Pink dengan menyetir mobilnya sembari menangis kesal meninggalkan rumah sakit dimana dia baru saja beradu mulut dengan Red.
Menyesal sekaligus benci kepada hati dan dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia mencintai pria yang salah. Pria yang ditangisi nya setiap hari adalah pria pecundang yang benar kata Grey. Dirinya terlalu berharga untuk pria seperti Red. Pink masih menangis sesenggukan sepanjang perjalanan.
Hingga sampai rumah dan berada di kamar nya pun, tak berhenti dia menangis. Entah apa yang ditangisi nya. Jelas-jelas Red telah mengkhianatinya selama 3 bulan pernikahan. Namun tetap saja Pink tidak berhenti menyalahkan dirinya sendiri akibat kesibukannya.
Tangisnya menggaung ke semua arah. Air mata tak tahu malu dengan seenaknya membasahi pipi pemiliknya. Jelas-jelas Pink telah menyekanya berulang. Namun sialnya tak berhenti juga si air mata malah semakin deras.
Dering ponselnya berbunyi. Pink hanya melihat layar dan membaca G R E Y. Nama pada layar ponsel yang memanggilnya. Sekuat tenaga Pink menyumpal hidungnya dengan tisu supaya tak terdengar jika dia sedang menangisi mantan suami pecundangnya itu.
" Halo." Nada serak pertama yang keluar dari mulut Pink.
" Apa kamu sudah sampai di rumah?" tanya Grey yang sedang berdiri di samping kanan body mobilnya sehabis mengambil ponsel yang tertinggal.
" Iya, sudah. Aku sudah sampai di rumah." Pink yang menatap langit-langit atap rumahnya dengan menahan air mata supaya tak terjatuh. Namun masih saja air mata tak berhenti menetes.
" Apa kamu mau kita makan siang?" Grey yang tahu jika Pink pasti akan bersedih lagi jika mengingat mantan suaminya itu. Makanya dia berusaha ingin menghibur Pink.
" Tidak usah. Aku mau istirahat." Jawab Pink menolak ajakan Grey.
" Okay." Grey kemudian menutup ponselnya sembari memberikan kecupan pada ponselnya yang sudah tentu Pink juga mengetahui dan mendengarnya.
Pink yang kemudian melepaskan senyum mengembang diikuti gelengan kepala dari perhatian Grey yang membuatnya terbang ke langit ketujuh.
Grey kemudian masuk ke dalam rumah sakit kembali untuk menuju ruang dimana ayahnya di rawat. Yang dimana di dalam sudah ada Black, kakak laki-laki yang usianya tidak terpaut jauh darinya. Grey dan Black hanya selisih usia 2,5 tahun. Grey yang membuka pintu ruang rawat ayahnya terkejut melihat Black yang ternyata sudah berdiri tepat di samping tempat tidur rumah sakit milik ayahnya.
" Siang Yah."
" Siang Grey." jawab ayahnya yang masih terbaring setengah duduk sembari menatap ke arah Grey.
" Bagaimana kondisi ayah?" Tanya Grey yang kini berdiri di dekat ayahnya dimana berbaring.
" Seperti yang kamu lihat Grey! ayah jauh lebih baik."
Grey melepaskan senyum ke arah ayahnya.
Black yang menaruh segudang tanya di dalam isi kepalanya. Tentang siapa perempuan yang baru saja di kecup keningnya oleh Grey saat di parkiran mobil. Black mengetahuinya karena melihat dengan mata kepalanya sendiri.
Bahwa perempuan cantik yang bersama Grey turun dari mobil Grey. Grey lalu mengecup kening perempuan cantik itu diikuti lambaian tangan keduanya. Seperti mereka sedang memiliki hubungan khusus yang jelas-jelas melanggar kode etik bahwa sampai kapan pun Black tidak ingin adiknya itu melangkahi menikah terlebih dahulu menyalip dirinya.
Keduanya kakak beradik yang tidak terlalu akur itu membawa ayahnya keluar dari ruang rawat menuju parkiran mobil.
Dengan lirih Black memberanikan diri untuk menanyakan kepada Grey siapa wanita yang bersama nya tadi. " Siapa wanita itu?"
Grey tersentak saat kakaknya Black menanyakan wanita yang dimaksud kakaknya adalah Pink. Tahu dari mana dia soal Pink? batin Grey bertanya. " Wanita siapa yang kamu maksud?"
" Halah..." Telapak tangan Black yang coba dia lambungkan ke udara. " Jangan coba-coba ngelak! Semalam kamu berkencan dengan dia kan?" Tanya asal dari Black yang spontan dia lontarkan kepada Grey.
Sial, darimana dia tahu? batin Grey kembali, atas lontaran kakaknya.
" Kalian berdebat masalah apa? Ayo buruan!" Tuan Brown yang sedari tadi memperhatikan kedua putranya itu seperti membicarakan seorang wanita. Namun dia tidak begitu menggubrisnya.
Grey kemudian menutup pintu mobil yang ditumpangi ayahnya. Black yang kemudian menuju ke bagian kemudi mobil meninggalkan Grey yang masih berdiri tak bergeming dari posisinya.
Grey kemudian berlari kecil menuju mobilnya. Mengikuti mobil Black dari belakang.
Kedua mobil yang beriringan. Ayahnya menuju sebuah villa yang menjadi huniannya selama ini. Ayahnya tidak tinggal bersama Black yang memilih tinggal di apartemen karena seringnya party dan pulang larut malam hingga dia memilih apartemen yang tidak jauh dari klub malam. Hanya sesekali dia pulang ke mansion sesuka hatinya. Tergantung moodnya jika menginginkan dia untuk tidur dan rindu pada ruang pribadi yang berada di mansion.
Hanya Grey yang dan para asisten yang tinggal di mansion selama 5 tahun terakhir ini.
Memasuki sebuah Villa yang memiliki pemandangan pegunungan dan perkebunan teh. Menjadikan tuan Brown hatinya tentram dan damai karena setiap pagi harus berkuda sembari mengawasi perkebunan teh miliknya dan juga pabrik besar yang mengelola teh miliknya.
Untuk perusahaan-perusahaan raksasa yang mendunia sejauh ini dikelola oleh Grey yang sangat mumpuni di bidangnya dibantu oleh kawanan direksi yang dipercayanya.
Grey tentu berbeda dengan Black. Black memiliki jiwa petualang yang kerjanya hanya bisa habiskan uang perusahaan. Pergi ke klub malam, judi bola hingga mabuk-mabukkan yang tidak jelas jluntrungan nya.
Namun Tuan Brown sangat menyayanginya karena Black berbeda dengan Grey ketika memperlakukan ayahnya yang sudah tua. Setiap pagi Black pasti menyempatkan menelepon ayahnya yang sekedar hanya bertanya kabar tentang kesehatannya. Black lebih tahu dan mengerti tentang ayahnya.
Berbeda dengan Grey yang cenderung cuek mengarah tidak peduli terhadap orang tua. Grey adalah tipe lelaki dingin dan sibuk karena saking banyak beban yang diemban di pundaknya dalam mengurus perusahaan milik ayahnya.
Wajar saja jika yang tak peduli dengan perusahaan bisa menyempatkan datang ke villa ayahnya di area perkebunan dengan semau waktu. Namun tidak dengan Grey yang kepalanya dipenuhi dengan laporan-laporan proyek dan banyak sekali hal yang menjadi tanggung jawabnya. Itulah mengapa dia melampiaskan kepenatan kerjanya kepada Pink. Janda cantik yang akhir-akhir ini membuat hidupnya lebih santai dalam menghadapi pekerjaan. Karena saat dengan Pink. Grey merasa benar-benar terlepas dari atribut seorang anak konglomerat yang cukup populer di kota Jakarta.
Namun demikian, Grey tidak pernah sebal kepada kakaknya itu. Grey bahkan sangat menyayanginya. Namun entah dengan Black yang sepertinya masih cemburu dengan kehidupan sempurna Grey yang tidak bisa dikalahkannya sejak kecil.
Di bidang akademis, Grey selalu unggul lebih jauh dari kakaknya. Itulah yang membuat Grey mampu memegang berbagai perusahaan raksasa milik ayahnya.
Sementara Black, tertinggal jauh kemampuan dari yang dimiliki oleh Grey. Namun Black pandai dalam hal asmara. Black bagaikan seorang Casanova sejati yang setiap hari bahkan bisa berganti puluhan wanita dan bisa menikmatinya kapanpun yang dia mau.
Sementara Grey yang dingin. Membuat aneh Black mengapa dia bisa mengecup wanita cantik di area parkiran. Bagaimanapun Grey tidak boleh lebih unggul dari nya lagi setelah hidupnya sudah sempurna dengan memegang semua kendali perusahaan milik ayahnya yang dia tidak bisa. Masak iya Black harus kalah juga dalam hal urusan wanita.
" Aku permisi ke kantor yah." Pamit Grey kepada Tuan Brown.
Tuan Brown yang baru saja duduk di long sofa berada di ruang tengah yang sangat luas berbentuk melingkar dengan sekelilingnya adalah pemandangan hijau yang menyejukkan mata.
" Duduklah dulu Grey!" Titah Tuan Brown.
Grey kemudian duduk di single sofa tepat di samping dimana ayahnya duduk.
" Yellow akan pulang dari New York, kamu jemput dia di bandara!"
Grey mengernyitkan dahinya tipis. Tersenyum smirk. " Kenapa harus aku? Kan ada Black."
Black yang lima senti menarik kepala dari posisi semula. " Aku tidak bisa."
Grey dengan pasrah harus menuruti apa mau ayahnya. Menundukkan kepala dengan lesu karena sudah tentu dia tidak akan bertemu Pink malam ini. " Okay." Jawab lirih Grey.
Ingin rasanya berontak kepada ayahnya. Dari dulu, seperti dia yang harus mengalah dari Black. Padahal jelas-jelas Black lebih banyak nganggurnya ketimbang dirinya. Namun lagi-lagi Grey yang harus disuruh menjemput Yellow ke bandara. Mungkin karena Yellow bukan wanita tipe yang diinginkan Black, makanya Black enggan menjemputnya ke Bandara.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments