"Aku melangkahkan kaki bersama dengan harapan. Dan aku menunggu dalam sepi, meski ditemani ketidakpastian,"
anonim.
Jakarta Indonesia
Azelvin kini berada di tempat dia janjian melakukan balap motor, meskipun dia terlambat 30 menit, tapi benar seperti dugaannya, balapan belum dimulai.
"Gue kira lo nggak bakal dateng"ucap Alvero dengan tatapan yang meremehkan.
"Sorry sampai kapanpun gue nggak bakal takut sama lo, gue yakin balapan kali ini gue lagi yang menang"ucap Azelvin percaya diri.
"Oke gak usah banyak bacot lo, kita mulai sekarang"
Azelvin dan Alvero sudah siap di garis start. Dan banyak yang menonton di tepi jalan, Azelvin sedikit heran kenapa teman Alvero banyak sekali kali ini, sebenarnya apa yang direncanakan oleh Alvero, sementara teman Azelvin hanya ada Axel dan juga 11 orang lainnya, dan tidak ada Ezra mungkin sekarang Ezra sedang pergi dengan pacarnya.
"Three, two, one go" ucap seseorang perempuan berpakaian seksi.
Alvero dan juga Azelvin kini tengah melajukan kendaraan mereka di atas rata-rata kecepatan untuk berkendara. Seperti dugaannya Azelvin memenangkan pertandingan balap liar itu lagi. Alvero bukanlah tandingan yang sesuai untuknya, Alvero mudah terpancing emosi sehingga mudah untuk mengalahkannya.
"Gimana? Masih mau tanding lagi?"ucap Azelvin meremehkan.
"Bangsat lo"ucapnya emosi dan melakukan pukulan di wajah Azelvin dan kemudian terjadilah perkelahian antara geng Alvero dengan teman temannya. Azelvin kalah jumlah, oleh karena itu mereka memilih pergi ke tempat yang aman.
Kondisi Azelvin tidak bisa dibilang baik-baik saja sekarang, Azelvin membelah jalan raya yang sepi. Hawa dingin menyeruak tubuhnya, meskipun Azelvin memakai jaket kulit, tetapi dia tetap merasakan dinginnya malam. Tubuhnya yang sakit karena lebam itu semakin diperparah dengan cuaca yang dingin.
Tanpa sadar Azelvin kini sudah sampai di depan rumah Evelyne, Azelvin mematikan kendaraannya dan mengetuk pintu Evelyne.
Evelyne yang tengah terjaga karena mengerjakan tugas kuliahnya merasa terganggu dengan suara ketukan pintunya.
"Malem-malem gini ke rumah orang, siapa sih? Gue bukain pintu nggak ya? Tapi kalau ternyata itu bukan orang gimana?" Evelyne dengan ragu akhirnya membukakan pintu rumahnya dan......
Evelyne terkejut karena yang berada dihadapannya adalah Azelvin dengan luka di wajahnya, terlihat kesakitan sembari memegang perutnya. Evelyne mematung, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang, dia melihat sorot mata Azelvin yang kini seolah berharap pada Evelyne.
Dalam pikiran Evelyne dia ingin mengabaikan Azelvin tapi berbeda dengan tubuhnya, yang Evelyne lakukan adalah membawa Azelvin ke kamarnya dan membantunya berbaring di ranjangnya.
Dimana ketakutan yang Evelyne rasakan ketika berada di dekat Azelvin?
Azelvin kini tengah tidak sadarkan diri. Apakah jika Azelvin sedang tidak sadarkan diri maka ketakutan yang dia rasakan hilang?
Evelyne kini mengobati luka di tangan Azelvin dan memberi perban di telapak tangan Azelvin. Evelyne mengompres dahi dan juga perut Azelvin dengan air hangat, ya? Perut Azelvin, Evelyne membuka baju Azelvin untuk mengompresnya. Dia juga memberi plester di dagu Azelvin.
Entah apa yang dilakukan bocah ini? Sampai jadi seperti ini, apakah dia berkelahi? Seperti anak kecil saja, Azelvin benar-benar tidak bisa berubah.
Evelyne kini tidur dengan posisi duduk di kursi dekat ranjang dan meletakkan kepalanya di tepi ranjang.
🐥🐥🐥
Keesokkan paginya Azelvin terbangun karena merasakan hawa dingin di perutnya. Azelvin terkejut karena kini bajunya sudah tidak terkancing.
"Gadis ini benar-benar gila" gumamnya, sembari tersenyum penuh arti.
Evelyne kini terbangun dari tidurnya karena merasa kepalanya tengah diusap dengan lembut oleh seseorang.
"Apa gue harus kaya gini dulu, agar lo peduli sama gue?" Tanya Azelvin yang membuat Evelyne terkejut. Ketakutan itu kembali menyerangnya, memory kenangan buruk itu muncul.
"Pergi" bentak Evelyne.
"Lo kenapa vel? Apa yang terjadi? Kenapa reaksi lo berlebihan cuma gara-gara lo ngeliat gue"
"Pergi dari sini sekarang" ucap Evelyne yang mulai menjauhi Azelvin.
"Vel kenapa? Kenapa lo jadi kaya gini kegue"
"Gue mohon sama lo. Pergi sekarang" Azelvin segera keluar dari kamar Evelyne, dan melihat reaksi Evelyne. Evelyne kini tengah meminum obat dan mengatur nafasnya.
Azelvin mengancingkan bajunya, dan pergi dari rumah Evelyne. Ada apa dengannya?
Tadi malam ketika dia terluka aku tidak merasakan takut, tetapi kenapa sekarang reaksiku seperti ini.
Aku harus menanyakan ini kepada Dokter Kris.
Aku menelepon Edzard agar menemaniku menemui Dokter Kris, karena Edzard sudah tahu dengan keadaanku. Sebaiknya hari ini aku izin saja untuk tidak mengikuti pembelajaran di kampus.
Italic atau tulisan miring ➡️ Edzard
"Halo Edzard"
"Tumben pagi pagi nelpon"
"Lo bisa nemenin gue nggak?"
"Kemana?"
"Dokter Kris"
"Lo baik baik ajakan, lo ketakutan lagi? Kok bisa? Apa yang terjadi?"
"Ceritanya panjang, bisa nggak?"
"Oke lo tunggu, gue siap-siap dulu"
"Oke makasih" aku menutup telepon.
Aku bersiap untuk pergi ke Rumah Sakit untuk menemui Dokter Kris, aku sudah memberi tahunya kalau aku akan konsultasi dengannya.
Tidak berselang lama aku mendengar suara mobil Edzard, karena pintunya tidak ku kunci jadi Edzard masuk begitu saja dengan tergesa-gesa.
"Vel, gimana lo baik baik ajakan?"
"Gue baik kok"
"Terus kenapa lo minta dianterin ke Dokter Kris"
"Tadi malam............" Aku menceritakan semuanya ke Edzard dengan detail.
"Jadi dia udah balik dari luar negeri, dia udah lulus kuliah?"
"Gue nggak tau kalau soal itu, tapi tadi malem gue ketemu sama dia"
"Mulai sekarang lo harus hati-hati, kalau mau pergi kemanapun itu, lo harus kasih tau gue"
"Apaan dah lebay banget"
"Nurut aja kenapa sih?"
"Ya" jawabku dengan malas
🚗🚗🚗
Ketika aku sudah berada di ruangan Dokter Kris, aku menceritakan kejadian itu dengan jelas ke Dokter Kris.
"Kekhawatiranmu melawan rasa takutmu" ucap Dokter Kris yang membuatku bingung dengan apa yang dia maksudkan.
"Maksudnya?" Tanya Edzard yang juga bingung dengan ucapan Dokter Kris.
"Begini, Evelyne saat itu khawatir dengan kondisi Azelvin, dan rasa khawatirnya membuat rasa takut itu menghilangkan. Ketika pagi harinya karena keadaan Azelvin sudah membaik, kemudian ketakutan Evelyne muncul lagi" jelas Dokter Kris.
"Lo khawatirin Azelvin?" Tanya Edzard dengan tatapan anehnya.
"Entah"
"Evelyne sebaiknya kamu melakukan apa yang saya sarankan kemarin"
"Maaf dok, saya tidak bisa melakukan saran dari Dokter Kris"
"Jika kamu menginginkan kesembuhanmu, maka kamu harus melakukannya"
"Apa tidak ada cara lain, misalnya terapi atau apapun itu"
"Evelyne bukankah kamu sudah melakukan berbagai macam jenis terapi tapi mana hasilnya?"
"Ya sudah dok permisi" ucap Evelyne dan pergi dari ruangan Dokter Kris.
"Vel, Evelyne tunggu"
"Hm" gumamku
"Apa yang disarankan Dokter Kris?"
"Dia menyarankan agar gue sering berinteraksi dengan Azelvin. Bukankah itu gila?"
"Nggak, lo nggak bisa berada didekat jangkauan dengan Azelvin, dia berbahaya, gue yakin ada cara lain untuk kesembuhan lo"
"Tapi gimana?"
"Gue akan pikirin nanti, sekarang kita mau kemana?"
"Anterin gue ke TPU"
"Lo mau ngapain kesana? Jangan nyari kesembuhan kesana, minta kesembuhan tuh sama Tuhan"
"Gue cuma mau ngunjungin makam seseorang goblok, bukan mau macem-macem"
"Oh ayoklah" ucap Edzard dan menggandeng tanganku.
TPU
"Ini makam siapa vel?"
"Anak gue"
"Anak lo? Maksudnya?" Tanya Edzard.
Aku tidak menjawab pertanyaan darinya, aku menangis disana, aku mencurahkan isi hatiku. Bagaimanapun meninggalnya anakku ini juga karena kelalaian dariku.
"Maafkan mama nak, karena sudah lama tidak mengunjungi mu, kamu pasti kesepian disanakan? Kamu kedinginan? Maafkan mama, jika kamu hidup mungkin sekarang kamu sudah menjadi balita yang lucu yang sedang belajar berjalan, andaikan mama mu ini tidak lalai, pasti sekarang kamu bisa merasakan menghirup udara segar ini, melihat indahnya langit, merasakan kasih sayang dari mama, meskipun tanpa adanya ayah" ucapku di dalam hati, air mata sudah mengalir deras di pipiku. Aku tidak menyekanya dan membiarkan air mata ku mengalir bersama kesedihan yang kurasakan. Edzard mengusap kepala ku dan kemudian dia memelukku. Aku menangis di pelukannya, Edzard sangat paham dengan ku, bahkan dia tahu apa yang harus dia lakukan saat aku bersedih.
Setelah aku agak tenang Edzard membawaku masuk ke mobil dan aku tidak tahu tujuan kita sekarang. Aku hanya melihat ke arah jendela mobil dan melihat pemandangan yang indah.
"Sudah sampai"
"Pantai?"
"Iya benar, kita akan melihat sunset nanti"
"Masih lama"
"Kalau gitu gimana kalau kita nyari makan dulu, lo laper nggak?"
"Jelas gue laper lah"
"Yudah yuk, nyari makan deket-deket sini"
Akhirnya aku dan Edzard memilih makan beberapa seafood tentu saja Edzard yang membayarnya, aku tidak mau rugi.
"Gimana udah kenyang?"
"Belum"
"Buset cewek makanya banyak, gendut lo ntar"
"Biar keliatan chubby"
"Yang ada juga kelihatan kaya ikan buntel lo"
"Ya bodoamat, jalan-jalan di tepi pantai yuk"
"Kuy lah"
Aku dan Edzard jalan menyusuri tepi pantai membiarkan kaki basah. Terkadang kami lari dari ombak yang datang agar tidak basah, padahal jelas kaki kami sudah basah.
Kita tertawa lepas, setelah lelah kami memakan es krim dan menikmati keindahan alam di pantai dan membiarkan angin segar menerpa wajahku, senyum tidak ada henti-hentinya terulas di bibirku.
Akhirnya yang kita tunggu datang, sunset sungguh indah. Udara dingin semakin terasa karena aku hanya memakai kaos yang berlengan seperempat.
Edzard yang pada dasarnya lelaki yang peka, melapas jaketnya dan memakaikannya padaku. Dia tipe cowok yang romantis, humoris, baik, jujur, dan perhatian.
"Udah yuk pulang, udah mau malem"
"Emang lo nggak pengen liat bintang di langit malam"
"Pengen sih tapikan"
"Gue janji deh cuma sampai jam 8 malem"
"Oke deal"
Hari ini benar benar istimewa, aku merasa senang dengan perlakuan dari Edzard yang menghiburku. Tuhan jangan jauhkan aku darinya. Tuhan kirimkanlah seseorang yang baik dan yang pantas untuk Edzard, aku menginginkan yang terbaik untuknya.
Apakah sesulit itu memaafkan kesalahanku?
Apakah kau hanya perduli jika aku terluka saja?
Kalau begitu biar aku terluka saja
Ada apa denganmu vel?
Kenapa reaksi mu ketika melihatku seperti itu?
Aku masih terus mengintainya mengikutinya pergi bersama Edzard sialan itu.
Dia pergi ke rumah sakit, apa yang terjadi denganmu vel?
Bahkan dia juga pergi ke pemakaman umum, makam siapa yang dia kunjungi? Kenapa dia menangis sampai seperti itu?
Aku juga melihatnya bahagia dan tertawa lepas menikmati keindahan pantai dengan Edzard, bisakah aku menggantiikan posisi Edzard?
Apa istimewanya Edzard?
Aku lebih tampan dari pada dia
Lebih keren
Lebih manly
Lebih kaya
Dan jelas jauh lebih segala galanya dari Edzard.
"Aku melangkahkan kaki bersama dengan harapan. Dan aku menunggu dalam sepi, meski ditemani ketidakpastian," Azelvin.
Aku akan menunggumu, sampai aku bisa mendapatkamu, entah kapan itu.
Karena aku yakin kamu milikku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments