Pertemuan Kembali Pink Dan Grey

Esok hari, malam yang sama. Setelah Pink keluar dari ruang kerja nya. Pink bergegas menuju ke mobil seperti biasanya. Malam ini, tidak seperti biasanya. Pasien menumpuk, sehingga dia harus pulang larut malam.

Pink yang tidak berubah tempat parkirnya dengan hari kemarin. Masih berdiri mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi rumah sakit. Mengingat hari kemarin ada pria asing menegurnya disaat dia pulang kerja. Setelah beberapa detik berdiri, memeriksa keadaan dan sepertinya hening. Pink lantas masuk ke dalam mobil. Melajukan mobilnya menuju tempat keluar parkir.

Suasana malam hening dan pekat. Tetiba lidah Pink meronta ingin minum kopi saat melewati gerai tempat nongkrong minum kopi yang terkenal di kawasan yang tidak jauh dari rumah sakit.

Pink kemudian membelokkan mobilnya dan berhenti di depan pelataran gerai kopi Malam.

Membuka jas kebesaran rumah sakit. Rok pendek hitam dilengkapi kemeja garis-garis berbentuk vertikal berwarna senada. Menjinjing tas yang sama warna hitamnya lalu membuka pintu mobil. Semerbak aroma kopi tercium sampai memekik ujung hidung Pink. Aromanya juara. Kopi di tempat ini memang terkenal memiliki aroma dan penyajian yang khas yang tidak banyak tempat lainnya miliki.

Makanya, hingga tengah malam pun, gerai kopi Malam ini tidak pernah sepi pengunjung.

Pink melangkahkan kaki memasuki gerai dan memesan kopi yang diinginkan supaya di antar ke meja yang dia duduki.

Pink memilih kursi paling sudut yang menghadap ke jalanan malam yang lengang. Pink kemudian mengeluarkan ponsel dari tas hitamnya lalu memainkan ponselnya sembari menunggu pesanan kopinya datang.

" Silahkan, ini pesanannya." Pegawai laki-laki yang terbilang ramah menyapa Pink. Pegawai yang meletakkan pesanan kopi Pink di atas meja tepat di hadapannya.

Namun seruputan pertama itu buyar, ketika Pink melihat Red menggandeng mesra tangan perempuan cantik untuk masuk ke dalam mobil Red.

Pink berlari keluar mengejar Red. Pink tak sadar jika salah satu sepatu pantofel nya terlepas saat berlari kencang mengejar Red.

" Red...Red..." Pink kemudian menarik pergelangan tangan Red sembari menangis tentunya. " Red."

Red yang kesal mengapa harus bertemu Pink. Merusak kencan buta nya bersama kekasih barunya. Wajah Red tampak sekali marah. " Kita, bukan suami istri lagi. Ingat itu Pink." Red masuk ke dalam mobil miliknya. Jebret. Pintu mobil ditutup sangat keras oleh Red.

Air mata lagi, air mata lagi. Yang jatuh ribuan kali ketika harus merengek ke Red untuk kembali pada nya. Pink yang tak kuasa dengan tangisnya Sesenggukan ditengahnya malam. Mungkin memang tidak banyak pengunjung, namun setidak nya ada beberapa orang yang melihat pertengkaran mulut antara dirinya dan Red malam ini. Malu, seperti tak ada harga diri lagi rasanya. Namun hati tidak bisa di bohongi, bahwa Pink masih sangat cinta dengan mantan suami nya itu.

" Ambillah!" seorang pria yang sama. Yang pernah bertemu dengannya di parkiran belakang rumah sakit tempatnya bekerja. Telah mengulurkan tangan yang lengkap memegang tisu untuk diberikan kepadanya.

Pink lalu menoleh ke pria itu, pria yang disebutnya angkuh yang dilihat dari perawakan nya. Dagunya yang lancip mengesankan kalau dia adalah pria yang tegas. Terlihat arogan jika dilihat dari sorot matanya. Rambut yang kecoklatan melipis diikuti bulu-bulu di tulang rahang tegasnya. " Terimakasih." Pink mengambil sehelai tisu yang cukup untuk menyeka air mata nya. Melempar senyum kepada pria asing yang baru dikenalnya.

" Perkenalkan, namaku Grey." Grey yang mengulurkan tangan nya untuk dijabat oleh Pink.

Pink melempar senyum kembali lebih lebar 3 senti menatap Grey. Kemudian membalas uluran tangan Grey dan menyentuh telapak tangannya. " Pink."

Grey dan Pink tersenyum lebar saling bertatap retina.

Grey yang mencoba mengawali pembicaraan di sunyi nya malam. Hening di rerumputan hijau dekat pelataran dan dekat parkir mobil milik gerai Kopi Malam. Grey yang kemudian menyembunyikan kedua telapak tangan di balik saku jaket tebal hitam yang dikenakannya. Mengatur kata per kata yang akan disampaikan kepada wanita cantik di depannya namun sayang, jika dilihatnya, dia adalah wanita lemah dan cengeng karena Grey memperhatikan betul dan mendengar sekilas ujung kata terakhir yang diucapkan pria yang di panggil Pink dengan sebutan Red.

" Apa itu tadi mantan suami mu?"

Pink masih tak bergeming. Berdiri dengan kesepuluh jemari yang masing-masing dia tautkan bersedekap menyentuh lengannya masing-masing. Entah dingin atau bagaimana? Karena memang tidak dipungkiri, angin malam menusuk menembus kulit hingga masuk ke rongga dada. Dingin nya sudah jangan ditanya. " Iya." Nada getir Pink menyebut suaminya menjadi kata mantan suami. " Dia mantan suami ku." Pink mencoba tegar, namun sialnya air mata selalu menetes.

Grey yang mengusap ujung hidung miliknya dengan jari telunjuk kirinya. Merasa bersalah, karena mempertanyakan pertanyaan yang membuat Pink semakin sedih. " Aku tidak tahu apa masalah mu? Tapi kamu terlalu berharga untuk disiakan oleh pria seperti dia."

Pink menggeleng kepalanya kecil. " Tidak! dia baik, aku yang salah. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaan ku. Seperti ini! pulang larut malam. Siapa pria yang betah hidup bersama ku. Siapa pun juga tidak akan mau." Pink membela Red mantan suaminya di depan Grey yang merasa menyalahkan mantan suaminya atas perceraian ini.

" Okay! bagaimana kalau kita lanjut minum kopi!"

Pink menganggukkan kepalanya berulang. Ketika hendak berjalan, Pink menyadari bahwa sepatunya telah berserak entah kemana. Pink yang shock bahwa ternyata sepasang sepatu itu terlepas gegara dia terlalu heboh mengejar Red mantan suaminya. Kepala Pink yang masih menunduk. Menatapi kesepuluh jemari kakinya bertelanjang menginjak tanah dan rerumputan namun dia tak sadar.

Grey kemudian tertawa. Mengangkat sepasang sepatu yang sudah dia ambil sebelumnya. Memegang ke udara dengan tangan kanannya yang dia tunjukkan ke arah tatapan Pink.

Hahaha...Keduanya tertawa terbahak. Tertawa dengan hal konyol yang dilakukan Pink demi mengejar seorang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Red hingga tidak sadar kedua sepatu pantofel nya mencelat entah kemana.

Keduanya kemudian berjalan masuk ke gerai Kopi Malam. Duduk berhadapan dengan senyum saling bertautan. Apalagi Grey yang menatap dalam sosok wanita istimewa di hadapannya. Keduanya menyeruput kopi dari cangkir bersamaan. Melewati malam sunyi ini dengan kehangatan awal mula perjumpaan. Memandang bintang-bintang berkerlip dari kejauhan secara bersamaan. Romantisme perkenalan yang penuh dengan kehangatan sudah tidak bisa ditawar lagi. Lewat sentuhan jemari Grey dan juga perlakuan lembutnya, mampu membius janda cantik menawan bernama Pink.

Begitu juga dengan Pink yang tidak menutup diri. Hati Pink seakan terobati dengan kehadiran Grey yang baru dikenalnya untuk beberapa menit yang lalu setelah sempat kemarin malam mereka juga sempat bertemu.

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!