Perawan Cinta
Suara alarm yang berasal dari ponsel seorang wanita telah berbunyi. Namun penghuni kamar masih enggan membuka matanya. Hingga tepat satu jam kemudian, wanita itu merasa terusik dari mimpi indahnya.
"Astaga, jam berapa ini!" pekiknya, terperanjat duduk di atas tempat tidur. Kemudian melihat jam weker di atas nakasnya ternyata sudah pukul 7 pagi.
Wanita itu bergegas mandi dengan secepat kilat. Beberapa menit kemudian, dia menyalakan ponselnya untuk memesan ojek online tanpa sarapan terlebih dahulu.
"Bang agak cepat ya! saya kesiangan," teriaknya dari jok penumpang.
"Iya Neng ini sudah kecepatan maksimal," kata abang ojol yang usianya sudah paruh baya.
Karin Leimanda, itulah namanya. Usianya saat ini baru menginjak 18 tahun. Dia memutuskan untuk langsung bekerja, karena tidak mau menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Alasannya klasik, dia malas berpikir terlalu keras serta tidak bisa bebas dari kedua orang tuanya.
Hari pertama kerja kesiangan pula, nasib gak serumah sama orang tua begini nih, batin Karin menggerutu.
Satu jam kemudian.
Karin baru saja sampai didepan kantor TeknoLab Grup. Akan tetapi, Gerbang kantor sudah tertutup rapat karena waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi, sedangkan waktu masuk kantor pukul 7.30 pagi. Itu artinya Karin telah telat 30 menit.
"Sudah saya bayar lewat aplikasi ya Bang," kata Karin seraya memberikan helm yang tadi ia pakai kepada abang ojol.
"Pak bisa dibukain gerbangnya gak?" tanya Karin pada dua orang security.
"Maaf, Mbak ini pegawai baru ya?" tanya salah satu security itu.
"Iya, please ya Pak, bukain," kata Karin, memohon.
Di saat Karin tengah memohon kepada security untuk meminta dibukakan gerbang, telepon di pos security pun berbunyi. Salah seorang dari mereka pergi ke dalam pos untuk menjawabnya.
*TLILILIT TRILILIT*
"Hallo pos security."
"Pak lihat resepsionis baru gak? saya mau telekonfrens. Kenapa mejanya masih kosong?" kata seorang pria di seberang telepon.
"Maaf Pak, sepertinya resepsionis yang Pak Vian maksud baru saja datang, dia masih di luar gerbang," jawab security itu.
"Cepat suruh masuk! saya tunggu dia di lobby!" kata pria itu kemudian menutup teleponnya.
Viando Reinhard, seorang anak tunggal keluarga Reinhard. Setelah menikah, kini ia menjabat sebagai pimpinan sekaligus pewaris dari perusahaan TeknoLab Grup yang bergerak di bidang farmasi.
Semua pegawai lama, telah mengetahui betul bagaimana sifat Vian, sapaannya. Dia tidak pernah main-main pada sebuah kedisiplinan dalam bekerja. Bahkan dalam satu tahun terakhir semenjak dia menjabat, menggantikan sang ayah yaitu Hilbert Reinhard, tidak pernah ada yang berani telat jika sudah waktunya bekerja.
Rupanya Karin dalam masalah kali ini. Karirnya setelah ini akan diperhitungkan kembali dengan adanya kejadian telat masuk kantor di pagi ini.
Security yang tadi menerima telepon langsung menghampiri temannya untuk segera membukakan gerbangnya. Terlebih setelah tahu kalau itu perintah langsung dari Vian, pintu gerbang pun terbuka.
"Makasih banyak ya Pak," kata Karin sambil sedikit berlari dengan sepatu hak tingginya.
*TINGTONG* Suara alarm saat memasuki pintu lobby berbunyi.
Mata Karin membulat dengan sempurna saat melihat seorang pria bertubuh tinggi, berwajah blasteran dan juga tampan, tengah berdiri dihadapannya dengan jarak yang sangat dekat dan tatapan yang begitu tajam.
"Se--selamat pagi pak," sapa Karin, terbata-bata.
"Sudah jam berapa ini? Bukankah ini adalah hari pertama kamu kerja!" sentak Vian dengan nada tinggi karena begitu emosi, membuat mata Karin langsung berkaca-kaca.
Semenjak perceraian kedua orang tuanya, Karin sempat mendapat kekangan yang luar biasa dari sang ayah. Untuk itu, selepas SMA dia memutuskan untuk merantau dan bekerja. Yang hanya dia pikirkan saat ini, bagaimana mendapatkan uang dengan cara yang halal.
Sementara itu, kini ayahnya sudah menikah lagi begitu pula dengan ibunya. Itu kenapa Karin lebih yakin untuk memulai hidupnya sendirian.
Karin masih terdiam, hatinya begitu sakit mendengar bentakan dari Vian.
"Ma--maafkan saya pak," ucap Karin yang masih terbata-bata dan mulai tergugu sambil menundukkan kepalanya.
"Saya tunggu lima menit. Setelah itu saya akan telepon kamu untuk melakukan telekonfrens," kata Vian, kemudian meninggalkan Karin di lobby. Pria itu bahkan tidak memikirkan bagaimana Karin bisa melakukan apa yang dia suruh tanpa diajari lebih dulu.
Karin langsung membuka layar ponselnya, kemudian mencari cara menggunakan telepon untuk telekonfrens. Entah kenapa disaat keadaan terdesak seperti ini, otaknya mendadak jenius.
*TLILILIT TLILILILIT*
"Selamat pagi, TeknoLab Grup, dengan Karin ada ..." belum sempat Karin melanjutkan kata-katanya, Vian sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Cepat sambungkan saya ke Mr. Brian di Singapura dan Mr. Lee di China, saya di ruang meeting," kata Vian kemudian mematikan teleponnya.
*Tututututut*
"Sial! belum juga jawab, huh! sabar Karin, sabar, lakukan sesuai yang ada di youtube," kata Karin bermonolog.
Vian merasa kesal karena Karin belum juga melaksanakan perintah yang ia suruh. Rasa tidak sabarnya membuat Vian langsung menyuruh Hendra yang merupakan sekretarisnya untuk menemui Karin. Padahal belum juga 2 menit Vian memberi perintah.
"Ndra, coba kamu ke tempat resepsionis suruh cepat, lelet banget sih!" sarkas Vian yang sudah geram.
"Baik pak," kata Hendra kemudian pergi ke tempat Karin.
"Mbak apakah ada masalah?" tanya Hendra yang tiba-tiba muncul membuat Karin tersentak kaget.
"I--itu pak, saya lagi lihat youtube cara telekonfrens itu bagaimana. Soalnya saya sama sekali belum mengerti cara mengoperasikan telepon ke luar negeri, apalagi melakukan telekonfrens," jawab Karin, membuat Hendra mengulum bibir karena menahan tawanya.
"Oh jadi itu masalahnya, sini biar saya ajarkan," kata Hendra kemudian mencontohkan kepada Karin sampai paham.
"Bagaimana? sekarang sudah paham kan?" tanya Hendra sambil tersenyum.
Tampan sekali, tak kalah lah seperti yang tadi malah ini lebih baik, batin Karin merasa kagum dengan sosok Hendra yang lembut padanya.
"Su--sudah, terimakasih banyak Pak," kata Karin yang juga ikut tersenyum.
"Iya sama-sama, lain kali kalau ada yang belum paham bisa tanya langsung ke saya ya," kata Hendra membuat Karin tersipu malu.
"Baik Pak," ucap Karin sambil menundukkan wajahnya.
"Ehem ..." Vian berdehem saat Hendra baru saja akan pergi ke ruang meeting kembali.
"Pak, mari kita ke ruang meeting lagi," ajak Hendra karena tatapan Vian membuat Karin bergidig ngeri.
Akhirnya Hendra dan Vian kembali ke ruang meeting. Karin pun melakukan tugasnya dengan baik.
"Perasaan dulu pas sekolah males banget perhatiin guru kalau nerangin pelajaran. Lah ini beberapa menit dijelasin langsung paham. Haduuh ... otak gue kayaknya penuh dengan uang ini dan sekarang ditambah cowok ganteng," kata Karin bermonolog, sambil menggerakkan kursinya ke kanan dan kiri.
Karin berhasil melewati pekerjaan hari ini dengan aman. Karena sebenarnya saat dia ikut tes masuk ke perusahaan ini, Karin hanya diberitahu point-point penting sebagai resepsionis saja.
"Resiko jadi resepsionis pergi lebih pagi dan pulang lebih lama," kata Karin bermonolog pelan saat ia sedang membereskan mejanya.
Saat Karin hendak keluar dari lobby ada suara yang menghentikan kegiatannya.
"Hei kamu! Kenapa sudah mau pulang? di dalam masih ada orang loh," kata pria itu membuat Karim paham siapa yang berbicara, yaitu Vian.
Karin menoleh ke belakang, "Eh Bapak, saya kira sudah pulang," katanya sambil cengengesan.
Ini anak masih kecil beraninya cengegesan di depanku, saat aku sedang marah, batin Vian.
"Kamu kan di depan, masa gak lihat siapa saja yang lewat," kata Vian bersikap dingin.
"Maaf Pak hari ini saya sambil fokus belajar supaya kerjaan saya benar," kata Karin, namun tidak dihiraukan oleh Vian yang langsung pergi meninggalkan Karin.
"Ih cowok nyebelin siapa sih dia! rese banget dari pagi," kata Karin bermonolog sambil menghentak-hentakan kedua kakinya, merasa kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
mampir di sini 😍
2022-12-09
1
Titik pujiningdyah
aduh ri karin🤦
2022-11-07
1
TK
bunga untuk Thor 🌷
2022-10-16
1