Bagaimana bisa semua orang menuduh Axel seorang penyuka sesama hanya karena dia tidak pernah dekat dengan wanita. Bahkan kedua orangtuanya juga berpikir hal yang sama.
Siaalll!! Meneguk minuman hingga tandas karena kesal.
"Pergi kalian!" murka Axel pada kedua sahabatnya.
"Tunggu Xel, kenapa kau mengusir kami. Kami belum cukup bersenang-senang," tutur Marco, dia tidak tau kalau Axel marah karenanya yang tidak bisa mengerem mulutnya.
"Kalian mau tetap disini, baiklah." Axel mengotak-atik ponselnya beberapa saat.
Berapa menit kemudian ponsel Jimi dan Marco berdering bersamaan. Nama sekretaris mereka tertera di sana. Mereka pun segera mengangkat panggilan itu.
"Apa!!" Wajah keduanya sama-sama terkejut setelah mendengar apa yang dikatakan sekretaris mereka. Lalu mereka melirik Axel yang sedang menikmati minumannya. Mereka tau kalau ini semua pasti perbuatan Axel, siapa lagi yang bisa membuat perusahaan mereka merugi miliaran dollar dalam sekejap.
"Apa kau yang melakukan ini? Aa... ****!! Kau terlalu kejam pada kami." Marco mendengus kesal. Berbeda dengan Jimi yang sudah tau konsekuensinya kalau salah bicara pada temannya itu. Dia pun bangkit dan mengajak Marco untuk pergi, jika terus di sana bukan tidak mungkin kalau perusahaan mereka bisa gulung tikar.
"Ayo pergi!" ajak Jimi.
"Kau saja, aku belum selesai. Proyek itu sangat penting untukku, tapi dia menggagalkannya seenaknya. Bagaimana aku bisa menghadapi ayahku saat pulang." Marco terus menggerutu.
Sementara Alex tetap bergeming seperti tadi, lalu melihat temannya merengek dia pun mengangkat sedikit sudut bibirnya dan hal itu sungguh menakutkan bagi Jimi yang melihat. Jika seseorang tersenyum itu berarti baik tapi tidak bagi Axel. Jika dia tersenyum maka berarti dia punya rencana.
"Kau mau pulang atau tidak, apa kau mau perusahaanmu hancur malam ini juga?!" Jimi memperingati temannya yang masih saja merengek seperti bayi. Ya kalau menyangkut perusahaan Marco pasti akan sangat takut karena ayahnya pasti akan murka.
"Ok, tapi ijinkan aku menginap di apartemen mu malam ini. Aku tidak mau terkena amukan ayahku."
"Sudah, cepatlah kalau tidak akan aku tinggal," tukas Jimi, dia berjalan lebih dulu.
Mereka pun memilih untuk pergi dari pada hancur lebih jauh di tangan iblis berwujud manusia itu. Pantas saja banyak orang menyebutnya 'Tiran'.
Dalam perjalanan mereka bertemu dengan Ken, assisten kepercayaan Axel.
"Ken, kenapa dengan bos mu. Kami sampai terkena imbas kekesalannya," sungut Marco sangat kesal karena kehilangan proyeknya begitu saja.
"Maaf Tuan-tuan, tuan Axel hanya sedang banyak pikiran tapi saya rasa kalau kalian tidak mencari gara-gara duluan. Tuan Axel juga tidak akan berbuat apa-apa pada kalian," ujar Ken sambil membenarkan posisi kacamatanya.
"Kau!! Kau sama menyebalkannya dengan bos mu." Marco meninju udara.
"Apa perlu saya mengatakan pada Tuan Axel, apa yang tuan katakan tadi?" Ken tersenyum menyeringai.
"Tidak tidak Ken, dia hanya bercanda. Kalau begitu kami pergi dulu. Kau urus Axel saja agar dia tidak marah-marah lagi." Jimi langsung menyeret Marco pergi dari sana dan juga membekap mulut ember temannya itu.
"Lepas Jim. Aku akan memberikan assisten siaalan itu pelajaran." Marco meronta ingin kembali.
Jimi pun melepaskan tangannya, "Terserah kau kalau masih mau disini dan kehilangan apa yang kau punya. Aku tidak mau terlibat lagi karena mulutmu yang tidak bisa diatur itu." Jimi masuk ke mobilnya begitu saja.
"Tapi itu kenyataannya, dia memang tidak tertarik pada wanita itu berarti dia memang suka pada sesama jenis kan."
"Tutup mulutmu kalau sampai ada yang dengar bisa habis kau."
Seketika Marco pun langsung melihat sekeliling, lalu memukul-mukul mulutnya yang tidak selalu saja lepas kendali.
"Ayo cepat kita pergi, aku tidak mau kena amukan Axel lagi." Secepat kilat Marco sudah ada di dalam mobil, duduk di sebelah Jimi.
"Kenapa kau masuk, pakai mobilmu sendiri." Jimi kesal karena disuruh-suruh temannya yang otaknya kurang itu.
"Hai, kau jangan terlalu kejam padaku. Aku tidak ingin menyetir sendiri. Kau pasti tidak akan membiarkan aku masuk ke apartemen mu nanti."
Tidak ingin berdebat lagi, Jimi pun menginjak pedal gas dan meninggalkan tempat itu. Dia tidak terlalu pusing dengan kerugian yang ia derita karena setelah kemarahan Axel mereda, dia akan membantu mereka dengan proyek yang lebih besar seperti biasanya. Hanya saja Marco di bodoh itu yang tidak sadar akan hal itu.
Sementara di dalam club'.
Ken baru saja melaporkan pada tuannya tentang gadis yang ada di kamar president suite lantai paling atas gedung itu. Tentang latar belakang dan semuanya, sudah berhasil Ken temukan dalam waktu singkat. Pantas saja dia jadi assisten kepercayaan si pria Tiran itu. Pekerjaannya tidak diragukan lagi.
"Jadi dia adalah putri dari pemilik perusahaan Queen's." Axel masih membuka lembaran kertas laporan sang assisten.
"Iya tuan, tapi perusahaan itu sekarang dipimpin oleh pamannya. Menurut salah satu karyawan disana mendiang tuan Hector telah memberikan perusahaan itu pada adiknya dan hanya beberapa persen untuk putrinya."
"Bukankah ini aneh, dia punya anak dan istri tapi memberikan hartanya pada saudaranya. Bukankah kita punya saham di sana Ken?" tanya Axel.
"Benar Tuan, tahun lalu karena krisis taun Hector menjual tiga puluh persen sahamnya pada perusahaan King's grup."
"Bagus, kalau begitu awasi dia dan dana perusahaan itu. Cari informasi apapun terkait gadis itu." Axel meletakkan laporan itu di atas meja. "Kalau dia putri pemilik perusahaan, meski tidak terlalu besar tapi bagaimana mungkin dia sampai kekurangan uang," pikirnya.
Ken pun merasakan hal yang sama, tapi dia belum berhasil menemukan hal itu. Sepertinya dia harus menyelidiki di rumah yang dulu ditinggali gadis itu dan keluarganya. Pasti akan menemukan sesuatu di sana.
"Ken, apa kau sudah membayar biaya rumah sakitnya?" tanya Axel lagi.
"Sudah tuan, sesuai perintah anda. Seseorang juga sudah membantu nona membersihkan diri --"
"Apa maksud mu, Ken?! Siapa yang menyuruhmu melakukan itu. Apa kau kira aku akan melakukannya malam ini dengan wanita asing. cihhh..." Axel berdecih.
"Tapi bukankah Anda membelinya untuk melakukan hal itu, Tuan." Ken merasa aneh.
"Mana mungkin aku bisa melakukan hal seperti itu pada orang asing. Aku bukan Marco yang bisa bergonta-ganti pasangan setiap malam. Aku juga ingin memastikan apa dia sehat dan tidak punya penyakit menular."
"Iya Tuan, maaf saya tidak berpikir sejauh itu," Ujar Ken sembari membungkuk.
"Sudahlah, bukan salahmu." "Oh iya, mulai sekarang kau harus menjaga jarak dengan ku. Jika berada di luar seperti ini kau tidak boleh mendekatiku.
"Apa anda yakin akan memilih gadis itu untuk mengandung anak anda Tuan?" tanya Ken. Dia yang paling tau permasalahan tuannya yang terus didesak kedua orangtuanya untuk segera menikah dan melahirkan keturunan keluarga mereka selanjutnya.
"Hmm ... asal-usulnya tidak terlalu buruk, setidaknya anakku berasal dari keturunan wanita yang baik," ujar Axel sambil menyesap minumannya.
"Apa Nyonya akan setuju?"
"Setuju atau tidak aku akan tetap menikahinya, dia sendiri yang mendesakku untuk memberikannya cucu. Kamu siapkan saja semuanya, termasuk perjanjiannya."
"Apa malam ini anda akan menemuinya? Mungkin dia sudah menunggu kedatangan Tuan," tanya Ken ragu-ragu.
"Baiklah, sepertinya menarik." Axel menyeringai membayangkan reaksi gadis yang dibelinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Ekha Safia
seruuuu
2023-03-31
0