Bab 2

Hari kedua, kali ini Karin bangun lebih pagi dari kemarin. Dia tidak ingin mendengar bentakan yang dilontarkan oleh Vian lagi. Seharian kemarin benar-benar membuat kesabaran Karin diuji, sampai setiap pekerjaan pun selalu saja dilimpahkan tanpa bertanya bisa ataupun tidak. Karin seolah seperti 'orang buta' yang meraba-raba sesuai atau tidak hasil kerjanya itu.

Tak lupa juga Karin membeli sarapan supaya otaknya bisa berjalan dengan lancar.

"Selamat pagi, Mbak," sapa security yang berada di gerbang.

"Pagi," ucap Karin seraya masuk ke dalam.

Setibanya di lobby, Karin menaruh tasnya lebih dulu ke dalam sebuah laci tepat di bawah meja resepsionis. Lalu pergi ke kantin untuk sarapan.

"Hei, kamu!"

Suara seorang wanita yang menggema di seluruh ruang kantin membuat Karin mengurungkan niatnya untuk duduk. Dia menoleh, mencari ke sumber suara. Tidak sampai menunggu Karin menghampiri, wanita itu justru yang mendekat kepada Karin.

"Kamu resepsionis baru kan?" tanya wanita itu, menelisik Karin dari ujung kepala sampai kaki.

"Iya, benar. Ada apa ya?" Karin melihat ke sekeliling ruangan. Semua mata yang ada di ruangan itu langsung tertuju padanya, sehingga ia menjadi pusat perhatian. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang, berharap tidak terjadi masalah di pagi ini.

"Itu office boy yang biasa buat teh sama susu katanya izin, gak bisa masuk. Kamu bisa kan membuatkannya?"

Karin merasa ragu bisa melakukan itu. Selama ini, dia hanya tahu beres dan langsung makan ataupun minum. Tidak pernah tahu prosesnya seperti apa.

"Maaf Bu, saya belum pernah buat. Apa gak ada office boy yang lainnya?"

"Gak ada. Masa buat teh sama susu aja kamu gak bisa sih!" sentak wanita itu, mencoba menahan emosi. Karena biasanya dia selalu minum teh yang telah tersedia di meja pantry setiap pagi.

Karin yang sudah sangat lapar, memilih duduk dan mulai membuka bungkus makanannya.

"Maaf Bu, saya sudah lapar banget. Sebentar lagi masuk jam kantor, saya harus cepat menghabiskan makanannya," kata Karin, lalu menyuap sarapan paginya ke mulut.

"Hih dasar bocah!" sarkas wanita itu kemudian pergi bukan hanya dari hadapan Karin, melainkan keluar juga dari kantin. Sudah merasa terlanjur kesal dan tidak berselera untuk melakukan kebiasaannya setiap pagi.

"Lagian kok semua orang di kantor ini aneh-aneh banget. Gak bisa apa minta tolong baik-baik. Bikin selera makan gue hilang aja!" kata Karin yang menggerutu pelan.

Walau selera makan yang dibilangnya hilang, tapi kenyataannya nasi bungkus yang tadi sempat dia beli itu habis tak tersisa dalam sekejap. Karin segera membuang sampah bekas sarapannya ke dalam tong sampah, lalu memilih kembali ke lobby, tempat seharusnya dia berada.

Ketika baru saja keluar dari kantin, Karin melihat sebuah mobil keluaran perusahaan Jepang yaitu honda dengan tipe Freed berhenti tepat di depan lobby. Pintu model geser mobil itu terbuka dengan sendirinya. Satu persatu kaki penumpang turun.

Karin memperhatikan dengan seksama, dengan langkah hati-hati. Namun setelah kedua kaki penumpang itu turun, kedua mulutnya terbuka lebar bersamaan dengan kedua matanya.

Mati gue! itu cowok yang kemaren ngomel-ngomel terus seharian. Batin Karin yang seketika mempercepat langkahnya supaya cepat sampai lobby.

Karin berusaha menghentikan langkahnya setelah sampai di depan pintu masuk. Alhasil suara decitan yang cukup nyaring keluar dari heels-nya bergesekan dengan lantai. Dia segera merapihkan pakaian serta rambutnya.

"Selamat pagi, Pak." Sapaan hangat Karin lontarkan demi sebuah harapan suasana hati pria itu bisa terus membaik sepanjang hari.

"Pagi." Namun pria itu hanya menunjukkan sikap dinginnya. Kemudian pergi begitu saja tanpa menoleh ke arah Karin, diikuti oleh Hendra yang mengikutinya di belakang.

"Pak, ssst sst sstt ... " Karin memanggil Hendra dengan memberikan sebuah kode.

Hendra menoleh lalu memberikan kode kembali kepada Karin dengan sebelah tangannya dan gerakan mulutnya yang bilang 'nanti dulu'.

Ih apaan sih! kok nanti dulu. Kan gue mau ngasih tau kalau tali sepatu bapak di depannya itu lepas, kata Karin bermonolog dalam hati, lalu menghela napas yang akhirnya ikut masuk ke dalam lobby.

*TINGTONG*

BRAK!!!

Haduh! tuh kan, kan, kan, keserempet tali sepatu dah itu cowok, ujar Karin dalam hati dengan raut wajah yang hampir memerah karena menahan tawa.

Karena penasaran, dia berjalan seperti biasa sambil membusungkan dada dengan derap langkah layaknya seorang sekertaris pribadi pimpinan perusahaan. Lirikan matanya tertuju pada sebuah pintu yang menuju ruang inti kantor. Kali ini berhasil membuat wajah Karin memerah. Pria yang menurutnya 'tukang marah' itu berputar, namun hanya hampir jatuh tersungkur ke lantai.

Buru-buru Karin membalikkan tubuhnya saat akan kembali ke tempatnya.

Dosa gak sih gue kalau ketawain dia? semoga enggak ya, habisnya lucu banget, batin Karin yang masih menahan tawanya sampai napasnya pun terasa sesak.

Baru saja Karin menempelkan bokongnya di kursi, telepon telah berbunyi. Dia segera menjawabnya.

"TeknoLab, pagi ... dengan Karin. Ada yang bisa kami bantu?"

"Pagi, tolong sambungkan ke suami saya."

Permintaan seorang wanita di ujung telepon itu membuat Karin merasa kebingungan.

"Suami Anda siapa ya? atau mungkin Anda salah sambung. Ini kantor Nyonya, bukan rumah," jawab Karin sekenanya. Tiba-tiba wanita itu langsung menutup teleponnya.

"Ih cewek gak jelas banget, nyari suaminya di sini. Malah gak nyebutin identitasnya lagi," ujar Karin sambil menghidupi komputer yang ada di mejanya.

Saat Karin tengah membaca sebuah noted yang kemarin sore sempat ia buat untuk mengingat pekerjaan yang belum tuntas, tiba-tiba seorang pria datang menghampirinya.

"Permisi, bisa minta tolong telepon ke nomor ini." Pria itu menyodorkan sebuah kartu nama bertuliskan Kantor Direktorat Jendral Pajak, yang juga terdapat nomor telepon di sana seseorang bernama Jaka Wijaya, pada Karin. "Bilang dari Pak Sisto, terus kamu langsung sambungkan ke ruangan saya 3367, ngerti kan?" sambung pria itu dengan gaya bicara lemah lembut. Karin mengangguk paham dan mencatat nomor itu.

"Maaf, Pak Sisto itu nama Bapak?" tanya Karin memastikan.

"Iya benar, saya tunggu di ruangan ya!"

Setelah pria yang bernama Sisto itu pergi untuk kembali ke ruangannya. Karin segera mencoba sesuai yang di perintahkan olehnya.

"Mengangkat gagang telepon, tekan salah satu line yang lampunya mati, kalau sudah menyala langsung tekan nomor lalu panggil. Aduh degdegan juga ya semoga berhasil." Batin Karin bermonolog. Telapak tangannya mulai dingin dan berkeringat, dia sangat gugup sekali.

"Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?" sapa seorang wanita setelah nada panggilan menunggu otomatis terhenti. Bisa dipastikan wanita itu adalah customer service-nya langsung.

"Selamat pagi. Bisa bicara dengan pak Jaka Wijaya? Pak Sisto ingin berbicara dengannya," kata Karin yang menjawab sapaan customer service dari kantor itu.

"Baik, mohon ditunggu." Nada panggilan menunggu otomatis itu berbunyi kembali. Karin menyukai lagunya.

"Hallo?"

Tiba-tiba dirinya tersentak kaget saat seorang pria bicara padanya.

"Hallo Pak. Saya sambungkan ke Pak Sisto ya." Perlahan Karin mencoba menyambungkannya ke nomor extension yang tadi sempat ia catat di kertas kecil.

"Hallo, dengan Pak Sisto?"

"Iya."

"Saya sambungkan ke pak Jaka Wijaya ya, Pak."

"Iya." Karin pun segera menutup teleponnya supaya Sisto dan Jaka bisa berbicara berdua di sambungan telepon itu.

Hembusan napas panjang pun keluar dari mulut Karin. Akhirnya dia merasa lega karena salah satu pekerjaan pentingnya bisa dikerjakan dengan baik. Apa ini efek dari sarapan nasi bungkus tadi?

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

namanya unik Sisto 😍👍

2022-12-09

1

Pena Hitam

Pena Hitam

karin sama dong aku jg kerjanya sama ky kamu
mantan operator telepon

2022-11-07

1

R.F

R.F

2like hdr kaka semangat iya

2022-10-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!