Always Be Yours
Sinar matahari menembus jendela kamar seorang gadis yang tengah tertidur membuat gadis itu merasa terganggu tidurnya, ia berdecak kesal sambil mengucek matanya.
"Ya ampun anak gadis masih molor?!" gemas seseorang menerobos kamar gadis itu. Ia menggeleng-geleng melihat adiknya masih bergelayut dalam selimutnya padahal hari ini adalah hari pernikahan gadis itu, Azza Kaia Azalia.
"Apa sih ganggu aja!" gerutunya kembali menaikkan selimutnya hingga keujung kepala. Sam—kakak kedua Azza geram melihat adiknya langsung menarik selimut adiknya itu. "Hei, lo mau nikah apa nggak nih?"
"Eh nikah? Oh iya gue nikah hari ini!" pekiknya teringat hari spesial ini buru-buru turun dari kasur sambil berjalan sempoyongan. Azza langsung menyambar handuk, tetapi sebelum itu ia kembali menatap kakaknya yang masih anteng duduk dikasur.
"Ngapain lo masih disini kak? Keluar!" usirnya menarik tangan kakaknya.
"Ck, tidak tau terimakasih. Masih mending gue bangunin lo. Cepetan ya jangan pakai lama, Mama daritadi bolak-balik nyuruh gue bangunin lo. Huft nyusahin aja nih bocah. Besok...besok kalau lo udah nikah, bangun sendiri!" ocehnya panjang lebar.
"Iya...iya, lagian kan hari ini gue mau nikah kak. Udah ya, keluar dulu!" usirnya mendorong kakaknya sampai keluar dan menutup pintunya dengan keras.
Braak!
"Dasar adek sialan!" umpatnya lalu berjalan meninggalkan kamar adiknya.
***
Azza mengeringkan rambutnya, senyumnya terus terpancar menghiasi wajah cantiknya. Sebentar lagi ia akan menjadi istri dari Alghaisan. Pria yang berhasil merebut hatinya.
"Aduh kok gue gugup ya," gumamnya merasakan tangannya terasa dingin. Azza menarik napas pelan lalu menghembuskan secara perlahan. "Gue yakin lo bisa Za! Yok Azza semangat!"
Braak!
Azza mengumpat pelan sambil membalikkan badannya menatap tajam pelaku yang mendobrak pintu kamarnya. "Bisa nggak sih ketuk pintu dulu?"
"Hahaha sorry, nih gue lagi semangat!" serunya berjalan mendekati Azza. "Ciee bentar lagi nikah nih," godanya sambil menoel pipi Azza.
"Cih, kak jangan gitu, malu gue."
"Hahaha iya...iya, gimana perasaan lo hm? Gugup?" tanyanya lagi duduk disamping Azza.
"Kalau itu nggak usah lo tanyain deh kak Bit, nggak nampak nih tangan gue udah gemetaran dari tadi," serunya menatap Bita—kakak ipar pertama.
"Kak Anggi mana?" tanya Azza celingak-celinguk mencari kakak iparnya yang satu lagi. Bita terkekeh pelan.
"Dia lagi debat dengan Sam, biasalah pasutri yang satu itu lagi banyak drama."
"Haduh, sekarang drama apa lagi?"
"Entahlah, sekarang lo tunggu MUA-nya datang ya. Gue turun dulu, kasian anak gue ditinggal." pamitnya berjalan keluar kamar. Sebelum itu, ia melirik kearah adik iparnya. "Selamat ya, semoga pernikahan kalian bahagia selalu sampai maut memisahkan." ucapnya tulus.
Azza tersenyum lalu mengangguk. "Aamiin," Setelah Bita keluar, kini Azza kembali menoleh kearah cermin. Ia melihat pantulannya dari cermin. "Huft, senyum dong Azza, ini hari baik lo!" serunya menyemangati, tangannya tidak sengaja menyenggol gelas didekatnya.
Praank.
Deg. Tiba-tiba ia tidak suka dengan perasaan tidak enak muncul. Azza berdecak pelan seraya menenangkan dirinya bahwa ia akan baik-baik saja dan pernikahan ini akan berjalan dengan lancar, semoga begitu. Tidak kunjung tenang juga, Azza langsung mengambil ponselnya dan menelpon calon suaminya.
"Al, angkat dong!" gumamnya cemas karena Algha tidak mengangkat teleponnya. Perasaan kalut semakin menggerogotinya, ia pun berjalan keluar kamar.
"Tidak mungkin..." lirih seseorang membuat Azza yang baru turun beberapa anak tangga berhenti. Ia menelan saliva berusaha untuk tidak berpikir yang tidak-tidak saat ini.
"Ma...sabar Ma," ucap Sam mengelus punggung Mamanya, pemandangan itu membuat Azza bingung sekaligus cemas. Buru-buru ia mendekati keluarganya.
"Ada apa? Mama kenapa?" tanyanya membuat semuanya terkejut dan diam menatap Azza yang tiba-tiba berada disini. Azza semakin kesal karena tidak ada satupun kelurganya yang menjawab pertanyaannya. "Kenapa? Tolong jawab!"
"Algha, calon suami kamu...kecelakaan, tadi sempat dibawa kerumah sakit tapi nyawanya nggak tertolong lagi." jawab Papa pelan.
Jdeer!
Seketika dunia Azza runtuh, hari yang harusnya membahagiakan kini harus menelan pahitnya kenyataan. Azza tersenyum ketir memandang mereka satu persatu, memastikan apa yang ia dengar adalah bercanda. "Pasti kalian semua bercanda kan?" lirihnya berharap semua ini hanya lah candaan belaka. Namun, tidak ada satupun yang menunjukkan raut ceria membuat Azza menggigil menahan air matanya agar tidak jatuh.Lututnya membentur lantai, mencoba mencerna apa yang terjadi hari ini adalah kenyataan bukan mimpi.
Al, kamu tega pergi tanpa pamit! Harusnya kamu nggak usah buat aku jatuh cinta! Jangan seenaknya pergi setelah kamu dapat apa yang kamu mau!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments