4. Pria Tiran

Sudah pukul satu lebih tapi laki-laki itu belum muncul juga. Sedangkan Alesya masih duduk menunggu di tepi ranjang. Perasaannya berkecamuk, sangat ingin tau bagaimana keadaan ibunya saat ini. Ingin menghubungi rumah sakit tapi ia ingat kalau ponselnya tertinggal di tempat pelelangan itu.

"Kenapa dia belum datang juga, padahal aku ingin bertanya bagaimana keadaan ibu ku."

Sudah berulang kali Alesya melihat jarum jam tapi laki-laki itu sama sekali belum menampakkan diri. Kenapa, apa mungkin pria itu berubah pikiran. Bagaimana kalau ibunya tidak terselamatkan kalau sampai itu terjadi.

Sementara di tempat lain. Tepatnya di lantai satu bangunan gedung megah itu. Di sebuah ruangan dengan pencahayaan yang redup dan remang, suara musik yang kencang juga mendominasi. Seorang pria duduk di ruangan VVIP dengan sofa panjang dan meja besar yang di penuhi minuman memabukkan kelas atas.

Sudah dua botol wine dia habiskan tapi tidak membuat pria itu kehilangan kesadaran. Di sebelahnya ada dua temannya yang masing-masing ditemani pasangannya. Ke dua temannya saling melempar pandangan dengan dahi yang berkerut. Lalu menyuruh salah satu wanitanya untuk mendekati pria dingin itu.

"Aku tambah bayaranmu dua kali lipat kalau kau berhasil mendekatinya," bisiknya pada wanita yang ada di sisi kirinya. Begitupun dengan teman satunya.

Wanita berpakaian minim itu tentu saja tergiur dengan tawaran itu, dia bisa libur seminggu dari pekerjaan malamnya dengan uang sebanyak itu. Tapi sayangnya pria yang harus mereka dekati bukanlah pria sembarangan. Dia Axelo Novaldo Kingsley, pria dingin yang tidak tersentuh, si tiran di dunia bisnis. Jangankan bisa dekat, makhluk yang berjenis wanita saja harus menjaga jarak dengannya setidaknya satu meter.

"Kenapa kau masih disini, apa kau tidak mau uang?" tanya Marco sambil mengelus pipi wanita bayaran itu.

"Ma--mau Tuan, tapi .... "

"Kau berani membantahku?! Apa kau mau kulitmu yang mulus ini aku buat cacat seumur hidup?!"

Tentu saja nyali wanita itu langsung menciut, bingung memilih antara nyawa atau kulitnya. Ya, berani mendekati Axel berarti harus siap nyawanya melayang tapi kalau membantah dua pria itu berarti siap kehilangan anggota tubuhnya mungkin. Mereka memang gilaa, maka dari itu sebutan mereka adalah Three Devils dan salah satunya adalah Tiran yang tidak kenal ampun.

Kedua wanita itu akhirnya menyerah, mereka memilih kehilangan nyawa dari pada kehilangan anggota tubuh yang akan membuat mereka sengsara seumur hidup.

Sementara Axel masih memegang gelas Cristal ditangannya yang berisi minuman. Pandangannya tertuju pada kerumunan orang-orang yang sedang menari di bawah lampu kelap-kelip tapi pikirannya entah kemana. Tepatnya pada gadis yang ia beli dari tempat pelelangan itu. Dia sendiri masih belum percaya kenapa ia begitu tertarik dengan gadis itu, bukan karena masih virgin seperti yang ditawarkan tapi tatapan mata gadis itu mengingatkannya pada seseorang. Manik mata birunya seperti pernah melihatnya.

"Tuan, biarkan kami menemani anda malam ini," ujar wanita tadi, meski takut tapi siapa yang tidak tertarik pada Axel. Meski terkenal kejam tapi mampu membuat wanita bertekuk lutut padanya. Sayang sekali karena berdasarkan rumor yang beredar, pria itu tidak tertarik pada lawan jenis melainkan tertarik pada sesama.

Mungkin karena dia tidak pernah terlihat bersama wanita, ditambah sikapnya yang sedingin es pada wanita yang mendekatinya. Hanya sang assisten lah yang selama ini selalu ada disampingnya kemanapun ia pergi. Karena itulah semua orang mengira ada sesuatu antara Axel dengan sang assisten.

Darah Axel mendidih seketika, melihat wanita ******* itu berani mendekatinya. Tangannya semakin erat menggenggam gelas Cristal di tangannya sampai remuk. Suasana di ruangan itu pun berubah mencekam seketika. Bahaya, kedua wanita itu dalam bahaya.

"Pengawal!! bawa mereka dan lemparkan ke tengah laut!" perintah laki-laki bermata elang itu tanpa basa-basi.

Kedua wanita itu langsung bersimpuh di lantai mendengar hal itu. Mereka hanya ingin uang tapi mengapa harus dibuang ke laut. Padahal pakaian mereka sudah sangat terbuka tapi tetap tidak mampu membuat pria itu tertarik.

"Tuan maafkan kami, kami janji tidak akan melakukan hal itu lagi. Kami tidak bersalah, mereka yang sudah menyuruh kami Tuan." Kedua wanita itu sudah ketakutan melihat para pengawal dengan tubuh besar mendekati mereka.

Axel bergeming ditempatnya, dia tidak pernah menarik kata-katanya dan dia tidak pernah memberi ampun pada siapapun. Empat pengawal yang bersiaga di sana pun sudah mendekati kedua wanita yang sedang meraung meminta pengampunan.

"Isshh ... kau ini kenapa tidak bisa diajak bercanda," ujar Marco, pria yang punya ide itu.

"Tuan, tolong selamatkan kami." Wanita itu memohon pada Marco.

Marko pun melemparkan segepok uang pada dua wanita itu lalu berkata, "Pergilah, jangan tunjukkan wajah kalian lagi disini."

"Terimakasih, Tuan. Terimakasih." Kedua wanita itu tentu saja harus berterimakasih dari pada dibuang ke laut dan jadi santapan ikan hiu.

Setelah mengusir semua wanita pergi, Marco dan Jimi pun mendekati sahabatnya yang terlihat seperti banyak pikiran. Dua tepukan mendarat di pundak Axel, siapa lagi kalau bukan dua sahabatnya yang menyebalkan. Lihat saja tingkahnya, sudah tau kalau Axel tidak suka didekati wanita tapi mereka malah menyuruh wanita tadi mendekatinya dengan sengaja.

"Hai bro, kenapa dengan wajahmu yang ditekuk sejak tadi," ujar Marco tanpa rasa bersalah.

"Apa kalian sudah bosan jadi temanku atau mau aku tarik semua sahamku dari perusahaan kalian," ketus Axel.

"Tunggu-tunggu, itu semua ide Marco. Aku tidak ikut-ikutan," kilah Jimi melempar kesalahan pada Marco.

Tuk, Marco melempar Snack ke wajah Jimi. Seenaknya saja lempar batu sembunyi tangan. Seharusnya mereka berdua lah yang bertanggung jawab. Bukan dirinya seorang. Tapi Jimi malah tersenyum meledek, dia paling tidak suka terkena amukan Axel yang bisa saja akan membuat perusahaannya anjlok dalam semalam.

"Hehehe ... maaf, kau tau kan kalau kami hanya bercanda," cicit Marco sambil tersenyum kuda.

"Singkirkan tanganmu." Axel menatap tajam tangan temannya yang ada di pundaknya.

"Ok ok, maaf. Kami tidak akan mengulangi lagi. Kami hanya sedang membuktikan kalau omongan orang-orang diluar sana itu tidak benar."

Dahi Axel menyerngit. Sementara Jimi memberikan kode agar Marco tak mengatakan apapun pada Axel dengan melambaikan tangannya. Sayangnya, Marco yang otaknya minim itu sama sekali tidak mengerti dan melanjutkan ucapannya.

"Apa kau tau kalau kata orang-orang kau itu tidak menyukai wanita, ya mereka bilang kau menyukai pria karena selama ini yang dekat denganmu hanya Ken. Mereka pikir kau ada hubungan khusus dengan asistenmu." Dengan santainya Marco mengatakan hal itu, dia tidak lihat bagaimana rahang Axel mengeras.

"Tamat kau, Marco," gumam Jimi yang memilih menjauh.

"Siapa yang mengatakan hal itu?!" tanya Axel, tangannya sudah mengepal erat. Bekas luka terkena pecahan gelas tidak ia pedulikan.

"Semua orang, mereka membicarakan hal itu di belakangmu. Uncle Jordan dan aunty Jasmine juga berpikir seperti itu, mereka selalu menanyakan pada kami apa kau dan Ken ada hubungan spesial."

"Lalu apa jawaban kalian?!"

Jimi sudah meraba tengkuknya yang mulai merinding. Aura kemarahan Axel sudah terasa.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

seram deh Axel nya

2023-04-18

0

kutu_bukuʕ·ᴥ·ʔ

kutu_bukuʕ·ᴥ·ʔ

smngt kak ceritanya seru🥰

2022-10-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!