Bab 4

Khaizan tampaknya tidak menikmati alur cerita dalam filmnya. Ia terus menerus menghela napas membuat Azza terganggu dengan helaan napasnya. "Permisi, tolong jangan berisik!" bisiknya menekan, setelah mengatakan itu ia kembali fokus menonton filmnya. Khaizan menatap sinis kearah gadis disebelahnya ini, siapa kali gadis itu bisa mengaturnya seenaknya saja?

"Cih, jangan pedulikan gue. Nonton aja sana!" ketusnya membuat Azza menoleh sinis kearahnya.

"Heh, suara napas lo ganggu telinga gue, kalau nggak suka filmnya silahkan keluar!" bisiknya menekan, ia tidak ingin membuat keributan di dalam bioskop. Sementara sahabatnya tidak menyadari perdebatan dua manusia disampingnya ini, ia terlalu fokus menonton filmnya.

Khaizan mencebik, ia pun juga sudah tidak betah lagi berada didalam sini. Ia pun langsung berdiri dari tempat duduknya. "Minggir!"

"Ih rese banget nih orang!" kesalnya mengangkat kakinya agar pria itu bisa keluar. Lulu tersentak menoleh kearah Azza, tanpa disuruh langsung, ia berinisiatif mengangkat kakinya sambil menyunggingkan senyumnya kearah Khaizan. Pria itu tidak peduli, dengan santainya ia keluar lewat pintu masuk ruangan bioskop itu.

"Huft, menyusahkan tuh aja cewek!" gerutunya lalu mengeluarkan ponselnya dari saku jaketnya. Khaizan menaiki lift untuk ke parkiran basement. Ia berjalan kearah mobilnya terparkir.

"Ngapain juga ya gue kesini? Entahlah gabut gue!" decaknya sambil melajukan mobilnya keluar dari parkiran Mall.

***

Lulu menyenggol lengan sahabatnya. "Aciee tadi ngobrol ya sama babang tampan? Gimana? Dapat nomornya?"

Azza menjitak kepala Lulu. "Apanya yang tampan, ngeselin kayak bebek gitu!" ketusnya.

"Hush! Jangan ngomong kayak gitu, mata lo aja kali yang buta. Orang setampan itu masa nggak keliatan si dimata lo, gue yang gelap-gelapan tadi aja masih bisa liat wajah tampannya yang bersinar!" celotehnya membuat Azza memutar bola mata malas. Begitulah manusia, hanya melihat tampang bukan isi hatinya.

"Gue laper nih, yok makan dulu!"

"Oh udah nggak berhalu lagi? Kirain gue lo halu makan sama dia." ledeknya membuat Lulu terkekeh.

"Ya nggak sampai situ jugalah. Tapi kalau rezeki makan sama dia, gue mah langsung sujud syukur hehehe..."

"Astaga nih anak...Udahlah, yok makan di sana!"

"Yok bestie!" ajaknya merangkul Azza berjalan kearah restoran didepan mereka. Keduanya memilih tempat duduk disamping jendela. Mereka dapat melihat suasana dari kaca besar di restoran ini.

"Gila macet panjang woi, gimana kita pulang?"

"Ya tinggal pulang, pakai mobil lah." jawab Azza menoleh heran kearah sahabatnya.

"Ih bukan gitu, macet loh pasti capek nanti."

"Heleh, yang harusnya ngeluh gue, lo mah tinggal duduk manis doang. Manalagi mobil gue manual, ya siap-siap kaki gue gantung kopling trus." gerutunya menghela napas.

"Hahaha iya juga ya."

Percakapan keduanya terhenti saat pelayan yang mengantarkan makanan yang mereka tadi pesan sudah datang. "Silahkan menikmati!"

"Terimakasih." Usai mengucapkan itu mereka saling diam sambil menikmati makanan mereka masing-masing.

Lulu mendongak dan terkejut saat melihat seseorang yang ia kenali. Tangannya memukul pelan pundak Azza berkali-kali. "Ck, apa lagi?"

"Tuh...tuh liat!" serunya berbisik menunjuk kearah dua pasangan yang duduk tidak jauh dari mereka.

"Siapa tuh?"

"Ih masa lo nggak tau sih, itu Andrew woi!" serunya lagi membuat Azza harus memicingkan matanya agar dapat melihat jelas wajah pria itu.

"Eh iya dong, tapi dia sama siapa?" gumamnya penasaran, lalu ia menoleh kearah sahabatnya dengan tatapan iba, baru sadar jika sahabatnya ini menyukai Andrew.

"Lo okay kan?"

Lulu tersenyum tipis sambil mengangguk pelan. "Dah biasa dah, gini nih kalau rasa suka dipendam trus, jadinya ditikung orang lain deh." lirihnya sambil tertawa renyah.

Azza menghela napas pelan. " Ya udah move on aja, cari yang lain." usulnya langsung dianggukan sahabatnya.

"Lo benar, gue nggak boleh sad...sad gini. Aha, kan gue masih ada stok cadangan lagi, pria tampan tadi di bioskop!" serunya tersenyum penuh arti.

"Anjir nih anak, hei jangan suka ya dengan pria tadi. Sumpah gue nggak restuin lo dengan pria menyebelin tuh, rasanya ingin gue lempar dia ke lubang buaya!" tolaknya mentah-mentah.

"Serem amat, tapi apa salah dia beb? Perasaan gue baik-baik aja tadi.".l

"Lo nggak tau kejadiannya gimana, dia bernapas aja ribut, sumpah ganggu telinga gue!"

"Ya elah, gue kira apa tadi. Itu mah biasa loh, lo aja sih sensitif amat."

"Terserahlah...." Mata Azza melirik ponselnya yang baru saja masuk satu pesan. Tanpa melihat nama, ia sudah tahu siapa pengirim pesan ini kalau bukan kakaknya.

Kak Sam Baholak

Aman, kalau mau pulang, pulanglah...

Me

Nice, oke gue otw balik.

"Kenapa senang?" tanya Lulu penasaran dengan raut wajahnya yang begitu sumringah.

"Dah aman terkendali, kakak gue yang kedua ini bisa diandalkan deh," serunya semangat. Setelah selesai makan, mereka pun membayar makanan mereka.

"Tolong antar gue ke kampus ya," pinta Lulu sambil merogoh tasnya.

"Kenapa? Kan gue bisa antar lo balek rumah,"

"Ih...tuh motor gue dikemanain sayang? Masa ditinggal di kampus sih, entar ada yang nyulik motor gue gimana?" gemasnya mencubit pipi Azza.

Azza menepuk jidatnya pelan. "Hehehe sorry lupa gue,"

Setelah mengantarkan Lulu ke kampus, Azza langsung menancap gas melaju kerumahnya. Entah berapa kali ia ditelpon kedua orang tuanya untuk segera sampai rumah. Ia yakin, akan ada banyak rentetan pertanyaan padanya, salah satunya pasti ada tentang ia kabur dari pertemuan perjodohan itu.

"Azza pulang!" serunya menggantung kunci mobilnya di gantungan. Ia melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga, dimana keluarganya semua berkumpul menunggunya.

"Dari mana?" tanya Deon menatap tajam putrinya. Azza menghela napas pelan, lalu menyengir pelan duduk disamping Papanya.

"Hehehe main sama Lulu tadi Pa,"

"Tadi kan Mama suruh pulang cepat kan?" tanya Haura ikut menatap tajam putrinya.

"Kan tadi Sam udah bilang Ma, dia mau main sama Lulu," sanggah Sam memasang badan untuk adiknya. Azza mengacungkan jempol kearah kakaknya.

"Huft ya sudahlah, kamu ganti baju sana!" ucap Haura beranjak dari tempatnya begitu juga dengan Deon. Azza menghela napas lega, beruntung orang tuanya tidak bertanya lebih.

Ia menoleh kearah kakaknya. "Keren kak, makin sayang gue sama lo!" pekiknya menghamburkan pelukannya pada Sam.

"Heh, jangan berani selingkuh ya Za!" seru Anggi menatap tajam kearah mereka. Azza menguraikan pelukannya menatap kakaknya datar.

"Ya elah kak, kami kan saudara kandung loh!" gemasnya.

"Mau saudara kandung, mau saudara tiri, mau saudara angkat sekalipun. Nggak ada yang boleh peluk suami gue," ucapnya sambil melipat tangannya didada.

"Ya ampun, nih..." Azza mendorong Sam hingga terduduk disamping Anggi. "Gue kembaliin suami lo!" gerutunya cemberut sedangkan Anggi tersenyum puas sambil bergelayut manja dengan suaminya.

Azza menatap datar, lebih baik ia menghindari pasangan abstrud itu, baru saja kakinya melangkah keluar kakak pertamanya tiba-tiba bersuara.

"Abis lo mandi, kita pergi!" ucap Alze sambil menyesap teh hangatnya.

Mata Azza berbinar-binar, mendekati Alze. "Mau kemana?"

"Tengok aja nanti, sekarang cepat siap-siap!"

"Siap bos!" seru Azza berlari kencang menuju kamarnya.

Bita menoleh kearah suaminya. "Kita mau kemana?" tanyanya penasaran.

Alze tersenyum tipis. "Ada deh, lagian kita juga bawa Arfa sama Ghazea." ucapnya menoleh kearah Sam. Sam mengangguk pelan.

"Ya udah, kami siap-siap dulu," Sam menggendong Ghazea. "Ulululu kamu mirip banget sama Papa nak!"

"Ya iya lah mirip, kamu memang bapaknya!" gerutu Anggi gemas melihat suaminya itu.

Kakak-beradik itu menatap cengo saat melihat bangunan yang mereka kunjungi saat ini. Alih-alih pergi ke suatu tempat yang bagus, Alze malah membawanya ke supermarket.

"Lo mau belanja, jangan bawa orang sekampung juga woi!" Anggi kesal menjambak rambut Alze.

"Woi sakit!"

"Jangan Nggi, entar botak suami gue." Bita menggerutu.

"Tanya suami lo Bit, gue kira kita mau jalan-jalan kemana gitu, masa ke supermarket sih?"

"Apasih, gue mau ngajak kalian karna ada kupon belanja. Kalau nggak mau ya udah, biar keluarga gue aja yang abiskan." decak Alze bsrjalan sambil mendorong troli masuk kedalam supermarket.

"Eh, eh Al tungguin!" Anggi langsung menarik tangan suaminya ikut menyusul Alze. Sedangkan Azza lagi-lagi ia ditinggal dan hanya menghela napas panjang.

"Huft ya ampun kakak-kakak gue nggak ada akhlak banget."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!