Part 5. Office Girl Cantik

Kasih menjalani hari-harinya seperti biasa. Berangkat pagi pulang tengah malam karena Kasih bekerja di toko bunga dari sore hingga jam sepuluh malam.

Sudah satu bulan lamanya Kasih tidak bertemu Elvan. Seperti kabar yang mereka dengar, bahwa Elvan di bawa berobat ke luar negeri untuk mendapat penanganan yang lebih menjamin, dengan penanganan para dokter yang profesional.

Baik Kasih maupun keluarganya berharap Elvan sembuh dari penyakit yang tengah dideritanya, yaitu hilang ingatan.

Tiba di kantor, baik kasih maupun Mey masing-masing melaksanakan tugas mereka yang sudah di bagi.

"Ka, buatkan dua cangkir kopi hitam di lantai dua puluh. Kemudian bawakan ke ruangan Direktur," ucap kepala kebersihan kepada Kasih hingga membuat Kasih menelan ludah karena diperintahkan untuk masuk ke ruangan Direktur.

"Tapi kenapa harus saya Pak?" tanya Kasih karena sebetulnya ini bukanlah tugas dia.

"Pak yang meminta!"

"Apa?" teriak histeris Kasih maupun Mey yang kebetulan masih berada di samping Kasih seraya memegang serbet.

"Suara kalian bikin gendang telinga ku rusak! Kenapa harus teriak seperti kesurupan?" ucap sinis Pak Eko seraya menutup telinganya.

"Maaf Pak," ucap Kasih seketika tersadar.

"Tidak ada waktu untuk bersantai. Pak Brama orangnya tegas dan tidak ingin ada keterlambatan!" usai mengatakan itu Pak Eko kembali ke ruangannya untuk melanjutkan pekerjaannya. Sementara baik Kasih maupun Mey menghela nafas.

"Oke, Mey aku ke atas dulu. Duh kenapa sih mereka memilih aku? Apa aku ada melakukan kesalahan? Atau jangan-jangan mereka curiga kepadaku?" ucap Kasih dengan panik, pikiran negatif pun menguasai dirinya.

"Tidak ad yang tahu selain aku, jadi tenanglah. Hmm, mungkin saja Pak Brama menyukaimu! Kamu itu cantik Ka, sebenarnya pekerjaan ini tidak cocok untuk dirimu."

"Huh, jangan asal bicara. Kenal saja tidak," sangkal Kasih karena kebenarannya mereka tak saling kenal, mana mungkin apa yang dituduhkan sahabatnya itu hanya khayalan semata.

"Seharusnya aku yang ada di posisi kamu. Hmm, untung-untung bertatap muka secara langsung dengan Pak Brama maupun Pak Fabian. Dengan ya Ka, selama aku kerja di sini kamu lah Office Girl pertama yang di suruh, biasanya Office Boy. Kamu sangat beruntung, sudah dua kali masuk ke ruangan Direktur," ocehan Mey karena tidak semua orang punya kesempatan untuk menginjakan kaki ke ruangan Direktur maupun CEO, tanpa terkecuali orang-orang yang memang di tugaskan.

"Seharusnya memang kamu Mey, aku sama sekali tidak menginginkan hal ini. Harusnya kamu atau orang lain," sahut Kasih dengan lemas.

Mey mengusap pundak Kasih. "Tenanglah karena semuanya akan baik-baik saja. Gi, sana sebelum Pak Eko datang menyemprot kembali."

Kasih pun bergegas meninggalkan sahabatnya.

Tiba di lantai dua puluh. Tujuan utama Kasih adalah pantri. Ini ke-dua kalinya Kasih menyeduh kopi di sana.

Dua cangkir kopi hitam siap di suguhkan dengan beberapa potong bolu yang sudah di siapkan di sana. Dengan perasaan tidak tenang, Kasih melangkah penuh hati-hati menuju ruangan Direktur dengan tangan memegang napan.

Tiba di pintu Direktur, Kasih menarik nafas, kemudian menghembuskan secara perlahan. Merasa sudah tenang, tangannya terulur untuk mengetuk pintu.

Tok tok

Hanya dua kali ketukan Kasih dipersilahkan masuk.

"Masuk!"

Seraya mengigit bibir bawahnya Kasih memutar handle pintu.

Klek!

Kasih masuk dengan kepala menunduk, sementara dua pria yang sedang duduk di sofa menghentikan obrolan mereka sejenak ketika sosok wanita cantik itu masuk dengan tangan membawa sebuah napan, yang tentunya kopi pesanan mereka.

Kasih berlutut di depan meja sofa, meletakan napan, kemudian dua cangkir kopi diletakan di hadapan masing-masing dan disertai toples tempat potongan bulu.

"Silahkan Pak," ucap Kasih sembari mendongak hingga tatapan ke-dua pria sejak tadi itu di balas tanpa disengaja oleh Kasih. Karena merasa tatapan itu tak nyaman dengan spontan Kasih kembali menunduk.

"Terima kasih," ucap Brama yang sedang menjabat sebagai Direktur. Lalu disusul dengan anggukan oleh Fabian yang menjabat sebagai asisten pribadi.

"Sama-sama Pak," sahut Kasih, kemudian beranjak bangkit. "Jika tidak ada lagi saya permisi Pak," sambungnya dengan tangan gemetaran karena ketakutan tentang hubungannya dengan Elvan diketahui.

"Tunggu!"

Deg!

Suara tegas tersebut membuat gerakan kaki Kasih yang ingin berbalik diurungkan. Kasih dibuat semakin panik, namun sebisa mungkin wanita itu menyembunyikan perasaannya.

"Kopi buatan Anda sangat enak. Takaran kopi seimbang dengan takaran gula, beda dari yang lainnya." Brama menyesap penuh penjiwaan secangkir kopi.

Pujian dari Brama membuat Kasih merasa lega karena apa yang membuatnya takut tidak terjadi apapun.

"Terima kasih Pak," ucap Kasih disertai dengan senyuman sumringah, menambah paras cantiknya hingga berasil membuat debaran jantung baik Brama maupun Fabian tak stabil.

"Kasih Aprilia, nama yang begitu indah." puji serta kagum Brama seraya menyunggingkan senyuman setelah memperhatikan tag name.

"Sejak kapan Pak Brama menjadi dewa gombal? Bukankah selama ini begitu dingin dengan setiap wanita? Bahkan beberapa kali menolak para wanita. Tapi tidak untuk wanita yang satu ini, bahkan Pak Brama bersikap sok akrab. Wanita ini memang berbeda, cantik alami dan suaranya begitu lembut hingga membuat siapapun yang mendengarnya betah. Pekerjaan di bagian ini tidak cocok untuknya." Fabian membatin karena dia tahu betul bagaimana sikap serta sifat atasannya itu. Kemudian memperhatikan penampilan Kasih yang menurutnya tidak cocok, terutama paras cantik, memiliki kulit putih bersih, postur tubuh seperti para model.

"Sudah berapa lama bekerja? Hmm, pertama kali lihat beberapa minggu yang lalu," kata Brama, sepertinya sangat mengingat pada pertemuan awal mereka.

"Baru satu bulan Pak," sahut Kasih.

Baik Brama maupun Fabian manggut-manggut.

"Saya minta, mulai hari ini dan seterusnya Anda yang bertugas untuk membuatkan minum saya karena racikan kopi buatan Anda negitu enak."

Kasih sontak kaget hingga ke-dua bola mata indah miliknya melotot ketika mendengar permintaan Brama yang menurutnya aneh.

"Baik Pak." Kasih hanya bisa menurut, walau ingin menolak karena dia tidak nyaman dengan orang-orang ini.

Brama mengangguk. "Oke, silahkan lanjutkan pekerjaan Anda!"

Mendengar Brama mempersilahkan dirinya boleh keluar Kasih merasa lega karena sejak tadi dia berusaha betah. Dengan wajah menunduk Kasih melangkah keluar, meninggalkan ruangan Direktur yang sempat membuatnya menahan nafas.

Di dalam lift Kasih menarik nafas dalam-dalam, membebaskan kegalauan atau ketidaknyamanannya selama di dalam ruangan Direktur.

Sementara di ruangan Direktur. Baik Brama maupun Fabian kembali melanjutkan pembicaraan mereka tadi yang sempat terjedah atas kedatangan Office Girl cantik.

"Fabian, sampai di mana pembicaraan kita tadi?" tanya Brama seakan lupa, bahkan sekarang konsentrasinya menurun.

"Tentang Pak Raja, Pak!" sahut Fabian dengan dahi mengerut karena merasa aneh. Fabian tahu betul bahwa ingatan Brama cukup kuat, namun kali ini pertanyaannya membuat Fabian lucu.

"Hmm," Brama berdehem, berusaha tetap tenang walau pertanyaannya tadi menurutnya lucu.

"Kasih, Kasih. Wanita itu sangat cantik dan punya daya tarik sempurna!" Brama berbicara dalam hati seraya senyum-senyum sendiri.

Terpopuler

Comments

Nasya Princs

Nasya Princs

sama brama juga gk papa sih lagian brama juga gk suka mainin cewwk.kalo si raja kan udah punya tunangan kam

2022-10-21

1

Dianita

Dianita

lanjut kk💪💪💪

2022-10-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!