Tawanan Presdir Tiran
Satu jam yang lalu. Di ruang rahasia dimana hanya orang-orang tertentu anggota VIP yang bisa masuk ke dalam ruangan yang cukup besar itu. Ada seorang gadis yang juga ada di sana untuk mengadu nasibnya malam ini. Dia Alesya, gadis cantik, baik hati dan lemah lembut sebelumnya tapi terpaksa ada di tempat itu hanya demi satu alasan yaitu ibunya.
"Alesya, kau yakin akan melanjutkan ini. Kita bisa cari cara lain Ale, ayo kita pergi dari sini. Ini bukan tempat yang tepat untukmu." Seseorang menarik tangan Alesya untuk pergi dari sana.
"Tidak Mis, tidak ada cara lain lagi. Hanya ini satu-satunya cara yang ada. Dimana kita bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam satu malam kalau bukan dengan cara ini." Nadanya terdengar putus asa, tapi memang tidak ada cara lain.
"Tapi Alesya, aku tidak ingin kau melakukan itu. Aku sungguh menyesal telah membawamu kesini. Maafkan aku Ale ...."
Alesya memeluk sahabatnya, "Tidak ada yang perlu disesali. Aku justru berterimakasih karena kamu mencarikanku cara agar bisa mendapatkan uang. Kalau tidak bagaimana aku bisa menyelamatkan ibuku," ujar Alesya tulus. "Sudah jangan menangis lagi, sekarang giliranku. Kau cukup berdoa saja agar ada yang mau membeli kesucianku dengan harga yang pas dengan yang aku butuhkan dan aku juga berharap kalau pria itu cukup tampan agar aku tidak menyesal telah memberikan kesucianku padanya." Alesya tersenyum agar sahabatnya tidak terlalu cemas.
"Semoga Tuhan melindungimu Alesya," ujar Mishel.
Alesya sudah naik ke atas panggung, gilirannya telah tiba. Dia hanya bisa berdoa agar ada seseorang yang berhati baik yang mau membayar keperawanannya dengan harga yang mahal agar ia bisa membayar operasi ibunya.
Mata para laki-laki hidung belang langsung melebar saat melihat tubuh molek Alesya yang berdiri ditengah-tengah panggung dengan hanya terbalut gaun yang sangat minim berwarna merah menyala. Tubuhnya tinggi semampai, bodynya bak model papan atas dan di bagian tertentu juga cukup padat berisi.
"Malam ini ada sesuatu yang spesial, nona yang cantik ini akan melelang keperawanannya. Siapa yang menawar dengan jumlah yang tertinggi akan mendapatkannya," ujar pembawa acara.
"Apa kau yakin kalau dia masih perawan, bagaimana bisa anak perempuan dewasa di negara kita ada yang masih perawan." Salah satu anggota pelelangan berasumsi kalau semua wanita yang sudah remaja keatas kebanyakan sudah tidak lagi perawan. Ya karena memang di negara itu pergaulan cukup bebas.
"Aku akan mengembalikan uangnya kalau memang aku terbukti berbohong!" Alesya memberanikan diri untuk bersuara. Dia tidak bisa membiarkan orang-orang menjadi enggan untuk membelinya dengan harga tinggi hanya karena asumsi itu.
Para tamu pun berbisik-bisik, ada yang meremehkan dan tidak percaya tapi ada juga yang mempercayai Alesya. Tapi jangan lupakan orang-orang yang licik dengan senyum yang menyeringai. Mereka tentu saja ingin mencicipi tubuh Alesya tapi tidak mau rugi. Segudang ide sudah muncul di kepala mereka, membeli dengan harga tinggi lalu menghabiskan malam dengan wanita secantik Alesya. Kemudian mereka bisa saja mengatakan kalau Alesya berbohong dan jadilah dia tidak usah memberikan bayaran.
Ohh astaga, Alesya lupa kalau dia ada di sarang para mafia, penjahat negara dan para pengusaha yang menggeluti dunia bawah tanah. Jelas mereka semua bukan orang yang baik. Otak mereka sudah biasa bermain curang tanpa mau rugi. Semoga saja Alesya beruntung dan bertemu orang yang tepat, ya setidaknya bisa menepati janji dengan memberikan bayarannya.
"Baiklah, kita mulai dari nominal sepuluh juta rupiah. Silahkan angkat tangan kalian dan sebutkan berapa kalian menawar."
"Dua puluh juta."
"Dua puluh lima juta."
"Tiga puluh juta."
"Empat puluh juta."
Alesya hanya bisa meremas jari-jari tangannya sendiri mendengar nominal angka yang disebutkan oleh mereka. Jumlahnya masih sangat jauh dari jumlah uang yang ia butuhkan. Apa serendah itu harganya, sampai mereka tidak ada yang mau membelinya dengan harga yang mahal. Padahal Alesya adalah anak seorang bangsawan pada masanya. Jika dulu banyak sekali putra para pengusaha dan bangsawan yang datang melamarnya tapi Alesya menolaknya, kini dia harus menjual diri pada bedebah itu untuk mendapatkan uang. Apa mungkin ini karma untuknya.
"Seratus juta."
"Seratus lima puluh juta."
Tawar menawar pun masih terjadi, tapi hanya beberapa orang yang masih bersuara. Sepertinya mereka sudah enggan untuk mengeluarkan uang lebih untuk membeli keperawanan Alesya.
"Apa masih ada lagi yang lebih tinggi. Saya hitung sampai lima kalau tidak ada lagi yang berani lebih tinggi, maka nona ini akan menjadi milik Tuan yang ada di sebelah sana," tunjuk pembawa acara pada pria tua dengan tubuh gempal yang sejak tadi sudah meneguk ludah berkali-kali saat melihat Alesya naik ke panggung.
Sedangkan Alesya tidak berani lagi memandang mereka. Alesya tidak peduli lagi dengan siapa ia akan menghabiskan malam dan siapa yang akan membayarnya, dia juga tidak bisa memilih siapa orang itu. Dia menunduk dan pasrah jika memang dia hanya mendapatkan uang sebesar itu. Sisanya dia akan mencari cara lain lagi.
"Satu ... dua ... tiga ... empat ... li--."
"Satu miliar."
Semua orang tercengang mendengar nominal angka yang begitu besar itu hanya untuk membeli seorang wanita. Siapakah pemilik suara itu, semuanya mencari termasuk pria yang tadi mengira akan menang.
"Woooww ... benarkah Tuan, anda mau membeli keperawanan Nona ini dengan harga satu miliar?" tanya pembawa acara yang juga terkejut.
"Ya, berikan dia padaku," ujar pria bertopeng dengan tubuh tinggi dan tegap itu. Setelah berkata seperti itu dia menyerahkan sebuah kartu pada asistennya. "Urus dia untukku," titahnya.
"Baik Tuan."
Sang asisten maju ke depan dan membisikkan sesuatu pada pembawa acara, sekaligus menyerahkan kartu dari tuannya. Seketika raut wajah pembawa acara itu langsung terlihat pias karena baru saja dia meragukan pria yang ternyata dikenal sangat berkuasa itu. Dia langsung menyeka keringat dingin yang membasahi dahi dan lehernya.
"Baik kalau begitu, sudah diputuskan kalau nona ini akan menjadi Tuan yang ada di sana. Beliau membeli nona ini seharga satu miliar."
Alesya hampir tidak percaya, dia benar-benar bertemu dengan orang yang baik. Dia mendapatkan uang itu. Alesya tidak bisa menyembunyikan rasa harunya.
"Tidak bisa, wanita itu milikku. Aku duluan yang membelinya," protes pria yang tadi sudah hampir menang.
"Maaf Tuan, tapi Tuan itu sudah menawar dengan harga yang lebih tinggi di detik terakhir. Jadi beliaulah yang berhak membawa nona ini."
"Apa kau tidak tau siapa aku, aku bisa menghancurkan tempat ini kalau kau tidak menyerahkan wanita itu padaku!!" Masih protes tidak terima kekalahan. Terlebih dia sudah sangat ingin menikmati tubuh Alesya.
"Maaf Tuan tapi tidak bisa, karena tuan itu sudah menawar dengan harga yang lebih tinggi dari anda. Maafkan saya sekali lagi."
"Kau berani Haa!!! Siapa pria itu, sini maju ke hadapanku kalau berani!" Pria gempal itu memanggil anak buahnya yang tidak seberapa. "Berikan pria itu pelajaran karena sudah berani melawanku!" titah pria itu pada anak buahnya.
Seketika di ruangan itu langsung ricuh, para tamu langsung ketakutan. Ada yang minggir dan kabur tapi ada yang malah ingin menonton. Ingin tau siapa yang akhirnya menang. Si pria gempal atau pria satu miliar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Sena Fiana
mantap thor
2023-07-11
0
Yunerty Blessa
pasti si pria satu M
2023-04-18
0
Ekha Safia
mampìr thor
2023-03-31
0