Pelatihku
Awal masuk sekolah adalah sebuah hari yang paling ditunggu tunggu oleh siswa baru untuk mengetahui bagaimana dan dimana kelas mereka nantinya dan siapa saja yanng menjadi teman sekelas mereka.
Begitu pun dengan Risda yang begitu bersemangat untuk berangkat kesekolah bersama dengan temannya panggil saja namanya Wulan.
Keduanya kini tengah berada dihalaman depan sebuah sekolahan yang cukup besar dan bertuliskan SMA Bakti Negara, sebuah sekolah swasta yang terkenal dikota Jakarta.
"Eh Ris, dia tampan banget, lihat kesana deh" Ucap Wulan ketika melihat seorang lelaki dengan memakai sebuah jas berada tidak jauh dari keduanya.
"Soal cowok aja langsung nyaut lo, buruan deketin deh, pepet Lan sebelum diambil orang lain nanti nangis" Seru Risda yang juga tengah memandang kearah yang sama.
"Ya kali gue bukan cewek murahan, seharunya dia yang ndeketin bukan gue"
"Cuma memberi saran anjay, lo pikir gue ngangep lo cewek murahan apa? Ngak kan?"
Mendengar kebisingan kedua orang itu membuat lelaki yang dimaksud mereka segera menoleh kearahnya, tatapan antara Risda dan lelaki tersebut bertemu hingga membuat Risda menjadi salah tingkah.
"Ayo pergi Lan, merinding gue" Ajak Risda dan langsung menarik tangan Wulan.
"Apaan sih? Jangan ngada ngada deh" Ucap Wulan yang kesal tiba tiba ditarik oleh Risda.
"Ish, lo ngak tau aja tatapan dia kek gimana tadi, ngeri tau lihatnya"
"Emang dia menatap ke kita? Kayaknya sih ngak, salah lihat aja kali dirimu"
"Mana mungkin, mata gue masih normal woi, lo pikir mata gue udah karatan gitu ha?"
"Sudah ah, males berdebat dengan lo, ayo masuk kelas, bentar lagi ospek akan dimulai"
"Y"
Mendengar jawaban yang super singkat itu membuat Wulan mengepalkan tangannya dan ingin sekali menempeleng kepala sahabatnya itu, tapi dirinya hanya bisa menahan kekesalan saja emang sih sikap Risda sangat keras kepala dan suka membuat orang marah.
"Eh dia sekelas dengan kita, apa jangan jangan dia juga siswa baru disini" Ucap Wulan ketika melihat lelaki yang mereka lihat dihalaman sekolah sebelumnya kini tengah masuk dikelas yang sama.
"Kayaknya sih iya, bodoamat lah" Risda sepertinya tidak peduli dengan sosok lelaki itu karena dirinya langsung bergegas untuk mengeluarkan buku tulis sebagai syarat melakukan ospek.
"Selalu cuek dengan lelaki" Guman Wulan seraya memutar bola matanya malas.
Risda hanya melirik sahabatnya itu sekilas, Risda memang tidak terlalu tertarik dengan yang namanya laki laki, karena sikapnya yang agak tomboy hingga membuat Risda sama sekali tidak tertarik dengan sosok lelaki.
Setiap peserta memperkenalkan nama mereka masing masing dan maju kedepan kelas, ketika lelaki itu maju pandangan Risda seketika terarah kepadanya.
"Perkenalkan nama saya Afrenzo, saya masuk dijurusan IPA" Ucap lelaki itu yang memperkenalkan namanya sebagai Afrenzo.
"Yah kita beda Ris, dia di IPA sedangkan kita di Sastra Indonesia, kenapa dulu gue ngak pilih jurusan IPA aja sebelum mendaftar" Ucap Wulan sedikit kecewa disebelah Risda.
"Kan masih satu sekolah, masih bisa ketemu kan? Lagian kenapa lo ngikutin gue? Gue itu ingin belajar Sastra Indonesia" Ucap Risda dan langsung membuang muka dari Afrenzo.
"Lo tau sendirikan, kalo gue ngak mau jauh jauh dari lo"
"Ngak punya pendirian sih lo itu"
****
Jam istirahat telah tiba, kini saatnya seluruh siswa beristirahat dan bergegas pergi kekantin sekolah, Wulan dan Risda kini tengah mengantri untuk beli beberapa makanan karena rasa lapar yang menghujani keduanya.
Risda dan Wulan kini tengah berada dibangku kantin sekolah untuk menikmati makan siang mereka, karena perut mereka yang saat ini sudah kelaparan.
"Lo bawa mukenah?" Tanya Risda ketika teringat bahwa dirinya lupa untuk membawa mukenah.
"Lupa, lo sih ngak ngingetin tadi sebelom berangkat sekolah" Gerutu Wulan.
"Kalo gue inget gitu, orang gue sendiri lupa ngak bawa, lo sih jarang sholat mangkanya bisa sampek lupa"
"Ngaca woi, lo sendiri aja sholat cuma dhuhur doang, itu pun kalo inget kalo ngak mah kagak pernah sholat"
"Jangan keras keras anjir, lo mau gue tendangan ha? Aib itu woi"
"Huft... Giliran gini aja lo bilang aib, lah lo sendiri malah buka aib gue"
Risda pun mendengus kesal kepada sahabatnya itu, tiba tiba sosok lelaki melewati bangku keduanya itu, ya lelaki itu adalah Afrenzo yang sedari tadi berada dikursi belakang Risda.
"Anjiiiir sejak kapan dia ada disini!" Umpat Wulan ketika menyadari adanya Afrenzo.
"Kayak hantu gentayangan" Ucap Risda pelan.
"Jangan jangan dia denger lagi ucapan lo Ris, bisa bisa dia ilfil sama gue, lo harus tanggung jawab Ris"
"Bodoamat"
Risda kembali memakan makanannya tanpa mempedulikan Wulan yang sedang menggerutu itu, Risda sama sekali tidak peduli entah lelaki itu akan ilfil ataupun yang lainnya dia tidak peduli.
"Lo aneh Ris, sangat sangat aneh"
"Aneh kenapa?"
"Lo itu sebenarnya cewek apa cowok sih? Masak tidak tertarik sama Afrenzo yang ngantengnya ngak adubilah itu"
"Cowok! Kalo lo mau sama dia, pepet sana, gue ngak tertarik sama sekali, lagian nih ya gue udah ngak percaya lagi sama yang namanya cowok, cowok hanya bisa menyakiti doang"
"Jangan gitu Ris, nanti jadi perawan tua baru tau rasa lo, cewek juga butuh sosok cowok"
"Bodoamat"
"Selalu dikit dikit bodoamat, bodoamat, bodoamat, ngak capek apa ngomong kek gitu terus? Gue yang denger aja capek"
"Capek istirahat jangan ngeluh"
Afrenzo adalah sosok pendiam yang hanya bicara disaat perlu saja, meskipun Afrenzo mendengar ucapan keduanya yang sejak tadi membicarakan dirinya akan tetapi Afrenzo memilih untuk diam tanpa mempedulikan ucapan keduanya itu.
Akan tetapi penampilan dari Risda seketika menarik perhatiannya, mungkin hanya Risda seorang saja yang tidak tertarik dengannya, sangat jarang ada orang seperti itu, karena wajah Afrenzo yang tampan membuat siapapun akan tertarik kepadanya kecuali Risda.
"Cewek aneh" Guman Afrenzo dari kejauhan.
Afrenzo hanya menggeleng gelengkan kepalanya lalu melenggang pergi dari tempat itu seorang diri karena dirinya sedikit tidak suka bergabung dengan teman temannya dan selalu memilih untuk sendiri.
*****
Risda dan Wulan kini tengah berada di toilet perempuan bersama dua orang temannya yang baru berkenalan dengan keduanya, keempat orang itu kini tengah berada di toilet yang sama.
"Yakin aman?" Tanya Devi, seorang gadis cantik dan tubuhnya agak pendek.
"Ngak yakin, kayaknya kita bakalan kena hukuman deh" Ucap Wulan.
"Lo ngajak gue sesat Lan" Risda berdecak kesal dengan ide Wulan.
"Lo sendiri sih kenapa ngak bawa mukenah anjir, ini sekolah swasta yang menjunjung tinggi ilmu agama, ngak ada cara lain kita harus sembunyi disini biar ngak kena hukuman para senior" Ucap Wulan kesal menanggapi ucapan Risda.
"Seharusnya kita ke masjid aja woi, kalo tau gini mending gue ngak ikut saranmu, pengap dan bau kencing, gue ngak suka disini"
"Kalo lo ngak nurut, keluar saja sana gue juga ngak nyegah lo untuk pergi"
"Sudah ah kenapa sih kalian malah berantem disini, emang ngak ada tempat lain apa?" Sela Putri yang memiliki tubuh sedikit tinggi dari ketiganya.
"Ngak!" Jawab Wulan dan Risda bersamaan.
"Jangan melotot gitu dong, ngeri tau lihatnya" Putri menjadi salah tingkah ketika ditatap tajam oleh kedua gadis itu.
"Mangkanya diam!" Seru Wulan dengan nada sedikit tinggi.
"Eh lo, untuk apa lo sembunyi kalo rame aja, yang ada hanya mempercepat hukuman! Udah disini bau kencing pake rame segala lagi, sesak nafas gue lama lama disini sama kalian" Gerutu Risda.
"Lo lupa bawa kaca ha? Lo sendiri juga rame" Wulan yang tidak terima dengan ucapan Risda itu.
"Apakah setiap hari kalian begini? Selalu saja bertengkar, ngak ada yang mau ngalah" Ucap Devi yang merasa lelah mendengarkan pertengkaran mereka itu.
"Ngalah? Ogah gue" Ucap Risda.
"Enak aja ngalah sama nih orang, gak bisa, gue ngak mau ngalah" Bantah Wulan.
Tok tok tok
Tiba tiba ada yang mengetuk pintu kamar mandi itu dari luar, hal itu sontak membuat keempat orang tersebut mendadak terdiam, ketukan itu semakin keras dan diiringi dengan suara seorang wanita.
"Cepat keluar! Atau saya dobrak pintunya"
Wulan lalu membuka pintu tersebut dengan perlahan lahan, dan nampaklah guru wanita yang terlihat begitu menyeramkan tengah berdiri didepan pintu sambil melipat kedua tangannya didepan dadanya.
"Ngapain kalian didalam? Ngak sholat?" Tanya guru wanita tersebut kepada keempatnya.
"Sholatnya dipending ya Bu" Ucap Risda.
"Apa kalian juga mau kalau masuk syurga-Nya juga dipending?" Tanya guru wanita itu dengan nada sedikit tinggi.
"Ngak juga sih Bu, konsepnya ngak gitu Bu" Risda masih membela dirinya.
"Lalu apa? Cepat ke lapangan sekarang dan berdiri dibawah bendera dengan satu kaki!"
"Kita kan punya dua kaki Bu, kenapa ngak pake dua duanya saja biar lebih mudah?"
"Dari tadi kamu ngelawan Ibu terus ya? Disini saya adalah guru, namamu siapa?"
"Nama saya Risda Bu, guru itu digugu dan ditiru, lah Ibu sendiri juga ngak sholat, kenapa hanya kita yang dihukum?" Tanya Risda dengan wajah polosnya.
"Kamu siswa baru sudah berani membantah Ibu, cepat ke lapangan sekarang!" Ucap guru wanita itu dengan marah
*****
Kini Risda dan ketiga temannya sudah berada dilapangan, bisa dibayangkan bertapa panasnya saat itu ketika waktu menunjukkan pukul 12 siang, ditengah lapangan ketiganya menghadap kearah tiang bendera.
"Gara gara lo sih, gue jadi kena, panas nih, item gue lama lama kek gini terus, capek!" Gerutu Risda kepada Wulan.
"Emang lo doang yang panas, gue juga panas kali" Ucap Wulan dengan malasnya.
"Nge es enak deh keknya, apalagi es kelapa muda yang masih lumer"
"Beli sono, gue nitip"
"Kalian ini, sudah dihukum masih aja rame" Devi tidak habis pikir dengan kedua teman barunya itu.
"Ngak asik kalo ngak rame" Jawab Wulan.
Risda dan yang lainnya berdiri disana cukup lama hingga akhinya pelajaran pun selesai dilaksanakan, sekarang sudah pukul 2 siang, sudah 2 jam mereka berdiri disana karena kena hukuman.
Para siswa pun membubarkan diri untuk bergegas pulang kerumah mereka masing masing akan tetapi keempat orang itu masih setia berdiri dibawah tiang bendera untuk menunggu guru tersebut mengizinkan mereka untuk pulang juga.
Siswa yang lainnya pun mengejek keempat orang itu karena mereka yang dihukum oleh seorang guru wanita, tiba saatnya Afrenzo berjalan melewati mereka berempat.
Melihat Afrenzo yang akan lewat tempat itu pun membuat Wulan salah tingkah, ia pun reflek menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, sementara Risda masih terlihat santai dan sesekali mengipasi wajahnya dengan kedua tangannya itu.
"Kenapa mereka dihukum Bu?" Tanya salah satu siswa perempuan.
"Tidak sholat, malah sembunyi dikamar mandi" Jawan guru wanita itu yang sejak tadi memang mengawasi keempatnya.
"Memang pantas dihukum" Ucap Afrenzo ketika melewati Risda dan kawan kawannya.
"Sial, emang lo pikir gue ngak denger apa!" Teriak Risda kepada Afrenzo ketika mendengar ucapannya itu.
"Oh" Jawab Afrenzo singkat.
"Hih.. nih anak" Risda mengepalkan tangannya dengan erat mendengar jawaban dari lelaki tersebut.
Afrenzo berlalu pergi dari tempat itu meninggal Risda yang nampak begitu marah kepadanya itu, mendengar kebisingan yang diciptakan oleh Risda membuat guru wanita tersebut langsung bergegas mendatangi Risda dan kawan kawannya.
"Bu, sampai kapan kita dihukum kayak gini, udah panas suruh berdiri lagi, emang ngak ada perasaan" Protes Risda ketika melihat guru itu mendatangi mereka.
"Kalian boleh pulang, awas aja kalo besok diulang, akan Ibu tambahih hukuman kalian"
"Alhamdulillah" Ucap Wulan dengan kegirangan mendadak.
"Makasih Bu guru yang terhormat" Ucap Risda sambil membungkukkan badannya.
Risda dan yang lainnya langsung menjabat tangan guru tersebut seraya menciumnya, meskipun Risda anaknya kalo ngomong ngak bisa direm akan tetapi ia tidak melupakan akhlak seorang murid kepada guru.
Keempatnya langsung berbalik arah menuju kelasnya untuk mengambil tas mereka, setelahnya Risda dan Wulan langsung menuju kearah warung yang jualan es kelapa muda.
Mereka memesan 4 gelas sekaligus untuk berdua, setelah berpanas panasan minum es adalah salah satu hal yang sangat penting, dengan es tersebut tubuh dan pikiran mereka kembali merasa fresh.
*****
Keesokan harinya, tepat hari ini adalah hari terakhir pengenalan lingkungan sekolah yang diadakan oleh SMA Bakti Negara, sudah 4 hari mereka melakukan pengenalan lingkungan sekolah dan saat ini adalah saatnya untuk pembagian kelas mereka.
"Semoga saja ruang kelas kita bersebelahan dengan ruang kelas Afrenzo" Harapan Wulan yang penuh dengan keseriusan.
"Lo suka dengan cowok dingin itu? Ngomong aja jarang, amit amit dah sampe sebelahan dengan tuh orang" Risda nampak mengusap usap dadanya.
"Hei biasanya yang pendiam itu lebih menggoda Ris, jarang loh ada cewek yang bisa menaklukkan orang seperti itu"
"Gue mah ogah, mending nyari bakso, udah enak bikin kenyang lagi"
"Dipikiranmu keknya hanya ada makanan doang deh, tapi sayang ngak bisa gendut gendut, udah kurus kering lagi benar benar memperihatinkan untuk dipandang"
"Daripada lo hanya ada harapan doang, kenyataan kagak, diabaikan iya"
"Ngenes, mulutmu memang pedas Ris, pantas saja ngak laku laku dari dulu"
"Gue ngak butuh untuk laku atau tidak, asal lo tau, pacaran itu haram"
"Siapa bilang haram? Buktinya mereka pada suka dan bahagia bahagia aja tuh"
"Itu mereka bukan gue, menurut lo alkohol haram atau ngak?"
"Iya haram lah pe'ak masih ditanya aja, orang itu benda haram"
"Sama kayak pacaran, udah tau haram masih aja diminum, masih aja dilakukan, emang sih benda haram itu mengenakkan karena ada campur tangan dari jin atau setan didalamnya"
"Emang tau dari mana lo? Ngelihat jin aja ngak pernah, sok tau lagi"
"Ada ayatnya didalam al qur'an loh, yang bunyinya gini *Demi Allah, sungguh Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum engkau (Muhammad), tetapi setan menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan mereka (yang buruk), sehingga dia (setan) menjadi pemimpin mereka pada hari ini dan mereka akan mendapat azab yang sangat pedih* nah kurang jelas apa lagi tuh?"
"Emang itu surat apa?"
"Bisa dibaca surat an nahl, ayat ke 63"
"Lalu yang pacaran?"
"Gini nih ada ayat lagi *Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji sekaligus jalan yang buruk*, nahkan kurang jelas apa lagi coba? Bisa dibaca didalam surat al isra' ayat ke 32"
Wulan memanggut manggut mengerti dengan ucapan Risda, tak beberapa lama pembagian kelas pun dimulai, tanpa siapa sangka bahwa kelas Sastra Indonesia terletak berhadapan dengan kelas IPA.
"Asik Ris, doa gue terkabulkan" Ucap Wulan dengan girangnya.
"Gue harap lo ngak bikin resek Lan"
"Akhirnya impian gue jadi kenyataan Ris, seneng banget tau ngak sih"
"Serah lo aja deh, biar lo seneng"
Risda pun meninggalkan Wulan dari tempat itu dan memilih untuk masuk kedalam kelas barunya itu, ia sudah tidak tahan lagi dengan teriakan teriakan Wulan karena kesenangannya itu, dan dia lebih memilih untuk masuk kedalam kelasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
rizky nandala
aku suka dengan orang yang dingin karena gak panas 🙂🙂🙂🙂🙃🙃🙃🙃🙃
2024-01-12
1
Andalas 476
kyak lagi bales WA aja nih..😂
2023-11-12
0
Kirana Pramudya
Lucu sih karakter Risda ini.
2023-02-14
0