Crazy Agreement
Suasana jam makan siang di salah satu restoran ternama di Jakarta memang selalu cukup ramai. Banyak orang yang tergersa-gesa untuk mendapatkan tempat di restoran tersebut, karena makan siang adalah kesempatan bagi mereka untuk melepaskan diri dari segala penat.
Tepat di salah satu meja yang ada di restoran tersebut, terdapat tiga orang yang sedang asik bercanda gurau. Mereka memilih untuk makan siang dan beristirahat sejenak di restoran tersebut karena seharian itu mereka sangat lelah mencari pekerjaan kesana kemari.
Salah satu dari mereka menghembuskan nafasnya pelan. "Setelah seharian kita lelah kesana kemari mencari pekerjaan. Lebih baik kita makan dulu sekalian kita beristirahat sebentar," ucap Noah kepada kedua sahabatnya yang masih sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
"Benar. Kalau diberi pilihan antara mencari pekerjaan atau mencari lelaki, aku akan lebih bersedia mencari lelaki dibandingkan mencari pekerjaan," ucap Kylie sambil mengikat rambut panjangnya itu.
Mendengar itu, kedua sahabatnya itu hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum malas. Memang seperti inilah Kylie, selalu berbicara terus terang tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Kau ini, dipikiran mu hanya tentang lelaki," ucap Caitlin sambil meneruskan makanan yang ada dihadapannya.
Noah hanya tertawa melihat tingkah kedua sahabat perempuannya itu. Karena dia sudah sangat hafal tingkah laku kedua sahabatnya itu. Caitlin seorang gadis cantik, lembut dan sangat sabar. Sedangkan Kylie seorang gadis yang baik namun sangat cerewet.
Setelah mereka menghabiskan waktu kurang lebih satu jam di restoran tersebut. Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.
Ditengah perjalanan, tiba-tiba Caitlin merasa tidak enak hati. Namun ia tepis pikiran tersebut, dan melanjutkan perjalanan menuju rumahnya.
Sesampainya dirumah, Caitlin melihat kedua orang tuanya yang sedang duduk disofa dengan wajah yang begitu serius. Caitlin bertanya-tanya dalam hatinya apa yang sebenarnya terjadi kepada kedua orang tuanya.
"Hai mah pah! Kalian baik-baik saja kan?" Tanya Caitlin dan menghampiri kedua orang tuanya tersebut.
"Hai Caitlin, bagaimana kau sudah mendapatkan pekerjaan?" Tanya Simon, ayah Caitlin.
"Belum pah, tapi aku janji aku akan mendapatkan pekerjaan secepatnya untuk membantu perusahaan papah yang sedang terpuruk sekarang," Ucap Caitlin sambil tersenyum tulus kepada Simon.
"Mencari pekerjaan sekarang ini susah Caitlin, sedangkan perusahaan ayahmu sekarang benar-benar butuh tambahan modal agar tetap berjalan," Ucap Natalie, ibu Caitlin.
Perasaan Caitlin sangat campur aduk, apa yang diucapkan ibunya memang benar. Setelah seharian ini ia lelah mencari pekerjaan, namun satupun tidak ada yang membuahkan hasil.
"Papah dan mamah sudah membuat keputusan. Kami telah menjodohkan kau dengan anak dari rekan bisnis kami. Maka dengan perjodohan itu perusahaan kami bisa terselamatkan Caitlin," ucap Simon sembari merubah posisi duduknya.
"Apa? Perjodohan? Tidak pah....Caitlin tidak mau dijodoh-jodohkan. Caitlin tidak pernah berpikiran untuk menikah diusia Caitlin yang masih muda ini," jawab Caitlin membantah permintaan sang ayah.
Caitlin terkejut mendengar ucapan ayahnya. Perjodohan? Hal yang sama sekali tidak pernah Caitlin pikirkan sebelumnya. Kalaupun ia ingin menikah, tetapi bukan pernikahan dari sebuah perjodohan. Caitlin membayangkan jika ia menerima perjodohan itu, apakah ia akan bahagia atau ia akan menderita.
"Kami mohon kepadamu Caitlin, kaulah harapan kami satu-satunya. Harapan kami untuk menyelamatkan perusahaan yang telah kami bangun dalam waktu yang sangat lama ini. Apa kau tega membiarkan perusahaan kami hancur begitu saja?" Ucap Natalie menangis dan memeluk Caitlin.
Apa yang harus ia lakukan? Menerima perjodohan itu atau membiarkan perusahaan orang tuanya hancur sia-sia. Ia mengusap kasar rambutnya yang terurai itu menjadi sedikit berantakan.
"Jika tidak ada jalan lain, baiklah aku akan menerima perjodohan itu," ucap Caitlin lemah.
***
2 minggu kemudian
Caitlin sedang duduk didepan meja rias dikamarnya. Dia memoleskan sedikit make up diwajahnya. Hati dan pikirannya yang saat ini sangat tidak karuan membuatnya melamun sejak ia duduk dikursi itu.
Hari ini adalah hari dimana ia harus pergi ke salah satu butik ternama di Kota Jakarta. Ya, dia akan melakukan fitting baju pernikahannya bersama dengan lelaki yang bahkan sampai saat ini tidak pernah ia kenal. Jangankan wajahnya, namanya pun ia tidak tahu.
Sesampainya di butik, ia disuguhkan dengan banyaknya gaun-gaun pernikahan yang sangat cantik. Ia takjub melihat keindahan yang ada didalam butik tersebut. Tanpa ia sadari, ia tersenyum sambil memegang satu-satu gaun tersebut.
"Sangat cantik," ucap Caitlin pelan, memegang salah satu gaun v-neck berwarna putih yang dihiasi dengan mutiara indah.
Kemudian ia menghampiri Natalie dan pegawai butik tersebut sambil tersenyum ramah.
"Bagaimana? Sudah dapat gaun pilihanmu?" Tanya Natalie meraih tangan Caitlin.
"Sudah! Aku memilih gaun yang berada disana," ucap Caitlin menunjuk gaun yang tadi ia sentuh.
"Baiklah nona, mari coba gaunnya," ucap pegawai butik tersebuh sambil mengambil gaun tersebut.
Caitlin mengangguk dan tersenyum.
Tak lama kemudian, keluarlah seorang gadis cantik menggunakan gaun yang sangat indah. Lehernya yang begitu jenjang, kulit putihnya yang sangat cocok menggunakan gaun tersebut. Ya dia adalah Caitlin, ia melangkah menuju ibunya yang masih fokus memandanginya sejak ia keluar dari balik tirai tersebut.
"Kau sangat cantik anakku," ucap Natalie memeluk Caitlin.
"Mah, aku cantik juga karena kau juga cantik," jawab Caitlin membalas pelukan Natalie.
Setelah selesai fitting baju pernikahannya. Caitlin sudah kembali pulang kerumahnya. Ia memilih untuk duduk disofa dan menghampiri ayah dan ibunya.
"Caitlin, mamah sudah sangat tidak sabar menunggu hari pernikahanmu," ucap Natalie duduk disamping Caitlin.
"Iya papah juga sudah tidak sabar menunggu hari kebahagiaanmu," sambung Simon tersenyum lebar.
"Tidak akan lama lagi aku akan menikah. Aku akan menjadi seorang istri, dan aku bukanlah seorang gadis kecil lagi mah pah," ucap Caitlin dengan mata yang berkaca-kaca.
"Terimakasih Caitlin, karena kau sudah bersedia menerima perjodohan ini dan membantu kami untuk menyelamatkan perusahaan kami ini. Kami sangat beruntung memiliki anak yang sangat patuh terhadap kami. Kami harap kau akan selalu bahagia bersama calon suamimu," ucap Simon memeluk Caitlin.
Cahaya bulan masuk menembus jendela kamar Caitlin. Ia masih sibuk dengan pikirannya. Apakah keputusan yang ia ambil ini akan membuatnya bahagia. Lelaki yang seperti apa yang akan menjadi suaminya. Nama lelaki itupun ia sama sekali tidak tahu.
Caitlin meraih ponselnya, lalu ia segera menghubungi sahabatnya. Orang yang pertama ia hubungi adalah Noah, karena bagi Caitlin Noah lah yang dapat mengerti dengan keadaan Caitlin sekarang.
"Ada apa malam seperti ini kau menelponku?" Tanya Noah jauh disebrang sana.
"Aku akan segera menikah" Jawab Caitlin Lesu
"Menikah?" Noah terkejut mendengarnya. Noah pun mematikan panggilan telepon tersebut.
Caitlin pun merasa aneh dengan Noah yang langsung mematikan teleponnya setelah mendengar kabar pernikahannya. Namun Caitlin masih memikirkan bagaimana acara pernikahannya nanti dengan pria yang tidak ia kenal itu. Akankah pernikahannya akan berjalan lancar atau tidak. Karena sejujurnya ia masih belum siap jika harus menikah. Namun ia sudah memutuskan untuk mengambil perjodohan itu.
***
Caitlin
Aaron
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Aduhhhhhh Thor...
Ampyunnnnnnnnnn visualnya....
🤕😵💫🤭
2023-08-19
0
Khaanza
👍👍👍👍
2023-04-20
0
Yulia Prihatin91#SoLo#
cocok kyknya nih
2022-11-23
0