Seorang wanita yang sedang duduk tersungkur di lantai rumahnya. Rumah berdesain minimalis dengan cat dinding seluruh bagiannya berwarna putih terlihat kacau dan berantakan di dalam nya. Sofa-sofa yang berantakan dan isi kulkas yang bercecer keluar semua. Rumah minimalis yang seharusnya rapi seketika berubah menjadi kapal pecah dalam sehari ini.
" Aku tidak mau kamu ceraikan Red." Nada keras diikuti tangis pecah Pink merengek meminta Red tidak meninggalkan nya hanya sebuah kesenangan sesaat.
" Lepaskan!" Red yang menarik pergelangan tangannya yang dicengkeram Pink dengan sangat kuat. " Lepaskan Pink!" Lebih kuat Red menarik pergelangan tangannya. Yang membuat Pink tersungkur ke lantai.
" Hikz...hikz...hikz..." Air mata Pink jatuh begitu deras. Bagaimana tidak? Red adalah suami sempurna bagi Pink. Ketampanannya semenjak di bangku kuliah, membuat semua wanita terpesona. Hanya karena kesibukan Pink yang menjadi seorang Dokter umum di sebuah rumah sakit ternama, membuat suami yang baru dinikahinya selama 3 bulan menceraikannya dan meninggalkannya.
Red memilih bersama dan berjuang dengan wanita yang baru di kenalnya beberapa Minggu terakhir dan begitu mudahnya menceraikannya tanpa ampun. Tanpa memberi kesempatan terlebih dahulu.
Brak. Red membanting pintu rumah dan keluar dengan melempar kasar koper ke dalam bagasi mobilnya.
Sementara Pink, hanya menangis sesenggukan meratapi nasibnya dan status janda yang baru disandang nya.
Ggreng...Ggreng...Ggreng.. Deru suara mobil Red yang menancap gas kesal meninggalkan rumah.
Pink hanya bisa duduk bersandar di dinding menyembunyikan wajahnya di balik pangkuannya.
Berjam-jam dia duduk bersandar tanpa jeda menangis. Lalu tersadar, jadwal praktek menunggunya untuk kembali bekerja.
Dengan membiarkan rumah tetap pada keadaan yang semula yaitu berantakan. Pink belum sempat merapikannya. Pink hanya menguatkan seluruh persendiannya untuk
berjalan dan mengendarai mobil hingga sampai di rumah sakit.
Seperti biasa, jadwal praktek pukul 19.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Pink menjalankan praktek sebagai dokter umum menggunakan kaca mata dan juga masker supaya tidak terlalu kelihatan kalau mata dan ujung hidungnya memerah akibat menangis sepanjang hari.
" Ini resepnya Bu, tolong ditebus di apotik Rumah sakit ya." Pink yang memberikan secarik kertas putih bertuliskan resep untuk pasien yang baru di periksa nya. Sebagai dokter umum di rumah sakit ini. Setiap harinya nomor antrian selalu penuh untuk dia tangani. Itulah yang membuat Pink sedikit mengabaikan Red hingga Red memilih menceraikan nya dan pergi bersama wanita lain.
Usai prakteknya selesai, Pink bergegas masuk ke dalam mobil miliknya yang terparkir di belakang rumah sakit.
" Hikz...hikz...hikz..." Tangis pink pecah di dalam mobilnya. Tisu berserak memenuhi mobilnya hingga jatuh di luaran tepat di dekat bagian pintu masuk mobilnya. Pintu mobil yang tidak rapat dan terlihat berongga membuat Grey yang baru saja keluar setelah menjenguk ayahnya yang sedang sakit mengetahui seorang wanita sedang menangis sesenggukan.
Grey dengan basa-basinya. " Ehem." Mengeluarkan dehem pertamanya. " Memangnya suara tangisan mu itu indah."
Pink tersadar jika ada seorang pria yang mengetahui dirinya tengah menangis. Pink membuka perlahan pintu mobil yang sudah terbuka sedikit itu menjadi lebih lebar lagi. Mengeluarkan kaki kanannya yang karena gelap, jadi tidak terlihat kaki jenjang dan putih bersih bersepatukan sepatu pantofel cantik berhiaskan Swarovski di tengah sepatunya.
Pink kemudian keluar, menyeka air mata yang basah di seluruh bagian wajahnya. Masih memakai seragam kebesarannya yang berwarna putih dan terlihat sebuah nama yang terukir di jas putih sebelah kanannya.
" Apa anda menegurku?" Tanya Pink sembari menatap santai pria angkuh di depannya.
Oh, rupanya dia seorang dokter. Cantik juga dia. Gumam Grey dalam hati sembari jari-jemarinya memainkan di dagu lancipnya. " Menurutmu?"
" Maaf, aku pikir aku di dalam mobil ku sendiri. Harusnya tidak menganggu anda dong."
" Hello...Nona, dengan kamu menangis malam-malam. Apa tidak akan mengundang perhatian orang."
" Okay, sekali aku minta maaf." Pink membalik tubuhnya. Ingin mendaratkan pantatnya di dalam jok kemudi supir mobilnya. Namun tetiba pria angkuh yang menegurnya tidak jelas tadi mengetuk jendela kaca dengan sangat tidak sopan. " Apa lagi?" Pink yang kesal dengan pria angkuh tak dikenalnya.
" Turun!" Wajah sinis Grey menyuruh turun Pink yang sudah akan menancap pedal gas dalam mobil.
Pink mengernyitkan dahinya tipis. Apa lagi sih? batinnya. Pink enggan berdebat mulut, akhirnya menuruti apa titah pria tak dikenalnya itu. Pink lantas turun dan menutup pelan pintu mobilnya. " Apa?"
Pria angkuh itu memberikan jari telunjuknya mengarah ke bawah pada sepatu Pink.
Pink kemudian menundukkan kepalanya. " Astaga." Ucap lirih Pink menggigit jarinya. Malu wajahnya namun karena malam pekat jadi tak terlihat. Pink melihat tisu-tisu berserak bekas menyeka air matanya yang habis menangis. Pink kemudian jongkok dan mengambil semua tisu-tisu itu lalu masuk ke dalam mobilnya tanpa permisi.
Tak hentinya pria angkuh itu masih mengetuk jendela kaca mobil miliknya. " Apa lagi?" kesal Pink.
" Begitu ya, kelakuan dokter?" kata sinis diikuti gelengan kepala dari pria angkuh malam itu.
" Hah." Nafas kasar Pink berhamburan. " Terimakasih Tuan." Senyum palsu Pink yang harus dia tunjukkan supaya pria yang berada dalam parkiran itu tidak lagi mengetuk pintu jendela kaca mobilnya.
Pria angkuh itu kemudian memberikan ibu jarinya sebagai tanda Bagus atau oke. Jawaban dari lemparan senyum dari Pink.
Pink kemudian melenggang dengan mobilnya. Perasaan kesal menyelimuti diri karena bertemu dengan pria angkuh bin mengesalkan tepat dimana dia dibuat hancur oleh suaminya. Diceraikan dan dibuat berstatus janda. Padahal keduanya pacaran dengan sangat lama saat berada di sebuah Universitas. Namun harus berakhir dengan kesibukan Pink yang menjadi Dokter muda di sebuah rumah sakit ternama.
Dan di ujung malam tepat hari pertama dirinya menyandang status janda. Dia harus bertemu dan menghadapi pria angkuh yang baru dia kenal tanpa sengaja di parkiran belakang rumah sakit tempatnya bekerja.
Mobil Pink yang memasuki garasi rumah nya. Dengan langkah gontai menatap rumah berlampukan lampu kuning hingga terlihat remang-remang namun terpancar kehangatan di dalamnya. Kini berubah menjadi kesunyian.
Red, suaminya sudah tak akan pulang ke rumah. Ranjangnya berubah senyap, kosong tanpa kehadiran suaminya Red.
Plok...plok...plok... Begitu seterusnya suara sepatu pantofel itu masuk hingga ke dalam rumah. Menemani langkah kaki Pink naik ke lantai dua menuju kamar nya.
Kesedihannya bertambah. Memandang ranjangnya tak berpenghuni setelah kedatangannya dari rumah sakit. Biasanya ada Red yang tidur mendengkur dengan bising yang selalu mewarnai ranjang putih bersih nya itu.
Pink meneteskan air mata kembali. Melempar tas hitam ke atas ranjang diikuti dengan langkah kakinya menuju ujung ranjang. Pink lalu duduk dengan kedua telapak tangan yang dia tutupkan ke seluruh bagian wajahnya. Menahan rasa sedihnya, karena harus tidur malam ini untuk pertama kalinya sendirian tanpa Red di sisinya. " Hikz...hikz...hikz..." Suara tangis nya berulang-ulang. Pink jengah lalu membanting punggungnya dengan kasar di atas ranjang. Rambutnya kecoklatan tergerai berantakan di atas ranjang. Mencoba kuat dan berharap esok lebih baik menyambut hari dan kenyataan. Pink lalu memejamkan mata dengan posisi tubuh dan kaki yang tidak berubah. Seragam kebesaran rumah sakit pun tak dilepaskan nya hingga pagi menjelang.
BERSAMBUNG
Esok hari, malam yang sama. Setelah Pink keluar dari ruang kerja nya. Pink bergegas menuju ke mobil seperti biasanya. Malam ini, tidak seperti biasanya. Pasien menumpuk, sehingga dia harus pulang larut malam.
Pink yang tidak berubah tempat parkirnya dengan hari kemarin. Masih berdiri mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi rumah sakit. Mengingat hari kemarin ada pria asing menegurnya disaat dia pulang kerja. Setelah beberapa detik berdiri, memeriksa keadaan dan sepertinya hening. Pink lantas masuk ke dalam mobil. Melajukan mobilnya menuju tempat keluar parkir.
Suasana malam hening dan pekat. Tetiba lidah Pink meronta ingin minum kopi saat melewati gerai tempat nongkrong minum kopi yang terkenal di kawasan yang tidak jauh dari rumah sakit.
Pink kemudian membelokkan mobilnya dan berhenti di depan pelataran gerai kopi Malam.
Membuka jas kebesaran rumah sakit. Rok pendek hitam dilengkapi kemeja garis-garis berbentuk vertikal berwarna senada. Menjinjing tas yang sama warna hitamnya lalu membuka pintu mobil. Semerbak aroma kopi tercium sampai memekik ujung hidung Pink. Aromanya juara. Kopi di tempat ini memang terkenal memiliki aroma dan penyajian yang khas yang tidak banyak tempat lainnya miliki.
Makanya, hingga tengah malam pun, gerai kopi Malam ini tidak pernah sepi pengunjung.
Pink melangkahkan kaki memasuki gerai dan memesan kopi yang diinginkan supaya di antar ke meja yang dia duduki.
Pink memilih kursi paling sudut yang menghadap ke jalanan malam yang lengang. Pink kemudian mengeluarkan ponsel dari tas hitamnya lalu memainkan ponselnya sembari menunggu pesanan kopinya datang.
" Silahkan, ini pesanannya." Pegawai laki-laki yang terbilang ramah menyapa Pink. Pegawai yang meletakkan pesanan kopi Pink di atas meja tepat di hadapannya.
Namun seruputan pertama itu buyar, ketika Pink melihat Red menggandeng mesra tangan perempuan cantik untuk masuk ke dalam mobil Red.
Pink berlari keluar mengejar Red. Pink tak sadar jika salah satu sepatu pantofel nya terlepas saat berlari kencang mengejar Red.
" Red...Red..." Pink kemudian menarik pergelangan tangan Red sembari menangis tentunya. " Red."
Red yang kesal mengapa harus bertemu Pink. Merusak kencan buta nya bersama kekasih barunya. Wajah Red tampak sekali marah. " Kita, bukan suami istri lagi. Ingat itu Pink." Red masuk ke dalam mobil miliknya. Jebret. Pintu mobil ditutup sangat keras oleh Red.
Air mata lagi, air mata lagi. Yang jatuh ribuan kali ketika harus merengek ke Red untuk kembali pada nya. Pink yang tak kuasa dengan tangisnya Sesenggukan ditengahnya malam. Mungkin memang tidak banyak pengunjung, namun setidak nya ada beberapa orang yang melihat pertengkaran mulut antara dirinya dan Red malam ini. Malu, seperti tak ada harga diri lagi rasanya. Namun hati tidak bisa di bohongi, bahwa Pink masih sangat cinta dengan mantan suami nya itu.
" Ambillah!" seorang pria yang sama. Yang pernah bertemu dengannya di parkiran belakang rumah sakit tempatnya bekerja. Telah mengulurkan tangan yang lengkap memegang tisu untuk diberikan kepadanya.
Pink lalu menoleh ke pria itu, pria yang disebutnya angkuh yang dilihat dari perawakan nya. Dagunya yang lancip mengesankan kalau dia adalah pria yang tegas. Terlihat arogan jika dilihat dari sorot matanya. Rambut yang kecoklatan melipis diikuti bulu-bulu di tulang rahang tegasnya. " Terimakasih." Pink mengambil sehelai tisu yang cukup untuk menyeka air mata nya. Melempar senyum kepada pria asing yang baru dikenalnya.
" Perkenalkan, namaku Grey." Grey yang mengulurkan tangan nya untuk dijabat oleh Pink.
Pink melempar senyum kembali lebih lebar 3 senti menatap Grey. Kemudian membalas uluran tangan Grey dan menyentuh telapak tangannya. " Pink."
Grey dan Pink tersenyum lebar saling bertatap retina.
Grey yang mencoba mengawali pembicaraan di sunyi nya malam. Hening di rerumputan hijau dekat pelataran dan dekat parkir mobil milik gerai Kopi Malam. Grey yang kemudian menyembunyikan kedua telapak tangan di balik saku jaket tebal hitam yang dikenakannya. Mengatur kata per kata yang akan disampaikan kepada wanita cantik di depannya namun sayang, jika dilihatnya, dia adalah wanita lemah dan cengeng karena Grey memperhatikan betul dan mendengar sekilas ujung kata terakhir yang diucapkan pria yang di panggil Pink dengan sebutan Red.
" Apa itu tadi mantan suami mu?"
Pink masih tak bergeming. Berdiri dengan kesepuluh jemari yang masing-masing dia tautkan bersedekap menyentuh lengannya masing-masing. Entah dingin atau bagaimana? Karena memang tidak dipungkiri, angin malam menusuk menembus kulit hingga masuk ke rongga dada. Dingin nya sudah jangan ditanya. " Iya." Nada getir Pink menyebut suaminya menjadi kata mantan suami. " Dia mantan suami ku." Pink mencoba tegar, namun sialnya air mata selalu menetes.
Grey yang mengusap ujung hidung miliknya dengan jari telunjuk kirinya. Merasa bersalah, karena mempertanyakan pertanyaan yang membuat Pink semakin sedih. " Aku tidak tahu apa masalah mu? Tapi kamu terlalu berharga untuk disiakan oleh pria seperti dia."
Pink menggeleng kepalanya kecil. " Tidak! dia baik, aku yang salah. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaan ku. Seperti ini! pulang larut malam. Siapa pria yang betah hidup bersama ku. Siapa pun juga tidak akan mau." Pink membela Red mantan suaminya di depan Grey yang merasa menyalahkan mantan suaminya atas perceraian ini.
" Okay! bagaimana kalau kita lanjut minum kopi!"
Pink menganggukkan kepalanya berulang. Ketika hendak berjalan, Pink menyadari bahwa sepatunya telah berserak entah kemana. Pink yang shock bahwa ternyata sepasang sepatu itu terlepas gegara dia terlalu heboh mengejar Red mantan suaminya. Kepala Pink yang masih menunduk. Menatapi kesepuluh jemari kakinya bertelanjang menginjak tanah dan rerumputan namun dia tak sadar.
Grey kemudian tertawa. Mengangkat sepasang sepatu yang sudah dia ambil sebelumnya. Memegang ke udara dengan tangan kanannya yang dia tunjukkan ke arah tatapan Pink.
Hahaha...Keduanya tertawa terbahak. Tertawa dengan hal konyol yang dilakukan Pink demi mengejar seorang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Red hingga tidak sadar kedua sepatu pantofel nya mencelat entah kemana.
Keduanya kemudian berjalan masuk ke gerai Kopi Malam. Duduk berhadapan dengan senyum saling bertautan. Apalagi Grey yang menatap dalam sosok wanita istimewa di hadapannya. Keduanya menyeruput kopi dari cangkir bersamaan. Melewati malam sunyi ini dengan kehangatan awal mula perjumpaan. Memandang bintang-bintang berkerlip dari kejauhan secara bersamaan. Romantisme perkenalan yang penuh dengan kehangatan sudah tidak bisa ditawar lagi. Lewat sentuhan jemari Grey dan juga perlakuan lembutnya, mampu membius janda cantik menawan bernama Pink.
Begitu juga dengan Pink yang tidak menutup diri. Hati Pink seakan terobati dengan kehadiran Grey yang baru dikenalnya untuk beberapa menit yang lalu setelah sempat kemarin malam mereka juga sempat bertemu.
BERSAMBUNG
" Hallo Dokter Pink." seorang perawat mencoba menghubungi Dokter Pink karena banyak dari pasiennya menunggu.
" Iya." Nafas terengah dari Pink di balik sambungan teleponnya.
" Ini sudah pukul 20.00 WIB. Dok. Bagaimana? pasien anda menunggu dengan nomor antrian yang lumayan panjang. Apakah anda masih di jalan?"
Pink yang mulai resah namun Grey benar-benar sudah membuat dirinya gila. Bagaimana tidak? perkenalan yang singkat ternyata membawanya ke dalam gairah cinta panas yang ditawarkan oleh Grey.
Saat ini saja, Pink yang sedang menerima sambungan telepon dari rumah sakit, ternyata ada sosok Grey yang berada di dekatnya. Grey bahkan sedang asyik mencumbuinya tanpa henti. Hingga membuat Pink mulai resah dan mengelak untuk terus diciumi oleh Grey saat sedang menerima telepon. " E..." Pink menoleh ke arah Grey yang sedang bertelanjang dada memberi tanda gelengan kepala sebagai tanda isyarat untuk tidak masuk kerja dan melanjutkan bercinta mereka kembali. Namun sepertinya pink tak menghiraukan Grey. " Sebentar lagi aku datang sus." Pink langsung menutup ponselnya.
Melepaskan pelukan melingkar Grey yang sedari tadi menjerat dan membuatnya susah bergerak karena Grey sangat agresif dengan nya dan Pink tidak menolaknya. " Aku harus ke rumah sakit." Pink membenahi kancing kemeja nya yang satu persatu terbuka tidak karuan karena ulah jemari Grey yang mulai nakal.
Pink memoles lipstik kembali pada area bibir dan mengulang riasan kembali pada area wajahnya karena tak tersisa sedikit pun disebabkan ulah bibir liar Grey.
Pink juga tak lupa membenahi rambutnya yang sedikit berantakan. Setelah semua terlihat sempurna tidak seperti orang yang habis bercinta. Pink meninggalkan Grey yang sedang berdiri di depannya. Cup. Ciuman bibir yang sengaja dia berikan kepada Grey sebagai tanda cinta dirinya kepada pria yang telah menghidupkan gairah cinta nya kembali.
" Aku tidak lama, aku akan kembali." Kata perpisahan yang diucapkan Pink terhadap Grey.
Pink kemudian menuruni mansion milik Grey yang terlihat sepi. Menuju dimana mobilnya terparkir dan menancap pedal gas dengan kecepatan signifikan.
Sesampainya di rumah sakit, Pink berlari kecil dan membuka ruangan kerjanya. " Silahkan mbak, bisa dipanggil satu persatu pasiennya!"
" Baik Dokter Pink." Staf rumah sakit yang kemudian memanggil satu persatu pasien yang sudah menunggu nomor antrian untuk dipanggil masuk ke dalam ruangan.
Beberapa menit kemudian, salah satu pasien laki-laki dengan usia yang sudah tua dan terlihat renta masuk ke dalam ruangan Pink.
" Silahkan pak!" Dokter Pink yang menyuruh bapak-bapak tua tersebut untuk berbaring di tempat tidur rumah sakit yang sudah di sediakan.
" Terimakasih Dok." Jawab pria itu dan mengikuti apa perintah dari Pink.
Pink di ikuti dengan perawat yang mendampinginya memeriksa keadaan laki-laki tua tersebut. " Apa keluhannya pak?"
" Sedikit sesak dok. Ada pusing, apa tekanan darah tinggi saya meningkat?" jawab pria tua itu.
" Oh, iya." Pink dengan ramah membalas ucapan dari pasiennya. Pink melanjutkan memeriksa pria tua yang sedang berbaring itu. Setelah semua selesai. Pink kemudian menulis resep di atas meja kerjanya. " Ini resep nya ya pak. Ada obat sesaknya, dan juga obat untuk tekanan darah tingginya juga. Jangan lupa! kurangi merokoknya."
" Hehehehe." Pria tua. itu terkekeh mendengar nasihat dari Pink yang seolah tahu kebiasaan buruk pria tua itu.
Pink kemudian memberikan secarik kertas bertuliskan resep itu kepada pria tua yang duduk di hadapannya.
" Terimakasih Dok." pria tua yang bangkit dari kursi duduk untuk pasien yang berada di depan meja kerja Pink.
" Sama-sama pak, semoga lekas sembuh ya." Pink dengan ramah memberi salam perpisahan kepada pria tua yang akan keluar dari ruangannya.
Begitu terus sampai dimana pasien terakhir selesai periksa keluar dari ruangan Pink untuk yang terakhir. Pink kemudian menyingkap jas kebesaran rumah sakit dan melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 24.00 WIB. tepat jarum panjang persis di angka 12. Pink kemudian mengambil ponselnya dan benar saja. Jumlah panggilan tak terjawab dari Grey yang terhitung puluhan kali menduduki rangking teratas dalam pemberitahuan pada ponselnya.
Pink menghela nafas panjang. Mengambil tas hitam yang sering kali dipakai praktek ke rumah sakit. Pink berjalan keluar dan menutup pintu ruangannya. Lalu melangkah menuju parkiran belakang rumah sakit untuk mencari mobilnya terparkir.
Grey tiba-tiba datang tanpa suara sudah menarik pergelangan tangan Pink dan memasukkannya ke dalam sebuah mobil miliknya.
Pink yang terkejut namun pasrah dan menuruti tingkah gila Grey yang tidak bisa ditolaknya pula. Siapa yang berani menolak Grey? ketampanannya maksimal dan orang siapa yang tidak tahu dia. Dia adalah anak konglomerat di kota Jakarta ini. Ayahnya Tuan Brown yang memiliki banyak Perusahaan Raksasa kelas dunia sudah tidak bisa diragukan lagi. Hingga Pink bertekuk lutut dan merasa beruntung dekat dengan Grey.
" Bagaimana dengan mobilku?" Pink yang memikirkan mobilnya sembari melihat mobilnya yang terparkir dari balik jendela kaca hitam mobil Grey. " Esh, gila kamu Grey, kamu sudah gila." ucapan Pink kepada Grey yang tak digubrisnya.
Grey hanya tersenyum tipis menatap Pink yang resah karena diculiknya.
Mobil Grey berjalan meninggalkan rumah sakit tempat dimana Pink bekerja dan melaju kencang di tengahnya malam menuju mansion miliknya yang dia huni sendirian tanpa siapa pun di dalamnya, kecuali para asisten rumah tangga yang akan patuh dengan perintahnya tanpa berani macam-macam dan akan membuka rahasia kebersamaan mereka berdua. Mereka akan sangat patuh dengan apapun yang Grey inginkan.
Keluar dari mobil Grey. Pink yang di tarik pergelangan tangannya untuk keluar dari mobil dan menapaki lantai per lantai, ruangan demi ruangan yang Pink sendiri tidak tahu mengapa orang kaya memiliki mansion tanpa banyak penghuni di dalamnya dan dia merasa akan sangat sia-sia namun itulah life style dari kebanyakan konglomerat di negeri nya.
Tangga per tangga ditapaki Grey dan Pink menuju lantai dua mansion nya. Kembali pada sebuah ruangan besar serba putih yang tadi sebelum berangkat ke rumah sakit Grey juga membawanya kesini.
Ceklek. Pintu terkunci dan Grey dengan semangat membuka kemejanya dengan sangat cepat dia sudah bertelanjang dada.
Mendekat ke arah Pink. mencengkeram kedua sisi dagu Pink dan mengarahkan area wajah Pink hingga bibir mereka saling bertaut satu sama lain.
Pink yang kemudian melempar tas nya ke sembarang arah, merasa haus akan kasih sayang seorang pria, apalagi baru saja dirinya menyandang status janda membuat dirinya sangat menikmati gairah panas yang di berikan Grey kepadanya. Kesepuluh jemari Grey yang mulai membuka satu persatu kancing kemeja milik Pink tanpa menghentikan ciuman bibir mereka.
Ciuman lembut smooth mereka nikmati begitu dalam cinta dan hasrat keduanya. Penyatuan cinta yang sudah tidak di ragukan lagi bahwa mereka ingin saling memiliki.
Semua kancing kemeja Pink terlepas. Grey menyingkap pelan kemeja yang masih menutupi bagian pundak dan punggung Pink tanpa melepaskan ciuman bibir mereka yang lembut.
Kesepuluh jemari Pink yang masih bertengger di kedua pundak Grey mulai perlahan mengikuti titah Grey yang melepaskan kemeja miliknya yang masih menutupi punggungnya.
Setelah kemeja terlepas, kedua telapak tangan Pink yang kembali dia letakkan di dada penuh bulu milik Grey.
Ciuman bibir semakin memanas menjalar ke semua sudut area tubuh. Grey membuka pengait berwarna hitam, tepat berada di punggung belakang yang dikenakan Pink untuk menutupi kedua barang istimewa yang tak sembarang orang bisa menyentuhnya.
Pengait terlepas, benda berwarna hitam penutup barang istimewa bagian atasnya ikut terlepas sesuai titah Grey yang mulai melancarkan ciuman panas dengan sangat cepat.
Grey membanting tubuh Pink di atas ranjang. Dan dia pun melepaskan celana yang masih dikenakannya hingga terlihat semuanya dengan polos begitu juga dengan Pink.
Tanpa sehelai benang pun keduanya bermain di atas ranjang. Grey dan Pink yang sangat menikmati penyatuan hasrat cinta mereka berdua. Pink yang terobati dan tidak menangis lagi karena diceraikan suaminya. Dia juga tidak merendahkan harga dirinya kembali dengan mengemis cinta dari mantan suaminya. Karena di dekatnya saat ini, sudah ada pria yang menginginkan kehadirannya. Pria yang mencintainya tanpa menuntut Pink untuk meninggalkan pekerjaannya.
Aksi nakal keduanya di ranjang yang terbilang cukup lama. Membuat para asistennya ketar-ketir jika Tuan Black atau Tuan Brown tiba-tiba menelepon sekedar ingin mengecek keadaan mansion seperti yang sudah-sudah. Meskipun itu sudah larut malam dan terbilang dini hari. Keduanya masih tidak berhenti menghidupkan cinta di atas ranjang.
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!