Yellow Istri Pengganti
Seorang wanita yang sedang duduk tersungkur di lantai rumahnya. Rumah berdesain minimalis dengan cat dinding seluruh bagiannya berwarna putih terlihat kacau dan berantakan di dalam nya. Sofa-sofa yang berantakan dan isi kulkas yang bercecer keluar semua. Rumah minimalis yang seharusnya rapi seketika berubah menjadi kapal pecah dalam sehari ini.
" Aku tidak mau kamu ceraikan Red." Nada keras diikuti tangis pecah Pink merengek meminta Red tidak meninggalkan nya hanya sebuah kesenangan sesaat.
" Lepaskan!" Red yang menarik pergelangan tangannya yang dicengkeram Pink dengan sangat kuat. " Lepaskan Pink!" Lebih kuat Red menarik pergelangan tangannya. Yang membuat Pink tersungkur ke lantai.
" Hikz...hikz...hikz..." Air mata Pink jatuh begitu deras. Bagaimana tidak? Red adalah suami sempurna bagi Pink. Ketampanannya semenjak di bangku kuliah, membuat semua wanita terpesona. Hanya karena kesibukan Pink yang menjadi seorang Dokter umum di sebuah rumah sakit ternama, membuat suami yang baru dinikahinya selama 3 bulan menceraikannya dan meninggalkannya.
Red memilih bersama dan berjuang dengan wanita yang baru di kenalnya beberapa Minggu terakhir dan begitu mudahnya menceraikannya tanpa ampun. Tanpa memberi kesempatan terlebih dahulu.
Brak. Red membanting pintu rumah dan keluar dengan melempar kasar koper ke dalam bagasi mobilnya.
Sementara Pink, hanya menangis sesenggukan meratapi nasibnya dan status janda yang baru disandang nya.
Ggreng...Ggreng...Ggreng.. Deru suara mobil Red yang menancap gas kesal meninggalkan rumah.
Pink hanya bisa duduk bersandar di dinding menyembunyikan wajahnya di balik pangkuannya.
Berjam-jam dia duduk bersandar tanpa jeda menangis. Lalu tersadar, jadwal praktek menunggunya untuk kembali bekerja.
Dengan membiarkan rumah tetap pada keadaan yang semula yaitu berantakan. Pink belum sempat merapikannya. Pink hanya menguatkan seluruh persendiannya untuk
berjalan dan mengendarai mobil hingga sampai di rumah sakit.
Seperti biasa, jadwal praktek pukul 19.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Pink menjalankan praktek sebagai dokter umum menggunakan kaca mata dan juga masker supaya tidak terlalu kelihatan kalau mata dan ujung hidungnya memerah akibat menangis sepanjang hari.
" Ini resepnya Bu, tolong ditebus di apotik Rumah sakit ya." Pink yang memberikan secarik kertas putih bertuliskan resep untuk pasien yang baru di periksa nya. Sebagai dokter umum di rumah sakit ini. Setiap harinya nomor antrian selalu penuh untuk dia tangani. Itulah yang membuat Pink sedikit mengabaikan Red hingga Red memilih menceraikan nya dan pergi bersama wanita lain.
Usai prakteknya selesai, Pink bergegas masuk ke dalam mobil miliknya yang terparkir di belakang rumah sakit.
" Hikz...hikz...hikz..." Tangis pink pecah di dalam mobilnya. Tisu berserak memenuhi mobilnya hingga jatuh di luaran tepat di dekat bagian pintu masuk mobilnya. Pintu mobil yang tidak rapat dan terlihat berongga membuat Grey yang baru saja keluar setelah menjenguk ayahnya yang sedang sakit mengetahui seorang wanita sedang menangis sesenggukan.
Grey dengan basa-basinya. " Ehem." Mengeluarkan dehem pertamanya. " Memangnya suara tangisan mu itu indah."
Pink tersadar jika ada seorang pria yang mengetahui dirinya tengah menangis. Pink membuka perlahan pintu mobil yang sudah terbuka sedikit itu menjadi lebih lebar lagi. Mengeluarkan kaki kanannya yang karena gelap, jadi tidak terlihat kaki jenjang dan putih bersih bersepatukan sepatu pantofel cantik berhiaskan Swarovski di tengah sepatunya.
Pink kemudian keluar, menyeka air mata yang basah di seluruh bagian wajahnya. Masih memakai seragam kebesarannya yang berwarna putih dan terlihat sebuah nama yang terukir di jas putih sebelah kanannya.
" Apa anda menegurku?" Tanya Pink sembari menatap santai pria angkuh di depannya.
Oh, rupanya dia seorang dokter. Cantik juga dia. Gumam Grey dalam hati sembari jari-jemarinya memainkan di dagu lancipnya. " Menurutmu?"
" Maaf, aku pikir aku di dalam mobil ku sendiri. Harusnya tidak menganggu anda dong."
" Hello...Nona, dengan kamu menangis malam-malam. Apa tidak akan mengundang perhatian orang."
" Okay, sekali aku minta maaf." Pink membalik tubuhnya. Ingin mendaratkan pantatnya di dalam jok kemudi supir mobilnya. Namun tetiba pria angkuh yang menegurnya tidak jelas tadi mengetuk jendela kaca dengan sangat tidak sopan. " Apa lagi?" Pink yang kesal dengan pria angkuh tak dikenalnya.
" Turun!" Wajah sinis Grey menyuruh turun Pink yang sudah akan menancap pedal gas dalam mobil.
Pink mengernyitkan dahinya tipis. Apa lagi sih? batinnya. Pink enggan berdebat mulut, akhirnya menuruti apa titah pria tak dikenalnya itu. Pink lantas turun dan menutup pelan pintu mobilnya. " Apa?"
Pria angkuh itu memberikan jari telunjuknya mengarah ke bawah pada sepatu Pink.
Pink kemudian menundukkan kepalanya. " Astaga." Ucap lirih Pink menggigit jarinya. Malu wajahnya namun karena malam pekat jadi tak terlihat. Pink melihat tisu-tisu berserak bekas menyeka air matanya yang habis menangis. Pink kemudian jongkok dan mengambil semua tisu-tisu itu lalu masuk ke dalam mobilnya tanpa permisi.
Tak hentinya pria angkuh itu masih mengetuk jendela kaca mobil miliknya. " Apa lagi?" kesal Pink.
" Begitu ya, kelakuan dokter?" kata sinis diikuti gelengan kepala dari pria angkuh malam itu.
" Hah." Nafas kasar Pink berhamburan. " Terimakasih Tuan." Senyum palsu Pink yang harus dia tunjukkan supaya pria yang berada dalam parkiran itu tidak lagi mengetuk pintu jendela kaca mobilnya.
Pria angkuh itu kemudian memberikan ibu jarinya sebagai tanda Bagus atau oke. Jawaban dari lemparan senyum dari Pink.
Pink kemudian melenggang dengan mobilnya. Perasaan kesal menyelimuti diri karena bertemu dengan pria angkuh bin mengesalkan tepat dimana dia dibuat hancur oleh suaminya. Diceraikan dan dibuat berstatus janda. Padahal keduanya pacaran dengan sangat lama saat berada di sebuah Universitas. Namun harus berakhir dengan kesibukan Pink yang menjadi Dokter muda di sebuah rumah sakit ternama.
Dan di ujung malam tepat hari pertama dirinya menyandang status janda. Dia harus bertemu dan menghadapi pria angkuh yang baru dia kenal tanpa sengaja di parkiran belakang rumah sakit tempatnya bekerja.
Mobil Pink yang memasuki garasi rumah nya. Dengan langkah gontai menatap rumah berlampukan lampu kuning hingga terlihat remang-remang namun terpancar kehangatan di dalamnya. Kini berubah menjadi kesunyian.
Red, suaminya sudah tak akan pulang ke rumah. Ranjangnya berubah senyap, kosong tanpa kehadiran suaminya Red.
Plok...plok...plok... Begitu seterusnya suara sepatu pantofel itu masuk hingga ke dalam rumah. Menemani langkah kaki Pink naik ke lantai dua menuju kamar nya.
Kesedihannya bertambah. Memandang ranjangnya tak berpenghuni setelah kedatangannya dari rumah sakit. Biasanya ada Red yang tidur mendengkur dengan bising yang selalu mewarnai ranjang putih bersih nya itu.
Pink meneteskan air mata kembali. Melempar tas hitam ke atas ranjang diikuti dengan langkah kakinya menuju ujung ranjang. Pink lalu duduk dengan kedua telapak tangan yang dia tutupkan ke seluruh bagian wajahnya. Menahan rasa sedihnya, karena harus tidur malam ini untuk pertama kalinya sendirian tanpa Red di sisinya. " Hikz...hikz...hikz..." Suara tangis nya berulang-ulang. Pink jengah lalu membanting punggungnya dengan kasar di atas ranjang. Rambutnya kecoklatan tergerai berantakan di atas ranjang. Mencoba kuat dan berharap esok lebih baik menyambut hari dan kenyataan. Pink lalu memejamkan mata dengan posisi tubuh dan kaki yang tidak berubah. Seragam kebesaran rumah sakit pun tak dilepaskan nya hingga pagi menjelang.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments