Lulu berdecak kagum dengan mobil baru Azza. "Widih tumben kakak lo baik banget?" tanyanya sambil memasang seltbelt-nya. Azza mengedik bahu tidak tahu, ia menyalakan mesin mobilnya.
"Baguslah kalau dia lagi baik. Kita mau kemana nih?" tanyanya menoleh kearah Lulu.
Lulu berpikir sejenak. "Hmm nonton bioskop kita?" tawarnya langsung dianggukan Azza.
"Ya udah, carilah film bagus apa yang ditayang hari ini. Sekalian kita makan siang di Mall,"
"Oke bos!" serunya langsung menscroll ponselnya. Azza fokus mengendarai mobilnya.
"Horor mau nggak?"
Azza mengangguk. "Boleh, kalau yang action gitu ada nggak?"
"Hmm ada sih, boleh juga yang ini. Kayaknya seru, gue booking aja dulu ya, biar nggak kehabisan tiket."
"Okee." jawabnya setuju.
***
Khaizan tersentak bangun, kakinya tiba-tiba naik betis membuatnya meringis berusaha meluruskan kakinya. Setelah merasa sudah tidak sakit lagi, ia mengumpat kesal karena posisi tidurnya tidak bagus. Ia merenggangkan ototnya lalu melirik jam dinding yang menunjukkan pukul satu siang.
"Huft," Khaizan berjalan menyambar handuk dan segera membersihkan diri. Pria itu keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk sepinggang. Terlihat jelas perutnya yang sixpack jika kaum hawa melihatnya, Khaizan mengambil asal pakaiannya dari dalam koper, lalu keluar dari kamar memastikan pekerjaan yang dilakukan orang-orang sialan tadi.
Kedatangan Khaizan membuat semuanya ketar-ketir memandangnya. Aura mencengkam pria itu semakin terasa setiap langkahnya menuruni anak tangga. "Kalian nih siput ya? Lambat kali kerjanya!" hardiknya lalu berdiri dihadapan mereka.
"Mana wanita sampah tuh?" tanyanya celingak-celinguk mencari keberadaan wanita itu. Miya muncul dari balik seseorang lalu melangkah mendekati anak tirinya.
"Hari ini juga silahkan angkat kaki dari rumah ini. Gue nggak mau serumah dengan lo. Dan kalian, pergilah dan jangan pernah datang lagi kesini, mengerti?" tekannya menatap tajam.
"Ngerti nggak?!"
"I-iya ngerti."
"Bubar!" titahnya langsung membuat semuanya berbondong-bondong keluar dari rumah itu. Tetapi tidak dengan Miya yang masih berharap belas kasihan dari pria itu membuat Khaizan semakin jengkel melihatnya.
"Lo nggak budeg kan? Lo masih punya telinga kan? Nggak dengar gue bilang apa tadi huh? Pergi dari sini!" Khaizan berdecak pelan, lalu melangkahkan kakinya menuju dapur. Sampai di dapur, ia melirik satu persatu orang yang bekerja dirumahnya kini diam menunduk.
"Ngapain kalian diam? Sana bersihkan semua ini sampai tidak ada bekas pesta sialan itu! Dan salah satu dari kalian, bantu wanita tua ini membereskan barang-barangnya, dia tidak akan tinggal disini lagi!"
"Baik tuan!" kompak mereka langsung melaksanakan tugas yang diberikan Khaizan.
"Khaizan, tolong jangan usir Mama Nak, kamu nggak kasihan liat Mama terlantar diluar?"
"Bukan urusan gue, mau lo tinggal dikolong jembatan lah, mau ditepi jalan itu urusan lo! Lagian lo masuk keluarga ini nggak baik-baik kan? Jadi terima aja konsekuensi diusir dari rumah ini!" terangnya menatap jengkel kearah wanita itu.
Semakin ia melihat wajah wanita itu semakin teringat bagaimana Mamanya dulu menahan sakit hati melihat kemesraan Papanya dengan wanita lain. Kalau saja waktu itu, ia paham kedepannya akan seperti ini, mungkin dari dulu ia sudah menghajar habis-habisan pria tua itu.
Khaizan tidak menghiraukan tangisan Miya, ia dengan santainya meneguk kandas air mineral didalam kulkas. "Nangis lah sampai buta, gue nggak akan berubah pikiran." ucapnya dingin melewati Miya, setelah itu ia berjalan sambil memainkan kunci mobil ditangannya. Pria itu langsung melajukan mobilnya ke suatu tempat.
***
Azza membeli popcorn untuk cemilan mereka saat nonton nanti. Ia bersenandung pelan sambil celingak-celinguk melirik sekitarnya. Pandangannya langsung tertangkap dengan sepasang kekasih yang saling tertawa lepas. Azza tersenyum ketir, pasangan itu mengingatkannya dulu dengan Algha. Pria itu suka sekali menjahilinya, tetapi karena itulah ia jadi jatuh cinta dengan pria itu.
"Huft...lo udah ikhlas kan Za, jadi jangan diungkit lagi entar kasian dianya disana." lirihnya sambil menyeka air matanya.
"Mbak, pesanan anda popcorn caramel ya?" tanyanya memastikannya pesanan pelanggannya benar. Azza mengangguk pelan, tak lupa ia mengucapkan terimakasih dan berjalan kearah Lulu.
Lulu yang asyik memainkan ponselnya, langsung heboh saat melihat seseorang tengah berjalan masuk kedalam lobi bioskop. Bukan hanya Lulu, para kaum hawa lainnya juga berdecak kagum dengan pria tampan itu. Azza mengernyit bingung melibat reaksi sahabatnya, lalu ia mengikuti arah pandang sahabatnya.
Deg.
Tatapan pria itu sekilas mirip dengan Algha. Ia bahkan mengucek matanya berkali-kali memastikan bahwa pria itu tidak mirip dengan Algha. Gadis itu berjalan dan duduk disamping Lulu. Ia meringis saat sahabatnya itu tiba-tiba mencubit lengannya dengan gemas. "Woi sakit Lu!"
"Ah, maaf...maaf. Gue lagi terkagum-kagum dengan ciptaan Tuhan yang begitu indah. Sudahlah tinggi, putih, hidungnya mancung, alisnya tebal, beuh tipe para wanita banget!" pekiknya gemas.
"Lah, harusnya lo ngomong tipe lo, kenapa lo malah bilang tipe para wanita?" tanya Azza heran.
"Gue mah cuma mengagumi doang, kalau soal tipe gue lebih suka Andrew teman kelas kita," bisiknya malu-malu.
"Ya ampun, terserah lo ajalah." ucapnya menyerah meladeni sahabatnya yang satu ini. Mulutnya terus mengunyah popcorn yang ia beli tadi sambil menunggu jadwal tayang film yang akan mereka tonton. Tetapi, matanya malah terfokus melirik seseorang yang menarik perhatiannya. Pria tinggi itu baru saja membeli sebuah tiket nonton.
Hmm kira-kira dia bakalan nonton apa ya? Hush, Azza lo nggak boleh kepo! Azza menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lo kenapa Za?"
"Eh? Nggak ada,"
"Wow dia beli tiket nonton dong, kira-kira dia mau nonton apa ya? Semoga aja dia nonton film yang sama!" pekiknya berharap, sedangkan Azza menepuk jidatnya pelan heran melihat tingkah abstrud sahabatnya ini.
Pria itu tak lain adalah Khaizan. Ia ingin melepaskan pikiran jenuhnya dengan menonton bioskop. Jika biasanya pria tampan pasti selalu membawa pasangannya, tentu tidak berlaku untuk Khaizan. Ia lebih senang jika tidak ada yang menganggu ketenangannya daripada meladeni kaum hawa yang terus menyusahkannya.
Jika ada yang mengira ia belok tentu adalah kesalahan besar, karena saat ini ia tidak ingin menjalani hubungan asmara mengingat kejadian yang dialami Mamanya membuatnya sedikit trauma dengan wanita, intinya, wanita sangat sulit dipercaya.
Kepalanya langsung mendongak saat merasakan ada yang meliriknya, dan benar saja gadis berambut cepol itu meliriknya tanpa menunjukkan ekspresi seperti kaum hawa lainnya. Pandangan gadis itu tentu mengusik pikirannya, tidak ingin mempedulikan terlalu jauh, ia pun memainkan ponselnya sambil menunggu jadwal tayang filmnya dimulai. Khaizan langsung berdiri saat mendengar panggilan dari petugas untuk masuk kedalam ruangan bioskop.
"Woah dia kayak aktor woi,"
"Iya...apa dia punya pacar?"
"Eh...eh dia duduk dimana ya? Kalau duduk disamping gue, beruntung banget!"
Khaizan mengumpat pelan dalam hati, ia mencari kursi yang sesuai dengan nomor dalam tiketnya. Ia memang sengaja mencari dipojok dan posisi kursinya ditengah. Pandangannya tertegun saat melihat nomor kursi miliknya itu berada tepat disebelah gadis yang tadi menatapnya dengan datar. Begitu juga dengan gadis itu hanya melirik diam kearahnya.
Lulu lagi-lagi heboh melihat Khaizan berjalan mendekati kursi mereka. Sedangkan Azza memutar bola matanya malas. ia dapat mendengar decakan kecewa karena pria yang mereka kagumi kini duduk disebelahnya, manalagi duduknya dipojok seolah-olah mereka adalah sepasang kekasih yang tengah nonton di bioskop.
Lulu menoel pipi Azza, senyum jahilnya terus terpancar dari wajah gadis itu. "Ciee duduk disebelah babang tampan. Gimana nih, gugup nggak?"
"Ck, enggak ya. Udah fokus aja lo nontonnya, jangan lihat ke gue trus!" gerutunya membuat Lulu mengangguk patuh. Lain dimulut lain dihati, Azza sesekali melirik kearah pria itu.
"Ternyata tidak terlalu mirip." gumamnya pelan. Tanpa ia sadari ucapannya itu sempat terdengar oleh Khaizan, namun pria itu hanya menghiraukan ucapan gadis disebelahnya ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments