2 HATI 1 CINTA SANG CEO
Kira-kira pukul sebelas malam pasangan kekasih tiba di Stasiun Gambir, Jakarta pusat. Menunggu jemputan dari sang sahabat.
Kesulitan ekonomi keluarga dan terlilit hutang besar, membuat seorang gadis berusia 23 tahun bernama Kasih Aprilia nekat merantau ke Ibu kota bersama kekasihnya Elvan yang pada saat ini belum diketahui identitas aslinya.
Sepuluh menit sudah berlalu, namun sosok sahabat yang mereka tunggu tak kunjung tiba.
"Ka, coba kamu hubungi kembali," kata Elvan yang baru saja tiba dari toilet.
"Ponselku kehabisan baterai," sahut Kasih dengan nada lemas, mengeluh pada ponsel sederhana miliknya, sementara Elvan tidak memiliki ponsel karena keadaan mereka cukuplah miris.
Menyadari kekasihnya cemas membuat Elvan kembali duduk di sebelah Kasih seraya mengusap pundaknya. Merasakan usapan lembut itu menyadarkan Kasih dari kecemasannya.
"Kita harus bagaimana? Malam semakin larut. Apa kamu lapar?" tanya Kasih penuh perhatian, poin inilah yang membuat Elvan jatuh cinta pada sosok gadis cantik itu. Tidak hanya miliki paras cantik, namun Kasih adalah sosok yang baik hati, ramah dan peduli ke siapapun, hanya saja jeratan ekonomi yang kurang beruntung.
Elvan menggeleng, menandakan bahwa dia tidak lapar. "Tenanglah, mungkin saja sekarang sahabatmu sedang dalam perjalanan." Elvan berusaha menenangkan, padahal dia sendiri merasakan kecemasan. Tempat ini adalah kawasan asing bagi mereka, sementara malam semakin larut. "Atau kamu sudah lapar? Ini roti bagian ku, kebetulan belum ku makan." Elvan mengeluarkan sebungkus roti isi coklat dari tas ranselnya.
Kasih tersenyum, lalu membuka bungkus roti tersebut. Roti berukuran lumayan besar itu di potong menjadi dua bagian. "Kita makan sepotong-sepotong, biar adil!" ucap Kasih seraya memberikan sepotong roti kepada kekasihnya itu.
Dengan senang hati Elvan meraihnya, lalu mengusap kepala Kasih dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih sayang!"
"Kan, sudah aku katakan jangan panggil sayang-sayang, malu tahu!" Kasih protes dengan wajah cemberut seraya mengunyah rotinya.
"Malu sama siapa? Lagi pula hanya kita berdua di sini. Papa, Mama, Kania, Kamila tidak bersama kita. Terus kedengaran aneh atau janggal bila aku memanggil namamu seperti terima kasih Kasih, janggal kan?" dengan tawa kecil menambah ketampanan pria tersebut.
"Thanks you Kasih, gitu saja!"
"Kita orang lokal!"
"Ka, Kasih!" panggilan berulang-ulang membuat perdebatan diantara mereka terhenti. Sosok yang sejak tadi mereka tunggu dengan perasaan cemas, tiba juga dengan nafas terengah-engah.
"Mey," Kasih membalas panggilan itu, lalu ke-duanya saling berpelukan, melepas rasa rindu. Maklum sudah hampir satu tahun setengah mereka tidak bertemu, terakhir kalinya bertemu ketika Mey berangkat ke Ibu kota.
"Maaf ya, menunggu lama. Kebetulan di cafe cukup ramai, makanya aku terlambat menjemput kalian. Hmm, apa ini pria yang kamu ceritakan? Wah dia sangat tampan sekali, kulitnya halus dan bersih." Mey berbisik, jujur saja ia terkesima melihat sosok Elvan.
"Iya, kenalkan ini Elvan. El, kenalkan ini Mey Lingga sahabatku." Kasih memperkenalkan ke-duanya. Dengan senang hati mereka saling memperkenalkan diri.
Mereka pun memutuskan untuk segera meninggalkan Stasiun. Jarak Stasiun dari rumah kontrak Mey memakan waktu setengah jam dengan menaiki angkot. Perjalanan cukup panjang terasa cepat berlalu karena sepanjang jalan mereka mengobrol, saling bercerita. Namun di sini yang banyak bicara adalah Kasih dan Mey, sementara Elvan hanya menjawab ketika di tanya.
"Maaf ya rumah kontrakan ku sangat kecil, dan hanya ada satu kamar," ucap Mey seraya membukakan pintu rumah petak ukuran kecil.
"Tidak masalah, yang penting bisa menghindari terik matahari dan juga hujan," sahut Kasih dengan pandangan ke seluruh dalam rumah. "Oya, bolehkan Elvan malam ini menginap di sini dulu?" tanyanya seraya melirik kekasihnya yang kelihatan sangat lelah.
"Tentu saja boleh, lagi pula rumah sebelah belum dibersihkan. Istirahat saja dulu, kalian pasti kelelahan, mengingat perjalanan jauh." Mey, menuangkan air putih sebagai jamuan. "Kalian belum makan kan? Aku panaskan sebentar makanan, kebetulan tadi bawa makanan cukup banyak dari cafe. Anggap saja rezeki menyambut kalian."
"Biar aku bantu ya?"
Mey menggeleng. "Lebih baik kalian bersihkan diri terlebih dahulu, setelah itu kita makan," ucapnya dengan senyuman.
Baik Kasih maupun Elvan mengangguk.
Satu jam kemudian.
Mereka memutuskan untuk beristirahat, dengan terpaksa Elvan tidur di ruang televisi, sementara mereka tidur di kamar.
"Ka, kekasihmu sangat tampan. Aku sempat kaget karena tak menyangka jika pria di sampingmu tadi adalah Elvan. Hmm, sepertinya bukan dari kalangan orang biasa deh! Menurutku ya?"
"Kalau jelek mana mungkin aku mau. Entahlah, pokoknya sampai sekarang Elvan belum ingat apa-apa siapa jati dirinya," keluh Kasih dengan mata terpejam.
"Bagaimana bisa Elvan masuk di keluarga kalian?" ya Mey cukup penasaran karena Kasih hanya menceritakan garis besarnya saja.
"Ceritanya panjang Mey. Seperti biasanya Papaku pulang kerja di tengah malam jika banyak pelanggan. Di tengah jalan menuju pulang, Papa menemukan Elvan yang pada saat itu terkapar di tepi jalan dengan tubuh penuh luka tidak sadarkan diri. Tanpa berpikir panjang Elvan di bawa Papa ke rumah sakit terdekat, dan langsung mendapat penanganan karena keadaan Elvan pada saat itu sangat kritis. Selama satu bulan Elvan koma, hingga pihak rumah sakit memutuskan biaya pengobatan. Namun mukjizat datang pada saat itu juga, dimana Elvan siuman dari komanya. Dengan ketulusan hati Papa dan Mama rela membiayai perobatan Elvan hingga dinyatakan sembuh, hanya sayangnya saja dia mengalami amnesia. Begitulah ceritanya Mey." Elvan Diagnosis amnesia sejenis antergrade. Pada keadaan ini, pengidap sulit membuat ingatan diri. Gangguan ini dapat bersifat sementara, tetapi dapat juga permanen.
Ya, pekerjaan orang tua Kasih adalah menarik becak, sedangkan Mamanya hanya seorang buruh cuci pakaian dan setrika. Sementara Kasih bekerja membantu di kantin rumah sakit dengan gaji begitu minum, hingga tidka cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kania maupun Kamila masih sekolah, dan pulang sekolah juga mencari uang sendiri, untuk memenuhi uang jajan mereka masing-masing.
Mey manggut-manggut.
"Dari situlah tumbuh rasa cinta, iya kan? Elvan mampu memikat hati dingin mu itu," goda Mey dengan senyuman.
"Kamu bisa saja. Elvan yang menyatakan cinta terlebih dahulu."
"Siapa sih yang akan menolak dengan pria tampan seperti Elvan, aku juga tidak akan menolak, andai saja kejadiannya kepada keluarga kami," ucap Mey.
"Tapi aku takut Mey, suatu saat nanti ingatan Elvan pasti kembali." Ya, itulah ketakutan yang selalu menghantui seorang Kasih. Takut dengan status Elvan yang sesungguhnya.
"Bagus dong!"
Kasih hanya bisa menghela nafas. Saat ini dia belum siap jika jati diri Elvan terkuak karena cintanya sungguh besar dan takut kehilangan pria itu.
"Apa alasan terkuat mu nekat merantau ke Ibu kota? Setahu ku kamu tidak kuat meninggalkan keluarga."
"Bagaimana ya Mey? Keadaan yang memaksa. Hmm, kami terlilit hutang besar pada rentenir," ucap Kasih dengan tak semangat jika mengingat angka nominal pinjaman mereka.
"Untuk apa?"
Kasih terdiam, dengan pandangan ke langit-langit kamar berukuran kecil itu. "Kamu janji jangan cerita kepada siapapun ya? Apa lagi Elvan tahu. Itu pinjaman untuk perobatan Elvan. Aku memberanikan diri untuk meminjam, dengan suatu perjanjian yang mungkin membuat Elvan kecewa suatu saat nanti. Sebenarnya Papa sama Mama menentang, namun aku menyakinkan mereka, bahwa aku mampu untuk melunasi hutang tersebut. Namun sudah tiga bulan tunggakan, aku tidak mampu membayarnya." Kasih mengakhiri cerita pilu dan suka dukanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Dianita
up
2022-10-13
1
Jelita S
semangat kkk
2022-10-13
1
merry yuliana
hadir kak....semangat....ditunggu upnya ... semoga berakhir happy ending buat kasih dan "elvan"...jia you ...fighting kak
2022-10-13
1