Risda dan Wulan kini tengah asik dikelasnya dan berkenalan dengan teman teman barunya, tak beberapa lama kemudian anggota OSIS masuk kedalam kelas mereka dan hal itu membuat Risda berhenti berbicara.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam warahmatullahi wa bharakatuh" Jawab mereka serempak.
"Kami dari anggota OSIS ingin memberitahukan mengenai ekstrakulikuler yang ada disekolah ini, yang wajib kalian ikuti ada dua ekstrakurikuler yaitu Pramuka dan Pencak silat, kami akan menjelaskan mengenai beberapa ekstrakurikuler itu"
Mereka pun menjelaskan ekstrakurikuler yang ada didalam sekolah tersebut akan tetapi yang wajib diikuti oleh setiap siswa ada dua pilihan yakni pramuka dan juga seni beladiri.
Mereka juga menjelaskan hal hal.yang lainnya mengenai beberapa ekstrakurikuler yang ada disana, sekitar setengah jam mereka menjelaskan mengenai ekstrakulikuler yang ada disekolah itu.
"Kami akan memberikan beberapa kertas untuk pilihan ekstrakurikuler yang kalian pilih, mohon diisi sekarang juga"
Pihak anggota OSIS itu pun menyebarkan sebuah kertas kepada setiap siswa yang ada didalam kelas itu, mereka pun berdiskusi untuk memilih ekstrakulikuler yang akan mereka pilih.
"Lo pilih apa Ris?" Tanya Wulan penasaran.
"Jangan ikut ikut, bisa gila gue lama lama deket lo, udah rempong kek ibu ibu"
"Pedes amat omongan lo, belum pernah dibuat sambel apa tuh mulut"
"Mau gue makan lo?" Tanya Risda sambil melotot kearah sahabatnya itu.
"Eh kalian ngapain ribut ribut didalam? Mau kami usir keluar?" Tanya salah satu anggota OSIS.
"Usir keluar? Siapa lo? Guru aja bukan, main ngusir ngusir aja, mau gue usir balik?" Tanya Risda sambil berdiri dari bangkunya.
"Kau! Siswa baru jangan songong disini ya, kami ini anggota OSIS disini, kalian harus menghormati"
"Gue ngak peduli lo itu siapa, sama sama makan nasi kan? Jangan mentang mentang lo itu anggota OSIS jadi bebas ngusir gue dari kelas"
Wulan yang menyaksikan itu pun langsung menarik tangan Risda agar duduk kembali, mendengar pertengkaran itu membuat seluruh siswa yang ada dikelas fokus pada Risda, sementara anggota OSIS yang berdebat dengan Risda itu pun dipegangi erat oleh ketuanya untuk menghentikan perdebatan itu.
"Jangan bikin keributan disini" Ucap ketua OSIS kepada anggotanya itu.
"Dia yang mulai duluan Kak" Belanya.
"Jelas jelas kamu yang mulai duluan disini, kita memberi waktu bebas untuk mereka memikirkan mengenai ekstrakulikuler, jadi kalo rame itu urusan mereka"
"Iya Kak, saya salah" Anggota OSIS itu pun tertunduk lesu dihadapan ketua OSISnya.
"Yang sudah diisi kumpulkan" Perintah ketua OSIS kepada seluruh siswa baru.
Risda tanpa basa basi langsung memilih pencak silat sebagai ekstrakurikuler yang wajib mereka ikuti, esktrakulikuler pencak silat diadakan seminggu 3 kali pertemuan sementara pramuka hanya sekali pertemuan saja.
"Lo beneran mau ikut pencak silat?" Tanya Wulan yang tidak sengaja melihat kertas milik Risda.
"Ini urusan gue, lagian gue juga ngak mau dirumah lama lama, mending gue ikut ekstra ini daripada harus dirumah terus terusan"
"Iya juga sih, nyokap lo pergi kagak balik, lah gue bokap gue malah dari SD kagak balik balik"
"Lo enak bokap lo cuma pergi kerja, lah gue? Malahan udah cerai sejak SD, tinggal pun numpang kagak dipedulikan, pulang kagak pulang juga terserah gue"
"Tapi gue gimana anjiiiing? Gue kan nebeng sama lo kalo berangkat sekolah, kalo lo beda pilihan sama gue lalu pulang gue gimana?"
"Itu urusan lo, mangkanya baik sepedah sendiri, sepedah nganggur dirumah buat apa?"
"Tapi kan Ris, gue sukanya dibonceng bukan naik sendiri"
"Terserah lo, mau nunggu sampe ekstrakurikuler Pencak silat selesai? Terserah dah"
"Gue mah ogah"
Risda hanya melirik sekilas sahabatnya itu dengan malas, tanpa siapa sangka bahwa hanya dirinya saja yang memilih pencak silat dikelas itu, sementara yang lainnya memilih pramuka karena mereka tau gimana sulitnya latihan beladiri itu.
Setelah menumpuk kertas itu, anggota OSIS langsung keluar dari dalam kelas itu, setelahnya mereka kembali berbincang bincang dengan teman barunya itu, sungguh asik.
"Lo pilih apa tadi Ris?" Tanya Rania teman barunya yang ada dikelas itu.
"Dia pilih pencak silat" Jawan Wulan sebelum Risda menjawab pertanyaan itu.
"Gila lo? Pelatih disini killer tau ngak sih? Kami semua aja kagak berani ikut yang gituan, lo malah pilih yang begituan" Rania menggeleng gelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang dipilih Risda.
"Bukan gue namanya kalo nyerah gitu aja, anggap aja ini sebagai tantangan bagi gue, sekejam apa sih pelatihnya, gue kagak takut, sudah biasa dengan yang namanya kekerasan" Jawab Risda dengan sangat yakin.
"Ris, jangan sedih" Cicit Wulan ketika Risda mengatakan hal seperti itu dan dapat ia lihat bahwa tersirat kesedihan didalam ucapan Risda setiap dia mengucapkan kata kata kekerasan.
"Gue bukan anak bayi lagi, jadi lo ngak usah takut kalo gue nangis"
"Lo memiliki problem apa dengan keluarga?" Tanya Septia yang duduk disebelah Rania kepada Risda.
"Sudah jangan banyak nanya, lo mau bikin gue nangis disini, dengan pertanyaan pertanyaan seperti itu ha?" Ucap Risda sambil membuang muka dari mereka.
"Maaf" Jawab mereka berbarengan.
"Ini bukan lebaran woi, kenapa kalian kek gini anjiiinggg, gue terharu" Risda pun terkekeh geli melihat aksi mereka.
"Ris, bisa ngucap sedikit lembut ngak sih? Jangan kasar kasar seperti itu" Sela Rania ditengah tengah kekehan renyah Risda.
"Maaf ya, gue akan coba kalo bisa, soalnya sudah kebiasaan seperti ini dari dulu" Jawab Risda.
"Gue ngak tau masalah lo seperti apa dikeluarga lo, tapi gue hanya bilang, tetap semangat kita kita mau kok jadi temen lo buat curhat, jangan ngerasa sendiri" Ungkap Septia.
"Mulai sekarang kita sahabat" Seru Rania kegirangan.
"Woi gua juga mau!" Seru Mira dan Nanda bersamaan.
Meskipun baru kenalan akan tetapi rasanya mereka sudah begitu akrab, ini adalah kelas pertama bagi Risda yang akrab dengan teman sekelasnya, selama ini yang ia lalui adalah dijauhi teman temannya karena sikap Risda yang blak blakan.
Melihat temen barunya seperti itu, membuat Risda merasa bahagia karena bisa bertemu dengan mereka semua, Risda harap kebahagiaan bersama mereka itu tidak akan pernah berhenti sampai kapanpun dan mereka akan selalu bersemangat dan menyemangati satu sama lain.
*****
"Hai, boleh kenalan?" Sapa seorang lelaki kepada Risda yang tengah asik membaca buku.
"Boleh, nama gue Risda, lo siapa?" Tanya Risda balik.
"Satria, nama lo bagus"
"Thanks"
Risda kembali fokus kepada buku yang ada ditangannya, itu buku novel bukan buku pelajaran sehingga membuat Risda betah untuk membacanya daripada buku pelajaran yang membuatnya merasa sangat bosan.
"Oh iya, gue dengar lo mau ikut beladiri ya?"
"Lo tau dari mana?"
"Ya elah, semua orang juga udah denger kali disini, emang lo ngak takut ikut beladiri disekolah ini? Gue denger denger sih pelatihnya kejam dan masih muda, tapi beladiri ini itu cabangnya bukan daerahnya jadi masih ada tingkatan yang lebih tinggi lagi dari sini"
"Oh iya, gue harap bisa masuk ke daerahnya, gue kagak takut sama pelatih itu, emang dia bisa apa?"
"Lo emang belom paham ya soal beladiri? Pantesan aja lo asal pilih"
"Gue milih itu juga bukan urusan lo, gue bosan dirumah, dan mumpung ada kesempatan ekstrakurikuler seminggu 3 kali jadi gue ngak perlu dirumah lama lama"
"Lo emang aneh Ris, asal lo tau ya, bukan hanya 3 hari doang, lebih tepatnya tanpa berhenti, hari jumat saja baru berhenti"
"Hah? Emang lo tau dari mana? Lo kan juga baru masuk sekolah ini"
"Lo bakalan tau nanti gue siapa diperguruan itu"
"Lo masuk perguruan juga Sat?"
"Selamat bergabung dengan kita"
"Yoi bro, gue ngak nyangka kalo lo emang ikut perguruan itu, hahaha... Besok kan mulainya?"
"Iya, datang aja langsung diaula beladiri, pulang sekolah"
*****
Waktu istirahat pun telah tiba, Risda dan teman teman barunya pun langsung hendak membubarkan diri, akan tetapi ketika Risda mengajak mereka menuju kekantin tapi mereka menolaknya.
"Gua bawa bekal Ris, Nyokap gue tadi buatkan" Jawab Rania.
"Gue juga, sayang kalo kagak dimakan" Ucap Nanda.
"Nyokap gue juga sudah menyiapkan bekal, lo mau makan bareng kita ngak disini? Gue mau kok berbagi dengan lo" Ucap Mira pelan.
"Ngak usah, lo makan aja, oh iya lo bawa juga?" Tanya Risda pada Septia.
"Iya Ris, maaf ya, gue ngak ikut kekantin bareng kalian berdua"
"Iya ngak papa, ya udah gue sama Wulan duluan ya"
"Iya Ris" Jawab mereka barengan.
Tersirat perasaan sedih di hati Risda, bagaimana tidak ia juga ingin dibuatkan bekal seperti teman temannya, ia juga ingin merasakan dikhawatirkan oleh orang tuanya tapi pikiran itu langsung ditepis begitu saja olehnya, keinginan itu tidak akan terwujud.
"Lo pingin mbekal Ris?" Tanya Wulan.
"Kagak, ya sudah yok kekantin, keburu rame nanti malah ngantri"
"Wokeh, go!"
Dengan semangat yang membara, Wulan lalu menarik tangan Risda menuju kearah kantin sekolah, keduanya nampak seperti bocah yang sedang berlarian dilorong sekolahan, akan tetapi hal itu menciptakan sebuah tawa bagi Risda.
Sikap keduanya pun tak luput dari perhatian orang orang yang ada disekitar mereka, bagaimana tidak bocah SMA tapi sikapnya masih seperti bocah TK yang masih suka dengan lari larian.
Brakk...
Tiba tiba tanpa sengaja Risda menyenggol seorang wanita yang berada didekatnya dan orang tersebut lalu terbentur kepintu kelasnya hingga menciptakan bunyi yang begitu nyaring.
"Maaf Kak, kami ngak sengaja" Ucap Risda sambil merasa bersalah.
Ketika wanita tersebut menoleh kearah Risda, Risda langsung mengenali bahwa orang yang ia tabrak itu adalah anggota OSIS yang berdebat dengannya tadi pagi, wanita tersebut langsung melotot kearah Risda sambil memegangi jidatnya yang sakit.
"Lo ngak punya mata ha!" Teriaknya.
"Salah sendiri, letoy bangat jadi orang" Balas Risda.
"Lo! Ngajak gue berantem ha?"
"Emang lo pikir gue takut denganmu? Ayo! Maju lo sekarang"
"Ada apa ini!" Tiba tiba seorang lelaki berdiri diantara keduanya.
Lelaki itu adalah Kakak kelas Risda, dapat dilihat bahwa anggota OSIS itu memiliki perasaan dengan lelaki tersebut, dan dapat Risda duga bahwa lelaki itu adalah pacarnya si wanita anggota OSIS itu.
"Dia yang mulai duluan!" Ucap wanita itu dengan mengebu gebu.
"Gue udah minta maaf sama lo, lo nya aja yang memperparah keadaan" Jawab Risda yang tidak terima.
"Sudah Ris, ayo pergi dari sini saja" Ajak Wulan.
"Ngak segampang itu kalian pergi, lo udah nyakitin cewek gue, dan gue tidak bisa diem saja" Ucap laki tersebut sambil menatap dingin kearah Risda.
"Lo mau baku hantam sama gue? Emang lo pikir gue takut sama lo? Maju lo" Ucap Risda sambil melipat lengan bajunya itu.
Pandangan mata lelaki itu tanpa sengaja jauh kepada sosok yang berada tidak jauh darinya, sosok itu melipat kedua tangannya didepan didadanya sambil menatap dingin kearah lelaki tersebut dan hal itu langsung membuat nyali si lelaki kendor begitu saja.
"Urusan kita belom selesai, ingat itu" Ucap si lelaki.
"Gue kagak takut sama lo" Ucap Risda.
Keduanya lalu bergegas pergi dari tempat tersebut setelah mendapatkan tatapan tajam dari seseorang, Risda pun menoleh kearah dimana lelaki itu menatap hingga membuatnya pergi dari tempat itu, akan tetapi Risda sama sekali tidak menemukan apapun disana.
"Ayo kekantin Ris" Ucap Wulan yang langsung menyadarkan Risda dari lamunannya.
"Aneh" Guman Risda.
"Apanya yang aneh?" Tanya Wulan.
"Ya aneh aja, kenapa orang itu langsung pergi begitu saja, tadi tidak terima dengan gue eh mendadak kabur begitu aja kek ada yang ditakuti gitu"
"Lo nanya ke gue? Lalu gue nanya ke siapa woi?"
"Noh ke rumput yang bergoyang" Ucap Risda sambil menunjuk kearah rerumputan.
"Setresssss" Umpat Wulan sambil memonyongkan bibirnya kepada Risda.
"Dari dulu" Jawab Risda dan langsung berlalu meninggalkan Wulan begitu saja.
"Eh anjiiiiirrr gue ditinggal" Mau kesal gimana pun Wulan tidak bisa berdebat dengan Risda karena Risda memang jagonya untuk berdebat.
"Lo lama sih, Kek mau diajak nikah aja"
Keduanya langsung melanjutkan perjalan mereka menuju kekantin kelas, kedua siswa baru yang minus akhlak tersebut langsung menyerobot masuk kedalam kantin untuk mendapatkan antrian paling depan tanpa mempedulikan protes orang orang yang ada disana.
"Lo bisa antri kagak?" Tanya seseorang kepada Risda.
"Gue laper, lo seharusnya ngalah dengan cewek" Jawab Risda.
"Untung lo siswa baru, kalo bukan udah gue tendang lo dari sini" Jawabnya sinis.
"Thanks Kakak kelas udah ngalah sama gue"
"Wokeh, nanti bayarin punya gue juga ya"
"Gila lo!" Umpat Risda.
"Pak nanti dia yang bayarin punya saya, sekalian teman teman yang lainnya, katanya buat ngerayain ultahnya" Ucap pemuda itu kepada sang penjual.
"KAGAK! Ngawur lo!" Teriak Risda yang tidak terima.
Hal itu membuat lainnya langsung menyerbu makanan yang ada ditempat itu, tanpa mempedulikan ucapan Risda yang terus berteriak itu.
"Rasain lo, habisnya kagak mau ngantri haha" Batin pemuda tersebut.
*****
"Jadi totalnya semuanya ada 700 ribu" Ucap penjual.
"APA! Saya ngak punya yang segitu banyaknya Pak, yang benar saja dong Pak" Ucap Risda.
"Punyamu berapa?"
"Saya cuma punya 200 ribu Pak, itupun tabungan saya dari SMP"
"Saya yang akan bayar Pak" Ucap seorang lelaki dan langsung memberikan uang kepada penjual itu.
"Nah gitu dong, ngak jadi rugi kan diriku" Penjual itu nampak terlihat senang.
Tanpa banyak bicara lelaki itu tersebut langsung bergegas pergi dari tempat tersebut dan meninggalkan tanda tanya besar dibenak Risda, lelaki itu adalah Afrenzo yang pernah sekelas dengan dirinya pada waktu Ospek.
"Tunggu!" Teriak Risda mengejar Afrenzo.
Afrenzo sama sekali tidak mendengarkan teriakan Risda yang mengejarnya, sampai akhirnya Risda sampai didepannya dan membuat langkah Afrenzo berhenti tiba tiba.
"Lo budek ya!" Ucap Risda sambil mengendalikan pernafasannya yang memburu tanpa jawaban dari Afrenzo lelaki itu pun kembali beranjak pergi.
"Lo punya hutang dengan gue" Ucap Afrenzo sebelum pergi.
"Dasar lelaki aneh! Bakal gue bayar hutang gue secepatnya!" Teriak Risda tanpa dipedulikan oleh Afrenzo.
"Gila, emang uang sakunya berapa ya kalo sekolah? Ngeluarin uang segitu banyaknya aja tanpa berpikir dua kali, pasti anak orang kaya" Guman Risda yang membungkuk karena kelelahan berlari.
...----------------...
*Bersambung...
Jangan lupa untuk dukung author ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Putra_Andalas
Kakaknya Risda ,gmna mksud'y ini...😵
2023-11-12
0
Saputri 90
kerenn... coba ada yg kaya gini di dunia nyata .. mau satu bolehhh
2023-02-13
0
Saputri 90
tombol pemberani.. mantapp nih
2023-02-13
0