMP sampe sekarang nantangin kita mulu" Azelvin tampak tak senang dengan apa yang dia katakan.
"Kita?" Tanya Axel
"Ya, gue doang"
"Lo ikut nggak?"
"Jam berapa, jam 11"
"Tumben biasanya juga jam 12 malam"
"Mungkin Alvero mau tanding ulang kalau kalah" ucap Axel yang menjawab rasa penasaran ku, sebenarnya tidak berpengaruh juga jika dimajukan satu jam, aku yakin aku akan mengalahkan Alvero lagi untuk kesekian kalinya.
"Nggak usah ikut balapan vin, udah kuliah juga masih kaya bocah SMA SMP" larang Ezra.
"Tumben lo ngelarang gue, biasanya lo oke-oke aja Zra"
"Ya terserah lo aja deh tapi gue nggak ikut"jawab Ezra.
"Kenapa?" Tanya Azelvin heran dengan sikap Ezra.
"Vin lo harus tau, sekarang nih Ezra jadi kang bucin" Axel menggoda Ezra.
"Lo pacaran sama siapa?"
"Rahasia dong"jawab Ezra yang jawabannya membuat Axel penasaran, berbeda denganku yang tidak memikirkan hal itu, bagiku melihat Ezra bahagia itu sudah cukup.
"Eeh lo tau Evelynekan?"
"Ya jelas tau lah, diakan salah satu korban kita? Emang ada apa?" tanya Ezra.
"Menurut lo, gue kedia gimana?" Tanya ku yang mungkin sulit di pahami oleh kedua orang di hadapan ku.
"Yang jelas dong kalau ngomong" ucap Ezra kesal.
"Udah jelas lo aja yang nggak paham, lo ngerti maksud guekan xel?"
"Gue?" Tanya Axel sembari mengarahkan telunjuknya ke dirinya sendiri.
"Nggak noh cicak terbang" ucapku kesal. Punya temen dua pada eror semua.
"Lo mau pulang dulu, atau disini nunggu jam 11"
"Gue pulang dulu deh"
"Tumben lo, biasanya lo paling males kalau disuruh ke rumah, bokap lo nggak lagi di rumah?" Tanya Ezra.
"Gue pulang ke apartemen gue"
"Gue ngikut lo ya vin" ucap Axel memohon padaku.
"Nggak"
"Please masa gue di rumah Ezra sendiri, Ezrakan mau pergi sama pacarnya"
"Bodoamat emang gue pikirin"
"Jahat banget lo sama gue"
"Lo disini nggak papa kok xel, ntar kalau ada maling di rumah gue, Lo gebukin dah"
"Nggak deh lo pikir gue satpam di rumah lo apa? Mending gue jalan sama cewek gue"
"Cewek lo yang mana nih" ucapku mengejek Axel.
"Mira lah, cewek guekan cuma satu"
"Iya satu, cadangannya seribu" candaku dan berlari kerena Axel menendang bokongku.
Aku segera melajukan kendaraanku menuju apartemenku.
🏍️🏍️🏍️
Di tengah jalan aku melihatnya berjalan sendirian di tepi jalan, dia baru saja keluar dari minimarket sembari membawa bag jinjing ditangannya.
Apakah ini saatnya?
Apa aku harus menunjukkan diriku?
Sebenarnya aku juga tidak tahu kenapa saat aku bertemu dengannya aku ingin merahasiakan identitasku. Entahlah aku hanya merasa jika aku harus.
Aku mengikutinya dari belakang, mungkin dia sadar karena aku mengikutinya, dia menoleh kebelakang. Harusnya aku sadar kalau suara motor ku tidak bisa dibilang pelan. Dia berhenti dan melihat ke arah ku, aku turun dari motor.
"Maaf anda kenapa mengikuti saya" tanyanya was was. Aku melepaskan helm full face ku.
Dia terlihat ketakutan dan memegangi kepalanya, apa yang terjadi padanya? Aku mendekat ke arahnya, dia terlihat semakin ketakutan bahkan sampai berteriak histeris.
"Heeei... lo kenapa?" Tanyaku khawatir dengan memegang pundaknya, aku berusaha menenangkannya tapi dia semakin ketakutan dan mencoba berlari menjauh dariku, aku mengejarnya kemudian memeluknya dari belakang, tentu saja dia berontak, aku semakin mengeratkan pelukanku, tak lama kemudian dia tidak berontak lagi, ku kira dia tak apa tapi ternyata dia pingsan.
Aku semakin dibuat khawatir, tanpa pikir panjang menggendongnya, aku menempatkannya di kursi taman. Aku kemudian memesan taksi online, masa bodoh dengan motor ku sekarang, aku segera menggendongnya ke taksi.
"Lebih cepat lagi pak, teman saya pingsan"
"Maaf dek, saya tidak bisa melebihi batas rata-rata kecepatan yang aman untuk berkendara"
"Tapi jalanan sepi"
"Tidak bisa, tetap saja kita harus mengutamakan keselamatan"
"Percepat laju mobil ini atau ku bunuh kau" ancamku untuk sopir itu karena aku dibuat naik pitam olehnya, aku sangat menghawatirkan Evelyne sekarang. Sesampainya di rumah sakit, aku membayar taksi itu dan segera memasuki rumah sakit.
Evelyne dibawa ke sebuah ruangan untuk segera ditangani oleh dokter.
"Maaf mas bisa tunggu di luar"
"Tidak bisakah saya masuk ke dalam"
"Maaf mas dokter sedang memeriksa keadaan pasien"
Aku menuruti saja kata perawat itu.
Tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan Evelyne.
"Bagaimana keadaan teman saya dok" khawatirku padanya.
"Pasien baik-baik saja,bisa saja dia pingsan karena kelelahan, kamu bisa melihat keadaan pasien sekarang, kalau pasien sudah sadar saya akan memeriksa keadaannya lebih lanjut" jelas dokter mengenai keadaan Evelyne. Benarkah Evelyne kelelahan? Tapi bisa saja iya, karena bekerja di kafe tadi.
Aku masuk ke ruangan Evelyne, dan melihatnya yang tidak sadarkan diri. Aku mengusap dan mencium lembut tangannya. Andai aku bisa melakukan ini saat dia sadar.
"Aaah aku lupa ini sudah jam setengah sebelas, bagaimana ini? Apa aku harus meninggalkan Evelyne, ahhh tidak-tidak, aku akan menunggunya dan membatalkan balapan malam ini" sekarang sudah jam setengah 11 sebenarnya tidak masalah jika aku tidak mengikuti balapan itu lagi pula aku yakin aku akan memenangkan balapan itu lagi, hanya saja akan terjadi pertengkaran antara kawan-kawan ku dengan gengnya Alvero jika aku tidak datang.
Eeungh
Evelyne sudah sadar, dan dia memegangi kepalanya.
"Lo kenapa? lo baik baik ajakan, ada yang sakit" dia melihat ke arahku dan berteriak histeris seperti tadi lagi.
"Dokter dokter"
Dan tak lama kemudian dokter datang dan menyuruhku keluar. Aku berada di ambang pintu dan melihat Evelyne yang terus berteriak histeris seperti itu, ada apa dengan Evelyne?
"Suster panggilkan dokter Kris"
"Baik dok" tak lama setelah itu dokter yang mungkin namanya Kris itu datang dan menenangkan Evelyne, Evelyne tidak lagi berteriak dia sudah sedikit tenang sekarang.
Drrreeet drrreeet dret.....
Handphone ku berdering, aku menjauh dari ruangan itu dan duduk di kursi yang lumayan dekat dengan ruangan Evelyne berada.
"Iya halo"
"Waaah gila lo vin, udah jam segini lo belum dateng juga, balapannya hampir mulai nih tinggal nunggu lo aja"
"Gue gak bisa"
"Gimana sih, kok lo nggak bilang dari tadi, kalau ginikan Alvero bakal ngangap lo takut, kalau........" Celoteh Axel dari sebrang sana, aku mematikan teleponnya saat dokter keluar.
"Dokter bagaimana keadaan pasien?"
"Kamu keluarganya?"
"Bukan saya temannya"
"Saya tidak bisa memberi tahu kamu tentang keadaan pasien"
"Tapi dok, bagaimana kalau saya kasih dokter uang dan dokter kasih tau saya keadaan pasien"
"Maaf sekali lagi tidak bisa, lebih baik kamu pulang"
"Tidak saya akan mengantarkan teman saya pulang"
"Tidak perlu, kamu akan menghadapi keadaan pasien, lebih baik kamu pulang, jika kamu mengkhawatirkan temanmu kamu harus sesuai permintaan"
"Lalu bagaimana dia pulang"
"Saya yang akan mengantarnya"
"Memang dokter tahu rumahnya?"
"Tentu saja"
"Bagaimana dokter bisa tahu?"
"Itu tidak penting, lebih baik kamu pulang segera"
Aku meninggalkan Evelyne dan pergi dari rumah sakit itu, jika dokter itu tidak memberi tahuku maka aku akan mencari tahu sendiri keadaan Evelyne.
🐻🐻🐻
Aku sudah sampai di rumah sekarang, rasanya lelah sekali. Aku berada di kasurku di suatu saat, aku mengingat sesuatu. Aku mengambil kotak yang kutemukan di mejaku saat kuliah tadi, dan juga mengambil baju yang di kafe tadi.
"Sebenarnya apa isi kotak ini?" Aku membukanya dan ternyata isinya adalah sebuah gelang dari kayu, sederhana tapi cantik, dan aroman dari gelangnya membuat tenang, dan ternyata ada sticky note lagi
Pakailah ini untukmu Evelyne
"Apa ini untukku?"
"Tapi dari siapa?"
Aku membuka baju yang di kafe. Ternyata juga ada sticky note lag i.
Jangan buruk tentang ku
Dan pakailah baju ini.
Uang itu dan yang kemarin untukmu,
Jangan lupa untuk mengembalikannya.
Tunggu dulu, berarti orang yang memberiku gelang, baju dan uang adalah orang yang sama. Dan orang itu adalah pelanggan misterius yang sering ke kafe, sebenarnya siapa orang itu?
" Aaaah membuat pikiran jadi pusing, lebih baik membeli krim, dan juga beberapa bahan untuk sarapan besok"
Aku pergi ke minimarket yang tidak jauh dari rumahku.
Mengapa jalanan sepi, padahal kupikir ini belum terlalu malam.
Setelah membeli beberapa kebutuhanku untuk besok aku kembali ke rumahku, di tengah jalan, aku merasa seseorang tengah mengikutiku, karena aku mendengar suara motor, aku melihat ke belakang dan ternyata benar ada orang yang mengikutiku
Dia berhenti sembari melihat ke arah ku, dia turun dari motor. aku tidak asing dengan motor itu.
"Maaf anda mengapa mengikuti saya"tanyaku ragu. Dia melepaskan helm full face yang menutupi wajahnya.
Dia? Apa dia sudah kembali? Apa dia akan menyakiti ku lagi? Apa yang akan dia lakukan padaku lagi?
"Aaaaahhcc" ringisku kesakitan sembari memegang kepalaku. Memory buruk itu muncul di pikiranku.
Dia mendekat ke arahku, aku semakin ketakutan.
"Heeei lo kenapa?" Tanyanya khawatir dengan memegang pundakku, hal itu semakin membuatku takut, aku berlari menjauh darinya, tapi dia memelukku dari belakang, aku berontak sialnya kekuatanku tidak sebanding dengannya, dia semakin mengeratkan pelukannya, aku benar-benar semakin ketakutan dan rasanya kepalaku semakin sakit, aku bahkan tidak bisa bernafas sekarang, darah dalam tubuhku terasa tidak bisa mengalir dan detik berikutnya aku tidak tahu apa yang terjadi.
🐥🐥🐥🐥
Aku terbangun, rasanya sakit di kepala tidak berhenti menyerang. Aku sadar kini tengah di rumah sakit, tapi siapa yang membawaku kesini....
"Lo kenapa lo baik baik ajakan, ada yang sakit ?" Tanyanya yang masih samar kudengarkan.
Aku merasa sangat takut sekarang, aku tidak bisa mengendalikan diriku, aku tak sadar apa yang kulakukan mungkin saja aku berteriak histeris seperti biasanya. Namun yang jelas rasa sakit menyerang kepalaku.
Akhirnya dokter Kris datang. Aku senang dengan itu, Dokter Kris menenangkan ku.
Aku melihat dia keluar dari ruangan, agak lega rasanya.
Dokter Kris memintaku untuk menghirup dan menghembuskan nafas dengan teratur, aku sudah mulai merasa tenang sekarang.
Dokter Kris keluar dari ruangan, aku bisa mendengarkan suara dokter Kris yang sedang berbicara dengan seseorang di luar sana, tapi aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas.
"Evelyne bagaimana keadaanmu sekarang? Apa kau sudah merasa tenang?"
"Lebih baik dari pada tadi"
"Apakah orang tadi yang kau maksud?"
"Iya benar, orang itu yang sudah membuat ku seperti ini"
"Kapan terakhir kali kau ketakutan seperti tadi?"
"Beberapa bulan yang lalu, aku melihat beberapa siswa SMA yang kurasa mereka brandalan" ucapku mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu, aku tidak hanya merasa ketakutan ketika melihatnya, tapi aku juga merasa takut saat melihat anak brandalan ataupun preman.
"Evelyne kau tidak bisa seperti ini terus, kurasa kau harus sering bertemu dengannya"
"Bagaimana maksudmu? Aku harus bertemu dengannya? Aku saja ketakutan saat berdekatan dengannya, kejadian kejadian buruk itu muncul ketika aku berada di dekatnya" ucapku emosi.
"Tenanglah Evelyne, itu hanya saran dariku jika kau ingin sembuh, dengarkan aku jika kau sering berdekatan dengannya kamu akan mulai terbiasa dengan itu, dan traumamu bisa sembuh"
"Aku tidak bisa melakukannya, aku tidak sanggup"
"Oke baiklah, ayo aku antar pulang?"
"Iya" ucapku dan mengikutinya dari belakang dengan perlahan.
Akankah Evelyne mengikuti saran dari Dokter Kris?
Atau mungkin tidak?
Dokter Kris wu
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!